Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Memperkuat Sistem Katup Gas

  • Jumat, 24 September 2010
  • 6595 kali

LEDAKAN GAS

Kliping Berita


Penyebab utama ledakan elpiji umumnya karena karet penutup atau rubber seal pada katup tabung gas. Ukuran yang tak sesuai, mutu yang rendah, dan rusak akibat pengoplosan adalah faktor-faktor pemicu kebocoran gas. Mengatasinya dengan memodifikasi karet tersebut.

Gas petroleum cair (liquid petroleum gas/ LPG) sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah untuk memasak mulai diintroduksi pada 2008 dengan membagikan tabung gas ukuran 3 kilogram secara gratis kepada masyarakat berpenghasilan rendah.

Setelah setahun penggunaannya mulai timbul kasus ledakan elpiji dari tabung tersebut, bahkan kian marak terjadi belakangan ini hingga menelan banyak korban. Penyebab diketahui dari kajian standar sistem kompor gas yang dilakukan Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan juga oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang melakukan audit teknologinya.

Hasil kajian standar itu menunjukkan, semua selang yang dibagikan pada program tersebut tidak memenuhi standar SNI. “Selain itu, pada sistem katup tabung gas diketahui 66 persennya juga tidak memenuhi syarat SNI,” kata Bambang Setiadi, Kepala BSN.

Sementara itu, penelitian Tim Teknis Perbaikan Sistem Kompor Elpiji menyimpulkan, sistem katup merupakan faktor pemicu utama munculnya kasus ledakan. Karena itu, tim mengusulkan perbaikan sistem katup untuk meningkatkan faktor keamanannya.

Tim Teknis yang dipimpin Arya Rezavidi, pekan lalu, menyampaikan hasil kajian dan juga usulan desain modifikasi katup kepada Wakil Presiden Boediono melalui Sekretaris Menko Kesra Indroyono Susilo.

Menururt Arya, yang juga Kepala Pusat Audit Teknologi BPPT, sistem katup, apalagi karet penutup, merupakan titik terlemah pada tabung gas. Sebab, kerusakan katup dapat menyebabkan bocornya gas dalam jumlah besar dan waktu yang singkat.

Kebocoran pada katup yang berdiameter lubang 0,5 mm itu dapat mencapai 2,5 kg dalam waktu 1 jam. Sedangkan kebocoran pada selang dengan lubang diameter 0,5 mm selama 1 jam hanya 10 gram.

Karena itu, kebocoran yang paling besar kemungkinannya menimbulkan ledakan adalah kebocoran pada sistem katup dan bukan pada bagian selang.

Ledakan yang kemudian terjadi adalah karena terkumpulnya gas di dalam ruangan akibat kebocoran di tabung dan kemudian terpantik dan meledak atau karena semburan gas yang bocor , kemudian menyambar api di kompor.


Sistem Katup

Berkaitan dengan system katup, tim menemukan adanya selisih ukuran bagian diameter dalam katup dengan spindle sebesar 0,7 mm.

Selain itu, diketahui pengunci pada regulator tidak sesuai dengan ukuran katup sehingga saat terpasang pada katup posisi pipa saluran regulator miring. “Kemiringannya pada saat terkunci di lubang katup sekitar 1 hingga 5 derajat,” ucap Arya.

Posisi regulator yang miring dalam kondisi terkunci di bagian katup dapat teratasi dengan memodifikasi karet penutup menjadi lebih tebal dibandingkan yang lama. Dalam hal ni dibuat dua desain karet katup.

Desain pertama hanya sedikit memodifikasi desain yang ada tanpa mengubah ukuran katup yang ada. Modifikasi pertama karet penutup ini akan diterapkan dalam jangka pendek. “Desain pertama karet katup akan diterapkan pada katup yang telah beredar saat ini,” kata Arya.

Sementara karet penutup modifikasi pertama diberlakukan berdasarkan keputusan menteri perindustrian, sedangkan SNI-nya akan dikeluarkan Badan Standardisasi Nasional, Oktober nanti.

Selanjutnya, SNI desain modifikasi pertama itu akan diamandemen dan diganti dengan modifikasi kedua yang lebih aman.

Karet modifikasi kedua itu penerapannya harus memodifikasi pula seluruh sistem katup, maka proses perancangannya membutuhkan waktu setahun.

Tahun depan, desain katup modifikasi kedua itu sudah dapat terpasang, yaitu 45 juta tabung yang sudah beredar dan pada 10 juta tabung tambahan yang baru.

Selain itu, perbaikan juga akan dilakukan pada regulator. Pada konstruksi baru penguncian regulator dilakukan pada dua sisi sehingga tekanan merata dan sistem pengunciannya lebih baik.

“Selain itu, agar penguncian lebih kuat dan stabil, diusulkan penggunaan regulator dengan sistem ulir,” kata Arya, mantan Direktur Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi BPPT.

Sumber : Kompas, Jumat 24 September 2010, hal. 14.




­