Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

RI-Cina Kelola Kayu Hutan

  • Sabtu, 18 September 2010
  • 1411 kali
Kliping Berita
JAKARTA - Pemerintah Indonesia dan Cina sepakat menjalin kerja sama pengelolaan Hutan Tanaman Industri (HTI) secara lestari. Keduanya juga akan promosi bersama perdagangan kayu legal dan pertukaran data perdagangan hasil hutan.

Kerja sama kedua negara dalam hal pengelolaan kayu hutan diharapkan dapat menekan praktik pembalakan liar. Pasalnya, ada sinyalemen kuat jika banyak kayu ilegal dari Indonesia (Kalimantan.dan Papua) mengalir deras ke Negeri Tirai Bambu tersebut.

Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Kementerian Kehutanan, Hadi Daryanto, melalui pesan singkat elektronik dari Beijing, Cina, mengatakan, perjanjian kerja sama tertuang dalam nota kesepahaman (memorandum of understanding)antara Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, dan Wakil Menteri Kehutanan Cina (China State Forest Service), Lei Jiafu.

"Kerja sama juga meliputi pengolahan kayu dan nonkayu, termasuk energi biomass dari pengelolaan hutan tanaman industri yang lestari," kata Hadi, Jumat (17/9).

Hadi melanjutkan, kecuali pengolahan kayu dan nonkayu, kerja sama juga dilaksanakan untuk program rehabilitasi hutan dan lahan serta perhutanan sosial. Bidang kerja sama yang ditandatangani kedua pemerintahan juga menyangkut perlindungan dan pemanfaatan flora dan fauna secara lestari.

ebih penting lagi, Hadi melanjutkan, tujuan kerja sama adalah penguatan penegakan hukum dan tata kelola dari pengelolaan hutan lestari. "Cina ingin menyusun Standar Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang melibatkan para pihak ter-kait dan mulai berfungsi tahun ini di Indonesia."

Dengan demikian, kata Hadi, kerja sama untuk pemberantasan pembalakan liar akan efektif dikaitkan dengan perdagangan sertifikasi legalitas kayu yang mulai berlaku di Indonesia per 1 September 2010.

Saat ini, Komite Akreditasi Nasional (KAN) telah mengakreditasi lembaga verifikasi independen, seperti Sucofindo, Mutu Agung Lestari, dan Badan Revitalisasi Industri Kayu (BRIK). Dalam kunjungannya ke Cina pada 14 September-16 September, Menhut juga menyaksikan deklarasi proyek penyimpanan karbon HTI PT Putra Riau Perkasa di Kampar, Riau, seluas 15.600 hektare melalui program REDD plus.

Produk rotan
Sementara itu, Ketua Yayasan Rotan Indonesia, Lisman Sumardjani, mengatakan, kerjasama penelitian dan pengembangan rotan kedua negara harus menguntungkan Indonesia. Alasannya, komoditas rotan bagi orang Cina merupakan produk yang eksotik dan menjadi kebanggaan untuk dipajang di rumah dan apartemen mereka.

"Rotan sudah lama jadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Cina banyak menggunakan rotan untuk keranjang, rangka atap perahu dan truk, maupun digunakan dalam konstruksi dan kehidupan sehari-hari."

Menurut Lisman, dengan penduduk 1,4 miliar orang atau 20 persen dari total penduduk dunia, Cina adalah pasar yang potensial bagi produk rotan Indonesia.

"Selain itu, pada tahun ini produk domestik bruto (PDB)-nya akan mencapai 5,4 triliun dolar AS. Ini pasar yang menggiurkan," tandas Lisman. ed yen rostiyani

Sumber : Republika, Sabtu 18 September 2010, Hal. 8



­