Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Hasil Investigasi BPPT soal Jembatan Kartanegara, "Material di Bawah Standar"

  • Kamis, 29 Desember 2011
  • 1050 kali
JAKARTA - Tim lapangan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengumumkan hasil investigasi mereka terhadap Jembatan Kartanegara yang runtuh pada 26 November lalu. Lembaga pemerintah non-departemen itu mengurai beberapa penyebab ambruknya “Golden Gate” di Tenggarong.

Kepada wartawan setelah Refleksi Akhir Tahun BPPT di Jakarta, Selasa (27/12), ketua tim investigasi lapangan BPPT Sudarmadi menyebutkan ada kesalahan pertama ada pada geometri sistem sambungan jembatan. “Ini menimbulkan stres konsentrasi ketika kelebihan beban," kata dia.

Penyebab kedua adalah material sambungan yang di bawah standar. Material dinilai getas atau tidak ulet, di mana bahan untuk sistem sambungan antara penggantung dan kabel utama hanya terbuat dari besi cor, padahal seharusnya berbahan baja. "Ketika putus, itu tidak memberikan warning dulu, langsung ‘bruk’ secara tiba-tiba. Beda kalau dia mulur, kan ada peringatan dulu," kata Sudarmadi.

Setelah dites di laboratorium, BPPT memang menemukan fakta bahwa bahan pembuat sistem sambungan tersebut adalah FCD 60 (Ferro Casting Ductile). Awam menyebutnya besi tuang atau besi cor. Padahal, sesuai patokan konstruksi jembatan, bagian tersebut harusnya dibuat dari baja. “Saya enggak tahu. Tanya ke perencanaannya," kata Sudarmadi ketika wartawan menanyakan temuan ini.

Selain itu, ada kesalahan metode perbaikan ketika jembatan tersebut melengkung. Sudarmadi menyebut, jembatan diperbaiki dengan cara dinaikkan padahal belum diketahui penyebab turunnya.

“Posisi baut stopper pada bagian bawah penggantung dinaikkan untuk recambering (mengembalikan stabilitas, Red) jembatan. Akibatnya terjadi pemusatan beban pada penggantung tersebut dan pin klem penggantung ke kabel utama patah," katanya.

Setelah penggantung yang mengalami pemusatan beban gagal, penggantung ini menerima limpahan beban dari penggantung lainnya, ditambah beban kejut. Akibatnya, pin klem penggantung ke kabel utama patah. Demikian seterusnya hingga seluruh rangka jembatan baja runtuh.

Menurut Sudarmadi, seharusnya ketika terjadi penurunan, keenam penggantung secara bersama diangkat, kemudian dipasang sensor-sensor agar diketahui tegangan pada penggantung.

Sederhananya, lanjut Sudarmadi, temuan sementara tim BPPT menyebutkan bahwa jembatan sudah salah desain sejak awal sebelum dibangun. Selain itu, jembatan runtuh ketika ada kegiatan pemeliharaan. “Itu faktanya," kata dia.

Deputi Pengembangan Sumber Daya Alam BPPT Ridwan Djamaluddin, menambahkan, BPPT juga telah meminjamkan peralatan sonar dan multibeam echosounder dalam melakukan survei bawah air di reruntuhan jembatan.

Sayang, dalam masa tanggap darurat, alat ini tak banyak membantu. Hasil scanning sonar memang memetakan belasan titik yang diduga mobil. Namun ketika diselami ke dasar Mahakam, tim evakuasi tak menemukan apa-apa. Gonta-ganti penyelam profesional dan tradisional juga tak membuahkan hasil signifikan.

“Tanpa alat ini disebutkan, tim penyelamat korban tak bisa berbuat banyak dan seperti tak memiliki mata di tengah air keruh di kedalaman 40 meter," kata Ridwan.

Tim ahli dari BPPT yang diberangkatkan ke Tenggarong terdiri dari perekayasa dari Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS), Balai Teknologi Survei Kelautan (BTSK), dan Pusat Audit Teknologi. Tim di lapangan ada 19 orang, ditambah beberapa orang di laboratorium.

Tim sendiri belum 100 persen merampungkan penelusuran. BPPT masih harus memeriksa sejumlah klem-klem (pengait kabel gantung). Tim juga menunggu pihak Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mengangkat dan membongkar badan jembatan yang tenggelam di dasar Mahakam. Bekas patahan dari pin jembatan masih harus pula dianalisis. Sebab, penataan ulang bagian tubuh jembatan oleh tim pemelihara justru memicu pemusatan beban.

Pembangunan jembatan sepanjang 710 meter dan lebar 9 meter ini dilaksanakan Dinas PU Kukar dengan kontraktor PT Hutama Karya, dan rampung tahun lalu. Bertindak konsultan pengawas adalah PT Perentjana Jaya. Adapun pemeliharaan rutin jembatan dilakukan PT Bukaka Teknik Utama.(jpnn/zal)

Dikutip dari : http://www.kaltimpost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=121286



­