Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

LKN: Standarisasi Menjadi Keniscayaan bagi UMKM

  • Jumat, 20 Mei 2022
  • 1430 kali

 

Jakarta, TopBusiness – Lembaga Kajian Nawacita kembali menggelar Webinar atau Dialog Nasional Online bertajuk “Standar Sustainable Nusantara Menuju UKM Pariwisata Maju dan Mandiri,” pada Kamis (19/5/2022).

Dalam acara ini selaku keynote speaker adalah Ketua LKN, Ir. Samsul Hadi dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga S. Uno. Adapun acara ini diisi oleh sejumlah narasumber yang kompeten di bidangnya. Seperti Asdep Kemitraan dan Perluasan Pasar KemenKop UKM, Fixy; Ketua Jarnas PCB (Produk Cerdas Berkelanjutan)-LKN sekaligus mantan Kepala BSN, Prof. Bambang Prasetya; dan Indah Kembang Lia, SE dari LKN. Dan sebagai pembahasnya adalah Dr. Ing. Pundji Untoro selaku Komite KBMM LKN. Dengan dimoderatori Lutfi Handayani MBA, Humas LKN sekaligus Pemimpin Redaksi Majalah Top Business.

Prof. Bambang Kepala BSN 2012-2022 yang saat ini sebagai Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Teknologi Pengujian dan Standar dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu mengatakan, bagi pelaku bisnis, termasuk pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) standar itu bagian yang tak bisa dipisahkan kalau mau memperluas pasar dan sustainable bisnis.

“Dengan begitu, kita tidak lagi sekali ‘tembak’, kemudian selesai. Karena kalau ada standarisasi itu ada proses penjaminan mutu yang ada evaluasi setiap waktunya. Standar ini bisa menjadi tools untuk memperkuat UMKM kita apakah di sektor wisata ataupun untuk pengembangan ekspor,” terang dia.

Selain itu, dengan standar yang ada itu, bagi pelaku UMKM itu dapat mengisi kekosongan permintaan di dalam negeri. Sebab, ketika mereka menerima permintaan dari luar negeri dan meminta standar tinggi, seperti terkait dengan sustainable, aspek lingkungan, dan lainnya, maka UMKM tersebut bisa memenuhinya.

Kata dia, tujuan standarisasi ini paling tidak ada tiga hal, yaitu menciptakan jaminan mutu, efisiensi prioduksi, dan mendukung daya saing. “Dengan standarisasi itu menjadi transparan produk yang diciptakan terhadap konsumen, sehingga bisnis itu menjadi lebih pasti. Dengan begitu kemudian bisa mendatangkan inovasi yang masuk,” katanya.

Lebih jauh ditegaskannya, standarisasi sendiri bisa dilakukan melalui sentuhan teknologi, sehingga jaminan mutunya bisa dilakukan berulang-ulang. Bahkan standarisasi itu tak hanya dari dalam negeri seperti SNI tapi juga berdasar standar global, seperti ISO dan segala macam.

“Karena kalau turis asing itu masuk ke kita dengan standar mereka dan kita harus mengerti juga. Makanya harus mengikuti standar yang ada di nasional dan internasional. Apalagi kalau barang itu mau dikirim ke laur negeri, standar itu menjadi penting. Banyak produk kita ditolak di luar negeri, karena ukuran (measurement) itu menjadi kriteria dari suatu barang untuk masuk ke luar negeri. Dulu pernah terjadi ketika kita ekspor rempah ke India sempat ditolak gara-gara measure of content saja,” terang dia.

Untuk itu, menurut dia, dalam jangka panjang, ada saling keterkaitan dalam menjaga standarisasi ini, seperti link terhadap sertifikasi, link terhadap akreditasi, link terhadap ujian, dan link terhadap metodologi. Itu menjadi satu system. Kalau salah satu tak diikuti maka produk yang dikirim bisa ditolak oleh negara lain.

FOTO: Ilustrasi UMKM (Istimewa)

 

Tautan Berita: LKN: Standarisasi Menjadi Keniscayaan bagi UMKM