Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Pengusaha minta insentif untuk atasi banjir impor

  • Jumat, 24 Juni 2011
  • 831 kali
Kliping Berita

Pengetatan pengawasan SNI bisa tekan elektronik ilegal

OLEH MARIA Y BENYAMIN

JAKARTA : Asosiasi pengusaha mendesak pemerintah memberikan insentif kepada produsen elektronika di Tanah Airguna mengatasi banjirimpor produk tersebut ke pasar domestik.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi menuturkan insentif bagi produsen elektronik seperti laptop dan telepon genggam untuk melakukan investasi di Tanah Air, sehingga Indonesia tidak hanya dijadikan pasar.

Dia menilai pemerintah sangat lamban dalam mendorong investor untuk menciptakan basis produksi di Tanah Air. Akibatnya, ujar Sofjan, Indonesia telanjur menjadi sasaran pasar.

"Coba kalau ha] ini disadari sejak awal, tentu banjir produk impor tersebut tidak terjadi," ujarnya di Jakarta kemarin.

Nilai impor produk elektronik, berdasarkan data Kementerian Perdagangan, sepanjang Januari-Mei meningkat 11,9% dibandingkan dengan periode yang sama tahun laluyang masih US$1,39 miliar menjadi USS 1,55 miliar.

Produk telepon untuk jaringan seluler atau jaringan tanpa kabel menguasai pasar impor hampir 49% dari total nilai impor produk elektronik sepanjang 5 bulan pertama tahun ini.

Sofjan menambahkan pemerintah perlu segera menyiapkan kebijakan yang jelas dalam bentuk insentif sehingga dapat memberikan kepastian bagi investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Dia juga mendesak pemerintah memperluas cakupan penerapan standar nasional Indonesia (SNI) atas produk-produk impor yang berpotensi membanjiri pasar domestik. Selain itu, katanya, perlu ada peng-awasan terhadap implementasi SNI yang telah berjalan untuk meminimalisasi masuknya produk impor ilegal.

Tidak diproduksi


Wakil Sekjen Federasi Cabungan Elektronik Yeane Kett mengatakan kenaikan impor produk elektronik tersebut belum berdampak pada industri elektronik di dalam negeri. Pasalnya, lebih dari 75% produk elektronik yang masuk ke Tanah Air itu adalah jenis produk yang tidak diproduksi oleh industri di dalam negeri.

Berdasarkan dala Kementerian Perdagangan, selain telepon genggam yang menguasai pangsa impor tertinggi, terdapat produk laptop termasuk notebook dan subnotebook yang menguasai pasar hingga 27%.

"Untuk impor barang industri hanya sekitar 20% dari total nilai impor. Persentase terbesar didominasi oleh telepon genggam dan laptop yang memang belum diproduksi di dalam negeri," kata Yeane.

Impor elektronik kategori barang industri, sambungnya, tergolong kecil karena rata-rata produk itu telah diproduksi di dalam negeri.

"Lonjakan impornya pun tergolong kecil. Yang mungkin tinggi impornya adalah komponen karena sebagian besar merakit komponen itu di dalam negeri." 1marw.benmmin@bi5ms.co .id)

Sumber : Bisnis Indoenesia, Minggu 26 Juni 2011, hal. 7.




­