Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Kontraktor nasional ragukan bahan bangunan China

  • Senin, 15 Februari 2010
  • 1876 kali

Kliping Berita   

JAKARTA: Kalangan kontraktor tidak terlalu tertarik dengan material atau bahan baku bangunan asal China meskipun harganya miring karena kualitasnya belum semua terjamin.

Direktur Utama PT Pembangunan Perumahan Tbk (PP) Musyanif mengatakan beberapa item material asal China tidak mempunyai daya tahan lama karena mempunyai kualitas di bawah standar sehingga mempunyai risiko tinggi jika digunakan dalam skala banyak.

"Kalaupun mau beralih ke produk China, kami pilih-pilih untuk produk-produk yang risikonya kecil. Berdasarkan pengalaman ada beberapa item yang kualitasnya kurang bagus, seperti power plant [pembangkit]" ujarnya saat memperkenalkan PP University, pekan lalu.

Musyanif menjelaskan perjanjian perdagangan bebas Asean-China (ACFTA) juga berpotensi meningkatkan persaingan di bisnis jasa konstruksi antara kontraktor lokal dan asing.

Kontraktor lokal, menurutnya, sebenarnya sudah terbiasa menghadapi pasar bebas jasa konstruksi karena beberapa perusahaan sudah menggarap proyek di luar negeri dengan standar tender internasional.

Dia menilai perdagangan bebas sebaiknya dilihat dari sisi positifnya Kontraktor, katanya, juga mempunyai peluang menggarap proyek-proyek infrastruktur yang dibiayai oleh pinjaman lembaga donor asing.

Selama ini, katanya, negara pemberi donor selalu mencantumkan persyaratan jika proyek yang dibiayai harus mengunakan jasa kontraktor dari negaranya untuk beberapa subkontrak.

"Sekarang kontraktor lokal juga bisa ikut tender proyek yang dibiayai asing. Kalau sebelumnya kami harus konsorsium [dengan kontraktor asing], mereka yang memilih. Sekarang kalau dibebaskan akan lebih fair," tambahnya.

Ketua Umum Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Soeharsojo mengungkapkan pemerintah harus menetapkan aturan mengenai penggunaan sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI) pada bahan baku bangunan yang dibolehkan masuk ke Indonesia untuk menjamin kualitas proyek.

Menurut Soharsojo, salah satu kelebihan material asal China adalah mempunyai jenis pilihan yang banyak untuk satu item prduk tertentu.

Pilihaan kualitasnya bisa mencapai enam hingga tujuh macam dengan perbedaan harga yang cukup signifikan. Produk serupa asal Indonesia hanya mempunyai pilihan tiga jenis.

Bagi konsumen atau pemilik proyek, katanya, banyaknya pilihan itu akan sangat menguntungkan karena bisa menghemat. Namun, kualitasnya memang belum terjamin sehingga pemerintah harus mengeluarkan aturan secara ketat untuk melindungi konsumen akhir sebagai pengguna proyek.

"Aturan yang bisa melindungi adalah kewaiban menggunakan SNI. Kalau konsumen bisa saja tergiur dengan harga murah," ujarnya.

Oleh A. Dadan Muhanda
Sumber : Bisnis Indonesia, Senin 15 Februari 2010, Hal. 15




­