Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

STANDARDISASI KERAJINAN PERLU DUKUNGAN BAHAN BAKU

  • Jumat, 27 Maret 2009
  • 3476 kali
Kliping Berita :

Pelaku industri kerajinan tangan di Jawa Timur mendukung rencana standardisasi produk mereka, tetapi pemerintah diminta memfasilitasi ketersediaan bahan baku lokal yang berkualitas dengan harga lebih murah. Abbas A. K., Manajer Jaringan Usaha Koperasi Jawa Timur lembaga di bawah Dewan Koperasi Indonesia Daerah (Dekopinda) Jawa Timur, menilai rencana standardisasi kerajinan merupakan langkah positif, guna meningkatkan daya saing di pasar, terutama pasar internasional.

Menurut dia, pembeli kerajinan, terutama dari luar negeri, umumnya membutuhkan produk khas dengan bahan baku produk asli, serta desain khas sesuatu daerah. Bahkan cara pemrosesannya pun merupakan daya tarik tersendiri.

"Pemerintah perlu segera memulai penerapan standardisasi produk kerajinan, sekaligus menetapkan model standardisasinya agar para produsen kerajinan memiliki pegangan," ujarnya kepada Bisnis, kemarin.

Masalahnya, lanjut Abbas, para perajin dalam memanfaatkan bahan baku, seperti eceng gondok, tikar pandan, dan bahan-bahan serat lainnya, tidak didukung kualitas bahan baku itu dengan pemrosesan yang unggul.

Dia membandingkan pemrosesan bahan baku serupa di Thailand maupun Filipina yang bagus dan berkualitas, sehingga dapat dihasilkan kerajinan tangan yang berkualitas. Untuk itu, pemerintah perlu memfasilitasi lembaga pemroses bahan baku lokal didukung teknologi tinggi.

Sebelumnya, Fauzi Azis, Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Departemen Perindustrian, mengatakan produk-produk kerajinan akan didorong berstandar, seperti standar nasional Indonesia (SNI).
Model standar lain diterapkan perajin Jogjatic. Lebih dari 10 perajin dari Kota Budaya itu berhasil mendapatkan sertifikat Seal of Excellence (yang dikeluarkan UNESCO dan The Asean Handicraft Promotion and Development Association/AHPADA) untuk produk-produknya.

Safni Yetty, pimpinan PT Putri Sekar Kencana- produsen bunga kering/artifisial di Surabaya, mengatakan rencana standardisasi kerajinan perlu didukung industri lokal yang mampu menghasilkan bahan baku bagus dan murah, seperti kertas seni, lem, kawat, kain sutra.
"Kami selama ini memanfaatkan klobot (kulit jagung) dari daerah kabupaten di Jatim, dengan pemrosesan cukup bagus. Namun, bahan baku lainnya a.l. kain sutra dan manik-manik adalah barang impor," paparnya, kemarin.

Produsen kerajinan membutuhkan bahan baku berkualitas bagus dengan harga lebih murah agar harga jual produknya bersaing, tidak peduli bahan baku lokal ataupun impor.

Baik Yetty maupun Abbas berpendapat ketersediaan bahan baku lokal di berbagai daerah di Indonesia dinilai merupakan potensi yang layak dioptimalkan pemanfaatannya, tetapi perlu diproses dengan teknologi tinggi agar menjadi bahan berkualitas.

Sementara bahan baku produksi pabrikan harus kompetitif menghadapi barang sejenis yang diimpor antara lain asal China yang kini membanjiri pasar domestik. (k22)

Sumber : Bisnis Indonesia
Jumat, 27/03/2009