Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Standardisasi Bambu di Indonesia

  • Jumat, 10 Maret 2017
  • 11488 kali

Bambu selama ini telah digunakan sebagai material penting untuk berbagai aplikasi di Indonesia dan banyak negara. Diantaranya bambu digunakan sebagai bahan bangunan (rumah) yang murah, relatif tahan lama dan ramah lingkungan. Diperkirakan lebih dari satu milyar orang di dunia tinggal di rumah berbahan bambu. Tak hanya itu, bambu juga digunakan untuk membuat jembatan, furnitur, dan masih banyak lagi. Selain itu, di Indonesia juga banyak peneliti yang melakukan riset tentang bambu.

 

Saat ini, telah ada standardisasi untuk penggunaan bambu. Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) Bambang Prasetya mengatakan, standardisasi bambu diperlukan untuk menjamin keamanan proses, teknologi/mesin yang digunakan, dan pekerja; untuk memajukan penggunaan dan penerimaan teknologi; untuk memberikan referensi dasar, atau persyaratan patokan untuk karakteristik dan kualitas produk tertentu; menyediakan cara untuk pengurangan biaya produksi; sebagai referensi pasar dan akses ke pasar; untuk menjamin keselamatan, kesehatan dan keamanan konsumen; serta menjamin perlindungan lingkungan, baik selama proses produksi maupun penggunaan produk akhir.

 

“BSN telah menetapkan 5 Standar Nasional Indonesia (SNI) terkait bambu, yakni SNI 8020-2014: Kegunaan Bambu, SNI 7944-2014: Bambu Lamina Penggunaan Umum; SNI 01-4033-1996: Rebung Bambu dalam Kaleng; serta SNI 7555.22-2011: Furnitur – Bagian 22: Kursi tamu – Bambu,” ujar Bambang dalam International Symposium: Bamboo in The Urban Enviroment, Selasa (7/3/2017) di Bogor, Jawa Barat. Untuk menyempurnakan standar-standar tersebut, kini BSN akan mengkaji ulang standar tersebut, untuk melihat apakah standar tersebut masih sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

 

 

Selain itu, dalam Program Nasional Perumusan Standar (PNPS) 2017, ada tiga standar baru terkait bambu yang akan dirumuskan, yakni bamboo for structural component, guidance to manufacture lumber from laminated bamboo for building material, dan guidance to preservation of bamboo for civil construction.

 

Dalam perumusan standar internasional terkait bambu, Indonesia juga berpartisipasi aktif dalam International Organization for Standardization (ISO) dengan menjadi anggota ISO/TC 165 Timber Structures dan ISO/TC 296 Bamboo and Rattan.

 

Bambang menambahkan, masih diperlukan perbaikan dalam kegiatan standardisasi untuk bambu. Pertama, industri produk bambu perlu mengenalkan standar sistem manajemen yang lebih maju seperti meningkatkan kinerja produk dan kualitas untuk memenuhi kebutuhan pasar dan konsumen; meningkatkan efisiensi dalam penggunaan bahan baku dan energi untuk mengurangi biaya produksi dan dampak negatif terhadap lingkungan; menjamin kesehatan dan keselamatan staf produksi.

 

Kedua, perlu meningkatkan sistem standardisasi bambu dan standar rotan di Indonesia. Ketiga, sejak nomenklatur untuk bambu yang direkayasa masih dalam proses, kita perlu memperhatikan tentang terminologi, klasifikasi, spesifikasi dan metodologinya. Keempat, menguatkan komunikasi dan koordinasi antara Komite Teknis untuk bambu (TC 79 dan TC 165).

 


 

Kelima, penguatan manajemen masih dibutuhkan dalam anggota internal Komite Teknis (BSN, asosiasi industri, Kementerian kehutanan, kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian dan peneliti universitas) dan harus difokuskan untuk mengembangkan standar bambu. Terakhir, standardisasi sistem manajemen harus mencakup bahan baku, teknologi, operasi mesin dan pemeliharaan, kualitas produk dan kinerja, pengujian dan monitoring, keselamatan-sanitasi dan lingkungan.

 

Selain itu, diperlukan pengembangan industri bambu dalam negeri, dengan tidak melupakan pembuatan konservasi bambu untuk menjaga kelestariannya. Untuk mengenalkan lebih luas tentang kegunaan bamboo, kita juga harus terus mempromosikan manfaat bambu kepada masyarakat.

 

Sebagai informasi, International Symposium: Bamboo in The Urban Enviroment yang digelar 7 – 9 Maret 2017 diikuti oleh partisipan dari berbagai negara. Diantaranya Belanda, China, Swiss, Amerika, Kuba, Australia, Inggris, India, Filipina, Meksiko, Ethiopia, dan Indonesia.(ria-humas)

 




­