Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Kesiapan konversi BBM disoal

  • Kamis, 05 Januari 2012
  • 1154 kali
Kliping Berita

Kemenperin siapkan standar aturan teknis untuk tabung gas

JAKARTA Pelaku industri otomotif mempertanyakan kesiapan pemerintah dalam menyediakan alat konversi (converter kit) baqi program pengalihan dari penggunaan BBM ke ba-han bakar gas (BBG).

Jika infrastruktur dasar dan penunjang untuk program ini tidak memadai, dikhawatirkan akan terjadi kekacauan dalam tataran pelaksanaan program baik dari sisi keamanan, kenyamanan maupun keselamatan para pengguna.

Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor lndo-nesia (Gaikindo) Sudirman M. Rusdi mengatakan perangkat keras [hardware) untuk peralatan konversi harus tersedia dan cocok dengan kendaraan yang akan dipasang alat tersebut.karena itu, ujarnya, program ini membutuhkan uji coba yang teliti dahulu supaya bisa memenuhi syarat keselamatan. Kalau ini sampai dilalaikan, akan ber-akibat fatal.

"Jika sudah matching, apakah pompa pengisian BBG tersedia? Kalau tidak ada, pasti akan terjadi keluhan di mana-mana. Faktor ketersediaan stasiun pengisian BBG dan jumlah alat konversi harus seimbang," katanya kepada Bisnis, kemarin.

Sebelumnya, jelas Sudirman, alat konversi pernah diuji coba ke Daihatsu Gran Max untuk melihat seberapa besar dampak penggunaan CNG (compressed natural gas) terhadap kenyamanan dan keselamatan.

Namun, masalah lain muncul karena Pertamina tak siap menyediakan stasiun pengisian CNG sehingga proyek uji coba tersebut mangkrak.

Sejauh ini, ungkapnya, agen tunggal pemegang merek (ATPM) anggota Gaikindo belum diajak berembuk soal rencana pemerintah menyediakan alat konversi. Kondisi ini menyebabkan pebisnis otomotif belum mendapatkan gambaran yang komprehensif.

Terkait dengan kebijakan pembatasan BBM bersubsidi, Ketua Dewan Penasehat Gaikindo Subronto Laras mengingatkan pemerintah harus tegas dan siap terhadap kebijakan yang akan dikeluarkan baik dari berbagaiaspek regulasi maupun kelengkapan infrastruktur atas rencana pembatasan BBM bersubsidi untuk kendaraan pribadi mulai 1 April 2012.

Jika tidak siap, dia khawatir kebijakan tersebut bisa kontraproduktif terhadap pasar kendaraan bermotor.

"Kalau Pertamax diwajibkan, apakah infrastruktur di sedap SPBU sudah siap? Paling tidak, mereka membutuhkan tiga tangki untuk pengadaan Pertamax," katanya.

Menurut Sudirman, Gaikindo masihsulit memprediksi pembatasan BBM bersubsidi berdampak terhadap penurunan daya beli konsumen. Namun, agar daya beli tak jatuh. Gaikindo mengusulkan pembatasan tersebut diatur berdasarkan usia mobil.

"Artinya, secara otomatis mobil-mobil keluaran baru bisa saja langsung terkena regulasi ini. Gaikindo sudah pernah membuat kajian ini. Nanti dievaluasi lagi," jelasnya.

Siapkan aturan teknis

"Sampai saat ini, PT Dirgantara Indonesia sudah sanggup memproduksi alat konverter tetapi belum bisa secara massal..."

Di tempat berbeda, Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi mengatakan Kemenperin telah menyusun standar peraturan teknis untuk tabung CNG yang merupakan bagian dari peralatan konversi.

"Agar program ini cepat direalisasikan, pemerintah tidak menyusun SNI tapi standar teknis yang akan disiapkan. Kalau SNI butuh waktu lama karena memerlukan notifika-si ke WTO. Namun, standar teknis juga tetap mengacu kepada standar yang dibakukan secara internasional," ujarnya.
Menurutnya, kebutuhan alat konversi diperkirakan mencapai 2,5 juta unit konverter. Besarnya kebutuhan tersebut membuat pemerintah akan mengimpor terlebih dahulu sekitar 125.000-250.000 unit pada tahun ini mengingat industri dalam negeri belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan.

Sampai saat ini, ungkapnya, PT Dirgantara Indonesia (PT DI)sudah sanggup memproduksi alat konverter tetapi belum bisa dilakukan secara massal karena permintaan yang belum mencapai skala keekonomisan.

Jika permintaan sudah menca-, pai 4.000 unit per bulan, PT DI dipastikan ambil bagian menjadi produsen peralatan konverter untuk mendukung program pemerintah.

"Karena itu, Kemenperin berkomitmen mengurangi imp. dengan mempermudah investasi di bidang ini supaya tingkat kandungan lokal meningkat," katanya.

Sampai saat ini, produsen peralatan konverter di dalam negeri diklaim sudah bisa membuat sejumlah komponen peralatan konverter seperti tangki CNG seamless bervolume 200 bar dengan memanfaatkan 40 produsen tabung gas. Selain itu, industri lokal sudah bisa memproduksi pipa, tangki, switch, housing ICU dan regulator.

Adapun, untuk impor alat konverter, pemerintah memberikan fasilitas berupa pembebasan bea .masuk.

"Saat ini, teknologi alat konverter di negara-negara Eropa seperti Italia, Prancis, Belgia dan Belanda sangat berkembang," katanya. (yusuf.walayo@bisnis.co.id)

Sumber : Bisnis Indonesia, Kamis 05 Januari 2012, hal 18