Kliping Berita

Jakarta (Citra Indonesia.com): Menghadapi AC-FTA, Badan Stardardisasi Nasional (BSN) memprioritaskan empat sektor industri untuk segera memiliki Standard Nasional Indonesia (SNI).

Masing- masing furnitur, keramik, alat tulis kantor (ATK), dan alat kesehatan. Pasalnya ke empat sektor ini dinilaipotensial sehingga diharapkan ikut menikmati liberalisasi tarif nol persen.

“Pertimbangan bahwa nilai ekspor dan impornya lebih dari US$100 juta. Dan nanti dirasakan bakal terus naik,” kata Kepala BSN Bambang Setiadi, Rabu (20/7/2011) di Jakarta.

Menurutnya, prioritas itu ke empat sektor itu juga terkait dengan persiapan industri di dalam negeri yang kini belum 100% mampu bersaing di kancah ACFTA tersebut.

Dan Indonesia sebetulnya kata dia sudah memprioritaskan 11 berbagai sektor industri unggulan. Antara lain sektor baja, TPT, alas kaki, petrokimia, plastik, makanan danminuman, pertanian, mainan anak-anak, mesin dan perkakas, aluminium, dan elektronika dan kelistrikan.

11 sektor industri ber-SNI jumlahnya 1.570 jenis produk setara 23% dari total SNI akhir 2010 sebesar 6.799 SNI.

Namun kata dia, berkaca dari realitas di lapangan, maka muncul ide untuk memasukkan empat sektor tersebut untuk di poles SNI-nya sehingga ke depan tak lagi terseok- seok.

Kendati demikian, kata dia, pihaknya nantinya akan mengevaluasi produk- produk ber-SNI apakah masih relevan atau tidak. Termasuk masalah kesesuaiannya.

Revisi:
BSN juga akan merivisi SNI untuk kakao dengan mengadopsi standar di Pantai Gading, sehingga sesuai standar internasional (ISO). “Dokumen sduah ada. Akan ditangani Panitia Teknis,” ujarnya Bambang.

Di tempat yang sama, T.A.R Hanafiah, Deputi Bidang Penelitian dan Kerjasama Standardisasi BSN, SNI Kakao Indonesia belum 100% ISO sebagaimana di Pantai Gading yang hampir 100% berstandar ISO.

“Pantai Gading menggunakan mutu 1 dan mutu 2,  Indonesia menggunakan mutu 3,” katanya. (dewi/foto.dok)

Sumber : Citra Indonesia.com, Rabu 20 Juli 2011