Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Prangko dan Pangan ”Memotret” Metrologi

  • Senin, 29 Mei 2023
  • 713 kali

Tahun ini, metrologi legal di Indonesia telah berusia seabad. Jejak ilmu tentang ukuran, timbangan, dan takaran itu masih lestari hingga kini. Beberapa “potret” perjalanannya terpatri dalam prangko dan pangan.

Pada 20 Mei, dunia merayakan Hari Metrologi Sedunia. Usianya kini 148 tahun. Kelahirannya ditandai penandatanganan Konvensi Meter pada 20 Mei 1875 oleh perwakilan 17 negara. Konvensi itu penting untuk menciptakan keseragaman dan harmonisasi pengukuran di seluruh dunia.

Di Indonesia, sejarah metrologi legal dimulai 1923 dengan diundangkannya Ordonansi Tera (Ijkordonnastie) Staatsblad No 57. Langkah itu dibarengi pembentukan Dienst van het Ijkwezen atau Djawatan Tera. Institusi Pemerintah Hindia Belanda itu merupakan cikal bakal direktorat metrologi saat ini.

Guna mengabadikan seabad perjalanan metrologi Indonesia, PT Pos Indonesia (Persero) meluncurkan seri prangko seabad metrologi legal di Indonesia, Selasa (23/5/2023). Prangko itu bergambar timbangan surat tahun 1930, prototipe nasional meter tahun 1934, dan prototipe nasional kilogram tahun 1939.

Timbangan surat merupakan timbangan pos antik dari zaman Hindia Belanda yang digunakan sejak 1930. Fungsinya untuk menimbang berat dokumen, surat, atau benda-benda pos ringan berkapasitas maksimal 1 kg. Sementara Prototipe Nasional Meter merupakan standar panjang yang dibuat sebagai ukuran garis penampang lintang berbentuk “x”. Prototipe dari Belanda itu jadi basis alat ukur panjang, antara lain jangka sorong, mikrometer sekrup, meteran pita, roll meter, bahkan penggaris.

Adapun Prototipe Nasional Kilogram merupakan standar massa dan berat. Prototipe ini jadi dasar berbagai alat ukur massa dan berat, antara lain neraca lengan gantung dan sama lengan, timbangan analog (termasuk timbangan kodok, datar, dan badan), serta neraca ohauss dan pegas.

Melalui seri prangko seabad metrologi Indonesia, Pos Indonesia tak sekadar menyasar kolektor, tetapi juga edukasi tentang metrologi yang bermanfaat bagi kepentingan umum dan kebenaran pengukuran di berbagai sektor kehidupan di Indonesia.

Manfaat metrologi legal itu menjangkau tiap lapisan masyarakat. Metrologi juga membantu pengembangan pendidikan; kesehatan, termasuk takaran obat-obatan; serta infrastruktur dan konstruksi. Metrologi juga menopang ketahanan dan inovasi pangan.

Metrologi pangan Tahun ini, peringatan Hari Metrologi Sedunia dan Seabad Metrologi Legal Indonesia mengambil tema yang kurang lebih sama. Dunia mengusung “Metrologi Mendukung Sistem Pangan Global”, sedangkan Indonesia fokus pada ”Metrologi Mendukung Ketahanan Pangan Nasional”.

Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengatakan, dalam konteks ketahanan pangan, metrologi memberikan kerangka regulasi, baik standar maupun persyaratan teknis, untuk memastikan kualitas dan keamanan produk pangan. Kerangka regulasi itu antara lain mencakup standar produksi, penyimpanan, distribusi, dan perdagangan sesuai persyaratan, penggunaan alat ukur, takar, dan timbang.

“Kita bisa mengelola pangan beserta perdagangannya karena ada standar dan tolok ukur yang sesuai,” katanya dalam seminar peringatan Hari Pangan Sedunia dan Seabad Metrologi Legal Indonesia bertajuk ”Metrologi Mendukung Ketahanan Pangan” di Jakarta, Selasa (23/5).

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kementerian Perdagangan Moga Simatupang mencontohkan, dalam proses produksi, metrologi dipakai untuk mengukur dan memantau berbagai parameter yang memengaruhi mutu dan keamanan pangan, seperti kadar air, derajat keasaman (pH), kandungan gizi, kontaminan, residu pestisida, dan mikroba patogenik.

Sementara itu, Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) Kukuh S Achmad menuturkan, BSN berperan penting memastikan kompetensi laboratorium-laboratorium penguji hasil pertanian dan pangan olahan. Banyak parameter yang harus dipastikan validitasnya. Tak hanya fisika, tetapi juga biologi, cemaran mikroba, dan kontaminasi bahan kimia. Semua dipastikan dengan pengembangan laboratorium Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU).

“Hal itu untuk memastikan semua pengukuran, baik berat, suhu, dan dimensi, kandungan kadar suatu zat, dapat tertelusur secara persyaratan internasional,” ujarnya.

Upaya itu termasuk penentuan standar kadar dan komposisi produk penopang pangan seperti pupuk. Alat ukur, timbang, dan takar akan ditera berkala. Hal itu guna memastikan akurasi sekaligus perlindungan produsen dan konsumen pangan, serta keamanan pangan.

Pada 2022, Organisasi Pengembangan Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIDO) menempatkan infrastruktur mutu Indonesia pada peringkat ke-34 dari 137 negara yang disurvei. Di tingkat ASEAN dan Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC), Indonesia berada di peringkat ke-2 dan ke-10.

Prangko dan pangan menyibak berbagai potret jejak metrologi yang terus berkembang hingga kini. Sebaliknya, di balik sebuah timbangan, kisah keamanan dan ketahanan pangan Nusantara terus bergulir dari lahan, pabrik, pasar tradisional dan modern, toko-toko kelontong dan rumahan, hingga ke konsumen. (Hendriyo Widi)

Sumber: Kompas. 29 Mei 2023. Halaman 14.