Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Depperin Targetkan 100 Perajin Batik Raih Sertifikat

  • Rabu, 02 Desember 2009
  • 1152 kali

JAKARTA—Departemen Perindustrian (Depperin) menargetkan, setiap tahun 100 perusahaan perajin batik Indonesia menerima sertifikat Batik Mark yang diterbitkan oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta.

Batik Mark merupakan penanda identitas dan ciri batik buatan Indonesia. Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (Dirjen IKM) Depperin Fauzi Aziz menerangkan, Batik Mark terdiri atas tiga jenis, yakni Batik Tulis yang ditandai dengan label tulisan warna emas, Batik Cap dengan label warna perak, dan Batik Kombinasi Tulis dan Cap dengan warna putih.

"Program ini sudah dirilis sejak dua tahun lalu (2007). Ditujukan memberikan jaminan mutu batik Indonesia dan meningkatkan kepercayaan konsumen dalam negeri dan luar negeri terhadap batik Indonesia Batik Mark," tutur Fauzi usai pembukaan pameran Batik Warisan Budaya di Jakarta, Selasa (1/12).

Selain itu, katanya, untuk membedakan batik Indonesia dengan batik negara lain. Hal tersebut memudahkan konsumen mancanegara mengenal batik Indonesia dan mendukung promosi batik nasional di pasar global.

Menurut dia, hingga saat ini, sebanyak 32 perusahaan perajin batik di wilayah Jawa menerima sertifikat Batik Mark. Sembilan lainnya segera menyusul.

Fauzi menambahkan, proses sertifikasi Batik Mark melalui pendaftaran oleh perusahaan. Sebelum mengajukan, jelas dia, perusahaan terkait mengirimkan uji sampel kain batiknya dan diteliti melalui proses pengujian di laboratorium uji serta berdasarkan tes uji standar nasional Indonesia (SNI).

"Prosesnya tidak sulit setelah memenuhi syarat SNI, diberikan sertifikat yang berlaku selama perusahaan tersebut beroperasi. Pencantuman label Batik Mark disertakan dengan kode khusus demi menghindari duplikasi. Jadi, memang bisa saja ditiru, tapi pasti ketahuan karena masing-masing sudah memiliki barcode sendiri," tutur Fauzi.

Untuk sertifikasi tersebut, kata dia, setiap perusahaan dikenakan biaya sebesar Rp 1 juta. Bagi perajin yang dinilai tidak mampu dari segi finansial, ujar Fauzi, Depperin bersedia membantu.

Fauzi menambahkan, sejak diakui sebagai warisan budaya dunia, pertumbuhan industri batik di Indonesia mulai signifikan. "Contohnya, volume bisnis industri batik di Pekalongan bertumbuh hingga 40%. Efek pengakuan oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (Unesco) itu luar biasa.

Dulu, industri batik di Jawa Timur hanya beberapa, sekarang ada di 38 kabupaten. Selain itu, industri batik di daerah lain seperti Jambi dan Bengkulu juga bangkit dengan motif aneka rupa,” ujar Fauzi. (eme)

Sumber : Investor Daily, Rabu 2 Desember 2009, Hal. 22




­