Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Pentingnya Ketersediaan Bahan Acuan dalam Ketertelusuran Pengukuran

  • Kamis, 27 Oktober 2022
  • 693 kali

Dalam upaya perlindungan masyarakat Indonesia, terutama dari aspek kesehatan, keamanan, keselamatan, dan lingkungan, Badan Standardisasi Nasional (BSN) mendapat amanah untuk mengelola 3 pilar infrastruktur mutu nasional Ketiga pilar tersebut adalah standardisasi, penilaian kesesuaian – baik sertifikasi, akreditasi, pengujian di laboratorium – dan metrologi, yang di Indonesia menggunakan terminologi Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU).

Sebagaimana diamanatkan dalam UU No 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian dan PP No 34 Tahun 2018 tentang Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, SNSU BSN mempunyai fungsi sebagai lembaga metrologi nasional untuk menjamin ketertelusuran pengukuran nasional ke Sistem Satuan Internasional (SI).

Berdasar amanah tersebut, maka selain memberikan layanan kalibrasi / pengukuran, laboratorium SNSU juga melakukan layanan berupa penyediaan nilai acuan. “Nilai acuan ini sangat penting, terutama dalam kegiatan uji banding antar laboratorium kalibrasi (UBLK) dan layanan uji profisiensi”, ujar Kepala BSN, Kukuh S. Achmad saat memberikan sambutan dalam Webinar Temu Pelanggan SNSU di Palembang, Kamis (27/10/2022), dalam rangkaian Bulan Mutu Nasional (BMN) tahun 2022.

Semua pengukuran, semua pengujian di laboratorium harus tracible ke true value, salah satunya dikelola di laboratorium kalibrasi SNSU untuk nilai acuan ketika kita melakukan kegiatan UBLK, yang pada akhirnya nanti untuk evaluasi terhadap kompetensi perserta UBLK.

Laboratorium SNSU sebagai pemegang acuan standar primer berperan dalam memberikan nilai acuan dalam kegiatan uji banding antar laboratorium kalibrasi (UBLK), sehingga peserta UBLK dapat mengukur kemampuan laboratoriumnya sendiri dalam melakukan pengukuran kalibrasi untuk ruang lingkup tertentu. Laboratorium kalibrasi yang mempunyai pengukuran dalam rentang nilai acuan yang ditetapkan oleh Laboratorium SNSU dapat dipercaya untuk melakukan pengukuran kalibrasi. Selain itu, ketertelusuran pengukuran juga menjadi persyaratan dalam akreditasi laboratorium, yang tercantum dalam persyaratan SNI ISO/IEC17025.

“Oleh karena itu, ketersediaan bahan acuan oleh laboratorium SNSU BSN menjadi sangat penting untuk meyakinkan kita semua bahwa pengukuran yang dilakukan oleh laboratorium kalibrasi di Indonesia, semua tertelusur ke standar internasional, melalui laboratorium SNSU,” tegas Kukuh.

Pada acara temu pelanggan yang diselenggarakan secara hibrid ini, Plt Deputi SNSU BSN, Zakiyah menerangkan bahwa dalam menetapkan nilai acuan, Laboratorium SNSU juga melakukan uji banding dengan lembaga metrologi di negara lain untuk mendapatkan pengakuan CMC (Calibration Measurement Capabilities) oleh BIPM, yaitu International Bureau of Weights and Measures. “Saat ini Laboratorium SNSU telah mendapatkan CMC sebanyak 147 ruang lingkup, untuk memberikan layanan kepada kurang lebih 487 pelanggan laboratorium SNSU,” terang Zakiyah.

Laboratorium SNSU BSN juga terus berusaha meningkatkan perolehan pengakuan secara internasional terkait kemampuan pengukuran/kalibrasi yang dilakukan selama ini melalui skema Mutual Recognition Arrangement (MRA) dibawah koordinasi komite internasional timbangan dan ukuran (Comité international des poids et mesures / CIPM), sehingga hasil pengukuran/kalibrasi yang dilakukan oleh laboratorium SNSU BSN dapat diterima di negara yang telah juga menjadi penandatangan skema CIPM MRA.

Kegiatan temu pelanggan ini diselenggarakan dalam bentuk diskusi panel yang dimoderatori oleh Direktur SNSU Termoelektrik dan Kimia BSN, Ghufron Zaid. Mengangkat tema “Layanan SNSU dalam Penyediaan Nilai Acuan Kegiatan UBLK untuk menjamin Kompetensi Laboratorium”, acara ini menghadirkan 3 narasumber, yakni Deputi Akreditasi BSN, Donny Purnomo; Direktur SNSU Mekanika, Radiasi, dan Biologi BSN, Wahyu Purbowasito; serta Koordinator Kelompok Substansi SNSU Panjang BSN, Nurlathifah. (ald/ian-Humas/Red: Arf)




­