Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Penurunan Deforestasi dan Kendaraan Listrik, Dua Fokus Standar di Indonesia untuk Ekonomi Terdekarbonasi

  • Jumat, 01 Juli 2022
  • 1133 kali

Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN), Kukuh S. Achmad menjadi panelis pada pertemuan United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) – ISO Innovation Labs yang dilaksanakan oleh UNIDO di Vienna International Center, Vienna pada Kamis (30/06/2022). Kukuh hadir secara daring dari Jakarta, Indonesia.

Pada sesi pembahasan “Standards for Sustainable Development”, Kukuh menyampaikan bahwa fokus komitmen Indonesia terhadap standar dalam beberapa tahun ke depan adalah untuk mempercepat ekonomi terdekarbonasi (decarbonized economy).

Dua isu utama yang menjadi fokus Indonesia dalam standar adalah meminimalisir deforestasi dan pengembangan ekosistem kendaraan listrik. Isu deforestasi diangkat sebab data data menunjukkan pada tahun 2021, Indonesia memiliki setidaknya 95 juta hektar hutan.

Indonesia akan fokus pada pengembangan ekosistem kendaraan listrik, baik kendaraan listrik roda dua maupun mobil. “Perkembangan penggunaan kendaraan listrik menjadi jalan mengontrol atau meminimalisir bertambahnya kendaraan dengan mesin berbahan bakar, yang membawa emisi karbon,” ungkap Kukuh.

Untuk merespon kedua isu tersebut, BSN telah memformulasi beberapa standar terkait manajemen lingkungan seperti standar seri 14000, standar terkait kuantifikasi emisi gas rumah kaca, dan standar terkait kendaraan listrik. Di saat yang sama, BSN juga memastikan ketersediaan Lembaga penilaian kesesuaian.

“Karena kami juga bertanggungjawab atas memastikan berjalannya penilaian kesesuaian di Indonesia, terutama melalui pihak ketiga,” lanjut Kukuh.

BSN telah mengoperasikan sertifikasi seri 14001 untuk waktu yang cukup lama. Selain itu, BSN mengoperasikan sertifikasi untuk manajemen energi (ISO 50001) dan emisi gas rumah kaca beberapa tahun belakangan. Kami juga mengoperasikan program nasional untuk manajemen hutan berkelanjutan (sustainable forest management) untuk mengontrol emisi karbon.

Sebagai bagian dari pemerintah, BSN juga melibatkan regulator untuk menyadarkan mereka atas target pemerintah, sesuai dengan komitmen Indonesia pada COP26. Sistem sertifikasi untuk standar-standar ini juga sebagian besar dikembangkan oleh regulator. “Harapan kami, dengan fokus pada kedua sektor tadi, deforestasi dan kendaraan listrik, kami dapat mempercepat proses ekonomi terdekarbonasi,” tutup Kukuh.

Kukuh mengisi sesi “Standards for Sustainable Development” ini bersama empat panelis lainnya, Government Engagement Manager dari British Standards Institution, Cindy Parokkil (Ms); Industrial Development Officer dari UNIDO (DTA/DTI/QIS), Juan Pablo Davila (Mr); System and Assessment Expert dari Spanish Association for Standardization (UNE), Anna Sanchez Granados (Ms); dan Director General Lebanese Standards Instritution (LIBNOR), Leena Dargham.

Selama lebih dari 40 tahun, UNIDO dan ISO telah melakukan banyak kerja sama untuk memungkinkan negara berkembang lebih banyak berperan aktif dalam pengembangan dan adopsi standar internasional, serta membantu perusahaan dan institusi menerapkan dan mematuhi panduan standar dan penilaian kesesuaian internasional.

Melalui kemitraan yang kuat ini, UNIDO menjadi tuan rumah Working Session of Techical Committee 279 in Innovation Management (ISO/TC 279), Working Group 1 (WG 1) dan Working Group 3 (WG 3). Working group session ini fokus pada pengembangan standar dalam bidang sistem manajemen inovasi (WG 1) dan serta perangkat dan metode (WG3).

Partisipan yang diundang dalam ISO/TC 279 Working Group Session ini antara lain: ISO/TC279/WG 1 dan ISO/TC279/WG3 expert members, UNIDO Headquarter Experts, UNIDO ITPO’s Experts, perwakilan dari misi Kementerian dan Parlemen di Vienna, perwakilan dari institusi standardisasi, serta pemangku kepentingan lokal dan internasional. ISO TC expert members sendiri terdiri atas masing-masing 15-30 orang pada WG 1 dan WG 3.

(Put – Humas/Red: Arf)




­