Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Kontribusi BSN Tangani Percepatan Penanganan Pandemi Covid-19

  • Selasa, 17 Agustus 2021
  • 1543 kali

Pandemi Covid-19 masih terus berlangsung dan melanda dunia termasuk Indonesia. Perjuangan untuk memerangi virus Corona dilakukan seluruh pihak dan elemen. Badan Standardisasi Nasional (BSN) sebagai salah satu lembaga pemerintah non kementerian memberikan kontribusi dalam menangani percepatan penanganan pandemi Covid-19.

Kepala BSN, Kukuh S. Achmad dalam Webinar Obrolan Santai Seputar Covid, Masker, dan Vaksinasi pada Senin (16/08/2021) secara daring mengatakan dalam menangani percepatan penanganan pandemi, Pemerintah mempunyai dua kebijakan utama yaitu pada aspek penanganan kesehatan dan pemulihan ekonomi, dan BSN memberikan kontribusi pada dua aspek tersebut.

Di aspek penanganan kesehatan, sesuai dengan tugasnya, BSN menyusun SNI terkait dengan alat kesehatan. “BSN menyusun standar-standar yang terkait dengan alat kesehatan yang digunakan seperti masker, ventilator, thermogun untuk mengukur suhu, dan lain-lain. Hampir 100 SNI kita susun secara cepat untuk mendukung bagaimana mempercepat penanganan pandemi,” ujar Kukuh.

Sebagaimana diketahui, ketika awal pandemi Covid-19 melanda Indonesia, banyak hal terjadi seperti kesulitan untuk mencari masker karena kebutuhan yang tiba-tiba sangat banyak. Kalaupun bisa mendapatkan masker, harga di pasar sudah menjulang tinggi. Kendati demikian, masyarakat Indonesia terutama para pengusaha mikro dan kecil, cukup kreatif untuk memproduksi masker kain. Untuk memberikan acuan terkait mutu dan persyaratannya, BSN berinisiatif untuk membuat SNI masker kain, yang kemudian direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan sebagai salah satu jenis masker yang bisa digunakan dalam pencegahan penularan Covid-19. Terlebih, kita diperkirakan akan hidup agak lama berdampingan dengan virus Corona. Oleh karenanya, menggunakan masker yang memenuhi standar menjadi sangat penting.

Beranjak dari hal tersebut, BSN mensosialisasikan kepada UMKM terkait SNI masker dari kain ini. “BSN melakukan sosialiasi kepada UMKM. Paling tidak, baik masyarakat maupun pelaku usaha memiliki acuan dalam pemenuhan standarnya. SNI masker kain sendiri mengatur dua hal. Tidak hanya mutunya seperti efisiensi filtrasi virus, daya tembus dan lain-lain, tetapi juga dari aspek safety untuk digunakan. Karena bahan yang digunakan tentunya harus aman,” jelas Kukuh.

Tercatat, sampai saat ini baru ada 13 merk masker yang sudah mendapatkan tanda SNI. Oleh karenanya, Kukuh berharap makin banyak industri yang dapat menerapkan SNI masker sehingga dapat memberikan perlindungan kepada masyarakat.

Di sisi lain terkait pemulihan ekonomi nasional (PEN), Kukuh mengungkapkan BSN juga banyak menyusun SNI terkait PEN, terutama yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas produk dari usaha mikro dan kecil. Dimana UMKM banyak memberikan kontribusi dalam ketahanan ekonomi dan 97% tenaga kerja di Indonesia bekerja di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah.

Sementara, Head of Marketing PT Lucky Print Abadi, Sarlita Noor dalam kesempatan tersebut menyampaikan industri di Indonesia perlu melakukan inovasi untuk mempertahankan eksistensinya serta bersama-sama membantu masyarakat untuk mendapatkan salah satu alat pelindung dari pandemi yaitu masker.

“Inovasi yang telah kita lakukan untuk membantu masyarakat guna mendapatkan salah satu alat pelindung dari pandemi yaitu masker kain yang dilapisi teknologi anti virus. Sebelum memproduksi masker kain, kami melakukan uji coba, research and development dalam hal penentuan bahan yang digunakan,” pungkas Sarlita.

Selain Sarlita, Webinar Obrolan Santai Seputar Covid, Masker, dan Vaksinasi juga menghadirkan narasumber Kaposko Hotline PPKM PMJ, AKBP Safi’i Nafsikin; Dokter Umum, dr. Yunita; dan Komunitas Sepeda Bintaro LOOP, Toto Sudarsono. (nda-humas)




­