Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Pentingnya Laboratorium yang Kompeten Hadapi Covid-19

  • Rabu, 02 Desember 2020
  • 2818 kali

Penyebaran virus Corona di berbagai belahan dunia masih terus mengalami peningkatan. Begitu pula, kasus positif Covid-19 di Indonesia masih terus meningkat. Sementara, kebutuhan untuk menguji seseorang itu positif terkena virus juga semakin meningkat. Semakin banyaknya laboratorium yang bekerja dengan menggunakan bahan biologis berbahaya, dipastikan memiliki tingkat risiko tinggi, baik risiko terhadap petugas laboratorium (biosafety) maupun terhadap keamanan mikrobiologi yang ditelitinya (biosecurity).

Direktur Penguatan Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian Badan Standardisasi Nasional (BSN), Heru Suseno dalam Webinar "Penerapan SNI ISO 35001:2019-Sistem Manajemen Biorisiko Laboratorium dan Launching Panduan Penerapannya” pada Rabu (02/12/2020) melalui aplikasi zoom dan ditayangkan secara live melalui kanal Youtube BSN_SNI mengatakan kebutuhan sistem manajemen biorisiko laboratorium menjadi semakin meningkat terlebih lagi pada saat menghadapi pandemi Covid-19. “Tentunya diperlukan laboratorium yang kompeten untuk menguji Covid-19. Tidak saja kompetensi teknis pengujian yg memadai tetapi juga bagaimana laboratorium harus menerapkan manajemen biorisiko dan biosafety sehingga semua pihak yang terlibat dalam aktivitas laboratorium tidak terpapar oleh agen biologis yang berbahaya. Penanganan agen biologis yang baik, juga untuk menghindarkan penyalahgunaan atau penggunaan yang tidak semestinya sehingga dapat menyebabkan kerugian pada manusia,” terang Heru.

Dalam pengelolaan biorisiko laboratorium, BSN telah menetapkan SNI ISO 35001: 2019 Sistem manajemen biorisiko laboratorium (SMBL) dan organisasi terkait lainnya serta instrumen dalam upaya penerapannya. Standar ini menetapkan prinsip manajemen biorisiko mendefinisikan komponen esensial dan kerangka SMBL untuk diintegrasikan dalam laboratorium atau tata kelola organisasi dan memberikan panduan implementasi dan penggunaan standar.

SNI ISO 35001: 2019 menggunakan pendekatan sistem manajemen yaitu Plan, Do, Check and Action (PDCA). PDCA memungkinkan organisasi secara efektif untuk mengidentifikasi, mengkakses, mengendalikan, dan mengevaluasi risiko biosafety dan biosecuritynya.

Dalam penerapannya, tambah Heru, BSN telah menyiapkan infrastruktur penilaian kesesuaiannya yaitu menyiapkan skema akreditasi dan sertifikasinya. “Komite Akreditasi Nasional (KAN) telah melakukan akreditasi pada satu lembaga sertifikasi yang nanti terbuka untuk lembaga sertifikasi lainnya untuk diakreditasi juga. Dan saat ini sudah ada 1 laboratorium yang mendapatkan sertifikat,” ungkapnya.

Sebagaimana diketahui, dalam upaya penyiapan SNI dan penilaian kesesuaian SMBL, BSN tidak melakukan sendiri. Tetapi, bersinergi dan berkolaborasi dengan pihak lain, salah satunya Indonesia One Health University Network (INDOHUN). Termasuk, Webinar "Penerapan SNI ISO 35001:2019-Sistem Manajemen Biorisiko Laboratorium dan Launching Panduan Penerapannya” merupakan kerjasama antara BSN dengan INDOHUN.

Menurut Heru, BSN dan INDOHUN telah melakukan kerjasama pada tahun 2019 sebagai upaya menerapkan SMBL agar dapat diimplementasikan secara luas di Indonesia. Diantaranya, partisipasi tenaga ahli dalam kegiatan pembinaan penerapan SMBL untuk membuat panduan, modul, pedoman, melakukan bimbingan teknis baik pada penilaian kesesuaian, lembaga sertifikasi, maupun laboratorium yang ingin menerapkan SMBL.

Menambahkan Heru terkait upaya pembinaan, Kepala Subdirektorat Fasilitasi Pelaku Usaha BSN, Nur Hidayati bahwa berdasarkan UU NO 20 tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, saat ini BSN telah membina 13 organisasi pembimbingan penerapan SMBL SNI 8340:2016/ SNI ISO 35001:2019. Diantaranya Balai Veteriner Lampung, Labpratorium FK Unsri; serta Labkesda Provinsi Jabar.

Dalam Webinar juga dilakukan Launching Panduan Penerapan SNI ISO 35001:2019. Menurut Nur, panduan ini bertujuan untuk memudahkan Organisasi dalam memahami isi SNI ISO 35001 klausul per klausul yang disertai contoh per klausul demi terbangunnya SMBL yang efektif dan efisien.

Selain itu, dalam panduan ini, secara teknis terdapat juga Panduan Mutu Tata Laksana Pengelolaan Risiko Hayati Laboratorium yang disusun oleh INDOHUN yang dapat dijadikan referensi oleh organisasi.

Melalui Webinar "Penerapan SNI ISO 35001:2019 Sistem Manajemen Biorisiko Laboratorium dan Launching Panduan Penerapannya”, diharapkan mampu mendorong peningkatan penerapan SNI ISO 35001: 2019 pada laboratorium yang memiliki biorisiko.

Selain Heru dan Nur, webinar juga menghadirkan Koordinator OHLN-INDOHUN, Joko Pamungkas; Direktur Pengembangan Standar Agro, Kimia, Kesehatan dan Halal BSN, Wahyu Purbowasito; Asesor Laboratorium KAN, Mardiana; Kepala Balai Veteriner Lampung, Nasirudin; dan Manajer Sistem Manajemen Biorisiko Laboratorium INDOHUN, Diah Iskandriati yang dimoderatori oleh Kepala Seksi Fasilitasi Industri dan Organisasi Publik BSN, Tegar Ega Pragita. (nda-humas)




­