Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

BSN Dorong Kualitas Industri Mesin Sangrai Kopi

  • Rabu, 26 Agustus 2020
  • 3471 kali

Di masa pandemi ini mungkin sektor pertanianlah yang tahan dan tetap tumbuh positif, salah satunya kopi. Permintaan atau konsumsi dunia pun tidak terpengaruh, cenderung naik. Data dari International Coffee Organization (ICO) per 31 Juli 2020 mengalami kenaikan 2,1% dari tahun 2019, dengan jumlah total konsumsi total mencapai 10 juta ton.

 

Sangrai Kopi (Coffee roastery) merupakan salah satu mata rantai penting dalam industri pengolahan kopi. Proses sangrai, berdasarkan pengalaman dari praktisi sangrai kopi (coffee roaster) dapat berkontribusi 20% s.d. 25% terhadap mutu dan cita rasa produk akhir yang berupa minuman kopi.

Dalam proses sangrai kopi, meskipun hanya "memainkan" dua variabel yakni durasi (waktu) dan panas (suhu) dibutuhkan setidaknya dua faktor yang harus dikuasai dan dikendalikan yakni teknik atau ilmu sangrai kopi dan mesin sangrai itu sendiri.

 

Untuk teknik sangrai pakem yang diikuti salah satunya standar dari SCA (Specialty Coffee Association) terkait dengan jenis kopi, pengukuran kadar air dan densitas biji kopi, sampai ke tingkat warna atau profil roasting yang divisualisasikan dengan standar agtron sampai di akhir tentang uji cita rasa atau cupping test/score.

 

Mesin sangrai jika dibedah, beberapa aspek yang berpengaruh, yakni dari kapasitas, material (stainless atau besi cor), teknologi burner dan pemanas (gas, listrik, infrared dan hot air, air flow), sampai ke fitur tambahan seperti penggunaan software pembacaan (artisan) dan otomatisasi.

Itulah salah satu kesimpulan dalam diskusi malam Revolusi Industri Kopi 4.0 yang diselenggarakan oleh Indonesia Roastery Guild (Komunitas para penyangrai kopi dan produsen mesin sangrai lokal) bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif beberapa waktu lalu 15/08).

 

Hadir mewakili BSN, Slamet Aji Pamungkas atau yang akrab dipanggil Mamung, Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi yang didampingi Haryanto dari Direktorat Penguatan Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian.

 

Mamung menyampaikan bahwa standar (SNI) dapat dijadikan acuan dalam setiap mata rantai industri kopi baik dari hulu di pengolahan pasca panen sampai di hilir atau end product berupa kopi Bubuk atau minuman.

Pria yang pernah aktif di pengembangan kota dan ekonomi kreatif sub sektor kuliner ini menambahkan adanya standar bukan untuk membatasi ide atau kreatifitas, justru sebaliknya, standar berperan agar ide dan kreatifitas tadi dapat diterima masyarakat atau pasar karena jaminan keamanan, kesehatan dan keselematan dalam menggunakan produk. Penerapan standar juga mendukung siklus ekonomi kreatif bisa berjalan dan berdampak lebih luas.

 

Adanya standardisasi juga meningkatkan keberterimaan produk, baik di pasar lokal maupun global. Mamung mencontohkan salah satu makanan khas lokal Pempek yang sudah dibina oleh BSN dan ber-SNI penjualannya naik dan bahkan bisa ekspor ke luar negeri.

 

Sepakat apa yang disampaikan Mamung, Muhammad Neil El Himam sebagai Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif, Kemenparekraf RI yang lulusan Master of Industrial Engineering di North Carolina State University, AS menekankan pentingnya penerapan standar bagi industri mesin sangrai kopi. Terutama untuk menjamin aspek keamanan dan keselamatan (safety) mesinnya di samping juga aspek mutunya.

 

Azis Nawawi mewakili Indonesia Roastery Guild setuju jika para pengrajin mesin roasting termasuk juga para roaster sudah mulai memperhatikan standar (SNI). Untuk itu, Azis Nawawi berharap dapat bekerjasama dengan pihak pemerintah, termasuk BSN agar produk mesin sangrai lokal bisa terstandar, berkualitas dan menjadi raja di negeri sendiri.

 

Azis mengungkapkan, pasar coffee roastery Indonesia cukup menjanjikan mengingat pertumbuhan kedai dan konsumsi kopi Indonesia yang naik sampai 300% di 3 tahun terakhir. Indonesia bahkan menjadi salah satu pasar utama pabrikan mesin sangrai buatan Jerman. Padahal mesin sangrai buatan lokal sudah mampu dan bagus beberapa bahkan seperti buatan Bandung, Jember, Bali sudah diekspor ke luar negeri.

 

Azis juga menyampaikan fakta bahwa negara yang menguasai ilmu dan teknologi mesin pengolahan kopi-lah yang dapat memetik manfaat ekonomi besar dari bisnis kopi, padahal mereka tidak punya kebun kopi dibanding negara produsen kopi seperti Indonesia.

Sejarah seakan berulang, dulu saat Demam Tambang Emas (Gold Rush) di AS yang kaya bukanlah para pemilik tambang emas justru pembuat Celana jeans Levi Strauss yang kelahiran Bavaria, Jerman, pindah dari New York ke California untuk membuka toko tekstil pada 1849.

 

Acara Diskusi yang berlangsung malam ini diikuti oleh 65 peserta salah satunya adalah Bambang Sriono Ketua APEKI (Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APEKI) di Bondowoso yang bercerita pengalaman lebih dari 10 tahun menjadi petani dan eksportir kopi dari sebelumnya pengelola hotel.

 

Diisi juga cerita dari Erissan, salah satu coffee roaster Indonesia yang saat ini membuka kedai kopi di Arab Saudi.

 

Untuk saat ini, SNI yang dapat diacu dalam pembuatan mesin sangrai kopi adalah SNI 7465:2008 tentang Mesin sangrai kopi dan kakao tipe silinder datar berputar, Syarat mutu dan cara uji serta SNI 8588:2018 ISO 12100:2010 tentang Keselamatan permesinan – Prinsip umum untuk desain - Penilaian dan pengurangan risiko. (har)




­