Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Deteksi dan Pengembangan Teknik Diagnostik SARS-COV-2

  • Sabtu, 13 Juni 2020
  • 1851 kali

 

Mewabahnya Virus Corona / Covid-19 di Indonesia telah banyak menimbulkan korban. Berdasarkan data dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, hingga tanggal 12 Juni 2020 tercatat ada 36.406 masyarakat berstatus positif, 13.213 telah sembuh, dan 2.048 meninggal dunia. Tentu, penyebaran wabah ini harus segera dihentikan agar tidak bertambah lagi korban berjatuhan di bumi pertiwi.

 

Untuk memperkaya pengetahuan terkait pengendalian Covid-19 di Indonesia, Badan Standardisasi Nasional (BSN) bekerja sama dengan KKGBM-SITH ITB dan Group Discussion Diagnostic Covid-19 menyelenggarakan Webinar dengan tema Deteksi dan Pengembangan Teknik Diagnostik SARS-COV-2 (seri1) pada Jumat, 12 Juni 2020 melalui aplikasi zoom dan disiarkan melalui kanal youtube BSN dan Facebook BSN.

 

Menurut dosen yang juga menjabat sebagai Kepala Laboratorium Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Dr. dr. Andani Eka Putra Msc, masalah utama covid-19 bukanlah masalah kematian, tapi lebih ke penyebarannya. Kalau penyebaran tidak tekontrol, barulah kematian akan bertambah banyak. “Konsep yang harus kita bangun adalah bagaimana memutus rantai penularan covid-19,” ujar Andani.

 

Untuk itu, ia bersama tim dari Universitas Andalas telah mengusung metode Pool Test untuk membantu pemerintah dalam menguji sampel swab diduga Covid-19. “metode ini bisa menyingkat waktu pemeriksaan dan menghemat anggaran,” ungkapnya.Metode Pool test sendiri merupakan metode pemeriksaan kelompok, dimana sampel individual digabung ke dalam satu pool sampel untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap pool tersebut. Hasil dari Pool Test tersebut akan dilaporkan kepada pemerintah sebagai bahan rekomendasi untuk memutus rantai penularan.

 

Sementara itu, melihat potensi yang biasa digunakan oleh perangkat Surface Plasmon Resonance (SPR) di bidang farmasitika, Tim dari Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk penanganan Covid-19 mencoba mengembangkan teknik SPR yang harapannya lebih murah namun akurasinya sama dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR). Guru Besar Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Bandung (ITB), Brian Yuliarto menerangkan, Surface Plasmon (SP) merupakan eksitasi elektromagnetik dalam bentuk asilasi perambatan kerapatan muatan pada antamuka dialektrik dan logam, yang secara spontan terkurung dan memutar pada arah tegak lurus. “kelebihan menghunakan teknik SPR Biosensor adalah tidak perlu menggunakan label tambahan, hasilnya real time, dan dapat digunakan untuk interaksi tanpa perlu menunjukkan absorpsi dan pita hamburan.

 

Saat ini memang ada beberapa metode untuk mendeteksi Covid-19. Teknik SPR sendiri dikembangkan sebagai alternative bagian virus, baik protein spike virus ataupun nukleocapsis  virus. “SPR juga bisa mendeteksi sampel dari swab dan sedang dipertimbangkan untuk mengambil sampel dari saliva. “saya kira, sampel dari saliva lebih aman, karena kalau menggunakan swab ada kemungkinan pasien akan batuk sehinga membahayakan penyebarannya di ruangan tersebut. Bila menggunakan saliva, diharapkan dapat meminimalisir potensi penyebaran di tempat pengambilan sampel dilakukan,” ujar Dosen Teknik Biomedis STEI ITB, Dr. Isa Anshori. Ia melanjutkan, reagen yang digunakan dalam teknik hanyalah menggunakan antibodi bioreceptor dari protein. Adapun calon lab pengujian yang dapat digunakan untuk metode SPR adalah BSL3 UNPAD dan Balitbangkes Kementerian Kesehatan. (ald-Humas)




­