Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Pengusaha Protes Rencana Impor Tabung

  • Kamis, 28 Mei 2009
  • 2701 kali

Kliping Berita :

Kalangan produsen tabung elpiji kapasitas 3 kg-untuk program konversi dari minyak tanah ke gas-menolak opsi impor yang diusulkan PT Pertamina (Persero). Dia berlasan industri tabung di dalam negeri mampu memproduksi seluruh target produksi tahun ini yang ditetapkan sebanyak 46 juta unit. "Kapasitas produksi seluruh produsen tabung lokal belum dioptimalkan untuk memenuhi target tersebut, karena itu opsi impor sebenarnya tidak perlu ada," ujar Ketua Umum Koperasi Usaha dan Industri Tabung Gas Indonesia (Koptagi) Manahan Simatupang, kemarin.

Koptagi merupakan asosiasi produsen tabung elpiji ukuran 3 kg yang mencakup sedikitnya 52 perusahaan. Organisasi yang terdiri dari industriawan dan distributor tersebut berada di luar wadah serupa yang sudah ada yakni Asosiasi Industri Tabung Baja (Asitab). Beberapa perusahaan yang tergabung dalam Koptagi antara lain PT Indo Silinder Pratama, PT Indo Aneka Teknik, PT Tri Tunggal Jaya Energi serta PT AMKI.

Simatupang menilai opsi impor bertentangan dengan kebijakan pemerintah yang ingin memprioritaskan produksi industri lokal. Terlebih, anggota Koptagi yang sebagian besar merupakan produsen tabung kelas menengah telah mampu berproduksi sesuai SNI.


Dari total 52 anggota Koptagi, terangnya, sekitar 34 perusahaan telah memperoleh Sertifikat Produk Penggunaan Tanda Standar Nasional Indonesia (SPPT-SNI), dengan total kapasitas produksi sekitar 26 juta unit tabung per tahun.


"Kami akan menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam waktu dekat untuk menginformasikan kemampuan produksi tabung anggota kami," ujarnya.


Sekretaris Jenderal Koptagi Herman Rachman menambahkan sejak dimulainya program konversi energi pada 2006, industri tabung skala menengah tidak dapat mengikuti tender pengadaan tabung elpiji Pertamina karena kalah bersaing dengan perusahaan besar.


"Sejak awal program ini digulirkan, kami hanya menjadi subkontrak perusahaan besar. Dengan adanya lembaga baru [Koptagi], kami bisa memiliki posisi tawar yang lebih besar terhadap pemerintah," katanya.


Opsi terakhir

Direktur Industri Logam Departemen Perindustrian I Putu Suryawirawan mengatakan berdasarkan hasil rapat terakhir di Kantor Wapres Jusuf Kalla, sempat diputuskan bahwa opsi impor merupakan pilihan terakhir. Untuk itu, Depperin meminta produsen tabung lokal yang tergabung dalam Asitab maupun asosiasi lain untuk berproduksi secara optimal.

"Jadi, asalkan dapat memenuhi persyaratan SNI untuk tabung dan komponen, anggota Koptagi tentu saja dapat mengambil peran dalam program konversi ini." Terkait dengan penumpukan stok tabung di gudang Pertamina, Sekretaris Koptagi Asep Ridwan akan menawarkan kerja sama dalam penyediaan lokasi penampungan. Koptagi, katanya, memiliki lahan seluas 4,5 hektare berkapasitas 10 juta unit tabung di Cikarang, Bekasi. Tempat tersebut, diharapkan bisa mengatasi penumpukan stok tabung elpiji di gudang Pertamina.


Oleh Yusuf Waluyo Jati

Sumber :Bisnis Indonesia Online
Rabu, 27/05/2009




­