Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Harga Kakao Meningkat Dipicu Produksi Turun

  • Kamis, 19 Januari 2012
  • 918 kali
Kliping Berita

JAKARTA - Harga kakao yang di perdagangkan di pasar internasional meningkat. Peningkatan harga kakao berjangka dipengaruhi adanya badai La Nina di Afrika Barat dan hujan lebat di beberapa wilayah di Indonesia, yang menyebabkan produksi kakao turun. Kakao berjangka di New York untuk pengiriman Maret 2012 meningkat tipis Rp 20,4 juta per metrik ton .

Pelaku pasar melihat adanya kemungkinan peningkatan permintaan di Eropa dan kemungkinan penurunan produksi akibat gangguan cuaca. Di Pantai Gading, pengapalan kakao mengalami penurunan dari sebelumnya di 793.772 ton saat 15 Januari 2011 menjadi 763.000 ton di 15 Januari 2012 akibat gangguan cuaca di lahan pertanian kakao.

Sementara itu, menurut berita Bloomberg, pengolahan biji kakao di Eropa meningkat 1,8 persen pada kuartal IV, akan tetapi angka ini masih jauh dari prediksi semula ya ng diperkirakan akan mencapai 7,5 persen.

Di Indonesia, harga kakao di Bursa Berjangka Jakarta untuk kontrak Maret 2012 mengalami kenaikan 0,61 persen menjadi Rp 21.910/kg dari sebelumnya Rp 21.790/kg. Sementara kontrak Mei meningkat 0,86 persen menjadi Rp 21.840/kg dari sebelumnya.

Peningkatan harga kakao berjangka dipengaruhi oleh tren peningkatan harga kakao berjangka di pasar dunia, sementara penguatan rupiah sebesar 0,49 persen menjadi Rp 9.090 tidak berpengaruh banyak pada perdagangan kemarin ditengah tren kenaikan harga kakao dunia.

Seperti diketahui, sepanjang tahun 2011 harga kakao melemah hingga 35 persen. Itu disebabkan produksi dunia yang melimpah tidak diikuti peningkatan permintaan. Penurunan harga tersebut merupakan penurunan terbesar dalam 12 tahun terakhir.

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) melaporkan, tahun 2010 harga kakao tercatat Rp 30,6 juta per ton, sementara tahun 2011 turun jadi Rp 19,8 juta per ton. ”Krisis Eropa membuat permintaan kakao turun. Selama ini, negara-negara Eropa adalah konsumen terbesar kakao. Begitu terkena krisis, permintaannya langsung melambat. Di sisi lain, produksi kakao di daerah sentra, yakni di Afrika barat, justru melimpah,” kata Kepala Bappebti Syahrul R Sempurnajaya.

Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) menyebutkan, ekspor kakao sepanjang tahun 2011 juga turun sebesar 40 persen. Ekspor tahun lalu hanya 207.000 ton, sementara tahun 2010 sebesar 430.000 ton. Selain faktor harga yang kurang menguntungkan, penurunan ekspor juga disebabkan oleh penurunan produksi kakao di dalam negeri.

Ketua Askindo Zulhefi Sikumbang mengatakan, produksi kakao tahun ini juga tidak terlalu bagus. Ia memprediksi pertumbuhan produksi hanya 10 persen. Tahun 2011, produksi tercatat mencapai 450.000 ton sehingga tahun ini diprediksi mencapai 500.000 ton. Meski naik, produksi tahun ini masih lebih rendah dibandingkan dengan produksi tahun 2010 yang mencapai 575.000 ton. Tahun 2020, produksinya ditargetkan naik menjadi 2 juta ton per tahun.

Dia mengatakan, serangan hama yang semakin merajalela membuat pohon kakao tidak bisa berbuah secara maksimal. Serangan hama muncul karena faktor anomali cuaca. ”Selain anomali, program Gerakan Nasional Kakao yang membagikan bibit kakao jenis sumantik embrio (SE) kepada petani juga gagal. Bibit tersebut tidak diuji coba terlebih dahulu. Banyak tanaman mati. Kalaupun hidup, buahnya sedikit sehingga banyak petani yang menolak,” ujarnya.

Selain produksi yang rendah, mutu biji kakao juga tidak bagus. Menurut Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, sekitar 70 persen produksi biji kakao belum memenuhi standar nasional Indonesia (SNI). Ketidaklayakan biji kakao tersebut terutama karena petani tidak melakukan fermentasi terlebih dahulu. Akibatnya, rasa serbuk kakao yang dihasilkan kurang enak. Selain itu, biji kakao juga masih banyak tercampur kotoran, seperti sisa kulit, sampah, dan kerikil. Kpo

Sumber : SurabayaPost.co.id, Kamis 19 Januari 2012.
Link : http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=e5040d230c0d9d7bad6bd9894ab3e6e3&jenis=e4da3b7fbbce2345d7772b0674a318d5




­