Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

China Bakal Lebih Ekspansif ke Pasar Indonesia

  • Kamis, 19 Januari 2012
  • 1036 kali
Kliping Berita

Pelambatan Eropa / Impor Pangan Hortikultura Harus Diperketat

JAKARTA - Indonesia diperkirakan menjadi target ekspansi pasar impor barang China setelah perekonomian Eropa melambat. Untuk itu, pemerintah dan dunia usaha dalam negeri diingatkan untuk mengantisipasi kemungkinan tersebut melalui serangkaian program penguatan dan perlindungan produk domestik.

Saat ini, penetrasi produk China di pasar lokal sebenarnya sudah cukup kuat. Terbukti, neraca perdagangan nonmigas Indonesia- China selalu defi sit sejak 2008 (lihat infografi s). Ekonom Indef, Didik J Rachbini, mengemukakan melemahnya perekonomian Eropa membuat Indonesia menjadi sasaran tujuan impor, terutama dari China, yang selama ini sudah mulai mendominasi pasar Indonesia. "Impor barang China memang sulit dibendung," papar dia di Jakarta, Selasa (17/1).

Didik menjelaskan pelambatan ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat akibat krisis utang akan menurunkan permintaan impor dari China ke kawasan itu. Sebagai gantinya, China bakal membidik pasar Asia, termasuk Indonesia, yang perekonomiannya dinilai masih tumbuh positif.

Sebagai akses masuk pasar Indonesia, kata Didik, raksasa ekonomi kedua di dunia itu kemungkinan akan menawarkan sejumlah fasilitas seperti pinjaman murah ataupun pinjaman barang.

"Mungkin juga China malah memberikan kemudahan bagi Indonesia untuk mengekspor. Tapi, sebenarnya, China berupaya masuk lebih jauh ke dalam pasar Indonesia," ungkap dia.

Seperti dikabarkan, krisis utang Eropa yang menyebabkan pelambatan ekonomi di kawasan itu pada akhirnya akan mengimbas ke China maupun Indonesia. Sinyal pelemahan Eropa, pekan lalu, diungkapkan lembaga pemeringkat internasional, Standard & Poors (S&P), yang memangkas peringkat utang sembilan negara Eropa.

Ini artinya krisis utang di Eropa belum beres dan bisa lebih memburuk. Menteri Keuangan Agus DW Martowardojo menilai pemangkasan itu mengonfi rmasi pandangan dunia bahwa permasalahan di Eropa belum selesai dan akan berdampak kepada negara- negara di luar Eropa termasuk Indonesia (Koran Jakarta, 17/1).

Menyinggung kemungkinan membanjirnya produk China di pasar Indonesia, pengamat ekonomi dari LPEM FEUI, Eugenia Mardanugraha, menyatakan pemerintah maupun masyarakat konsumen Indonesia harus disiplin menjaga konsistensi permintaan.

"Jangan menambah pembelian produk China dan sedapat mungkin hanya membeli produk dalam negeri saja." Produk itu bisa berupa barang siap pakai maupun bahan baku produksi.

Langkah tersebut, menurut dia, akan mampu meredam dampak negatif banjirnya produk dari Negeri Tirai Bambu itu bagi industri di Tanah Air.

Proteksi Pangan


Didik menegaskan pemerintah harus mencegah serbuan produk China, antara lain melalui kebijakan hambatan nontarif, terutama untuk mengendalikan impor pangan khususnya produk hortikultura. Implementasinya, lanjut dia, bisa berupa meningkatkan standardisasi barang yang masuk dengan memaksimalkan Standar Nasional Indonesia.

Selain itu, pengawasan pelabuhan impor yang sudah ditetapkan, terutama pada produk hortikultura, harus lebih diperketat. "Diperlukan konsistensi aparat di lapangan. Mereka terindikasi rawan disuap importir," ucap dia.

Pengetatan impor hortikultura juga bisa lewat kelayakan kesehatan barang impor yang dilakukan pusat karantina dan Badan Pengawas Obat dan Makanan.

"Kinerja mereka harus diawasi karena proses di karantina sering jebol oleh suap," tambah Didik.

Impor pangan Indonesia yang kian meningkat tiap tahun dikhawatirkan berbagai kalangan akan merugikan secara politik maupun ekonomi karena meningkatkan kebergantungan pangan pada negara lain dan menekan sektor pertanian domestik. Eugine mengingatkan guna menjaga laju perekonomian dalam negeri, peningkatan daya saing produk lokal mutlak dilakukan. Rtr/fan/lex/uci/WP

Sumber : Koran Jakarta, kamis 19 Januari 2012, Hal. 1.




­