Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Waspadai, Industri Hijau Semakin jadi Prioritas

  • Kamis, 05 Januari 2012
  • 859 kali
Kliping Berita

JAKARTA, KOMPAS – Industri yang menciptakan produk berorientasi ramah lingkungan atau kerap disebut industri hijau semakin menjadi prioritas perhatian dunia, terutama negara-negara maju.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Ansari Bukhari dalam jumpa pers  Penghargaan Pemerintah di bidang Industri 2011 mengatakan hal itu di Jakarta, Rabu (4/1).

Presiden direncanakan pada Kamis ini memberikan penghargaan Upakarti,  Rintisan Teknologi, Desain Terbaik Indonesia, Kreasi Prima Mutu, Anugerah Cinta Karya Bangsa, dan Industri Hijau. Penghargaan itu akan diserahkan kepada 69 penerima.

Ansari mengatakan, dari berbagai penganugerahanpenghargaan ini, pengkajian dampak perekonomian belum pernah dilakukan pemerintah. Namun, paling tidak penghargaan ini menjadi pemotivasi bagi industri ataupun instansi terkait untuk mendorong penciptaan produk-produk berkualitas dan bernilai tambah tinggi.

“Selama ini, label penghargaan ini memang tidak sama dengan Standar Nasional Indonesia atau SNI. Kalau SNI, labelnya bisa ditempelkan dalam kemasan atau produknya,” ujar Ansari.

Kepala Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri Kemenperin Aryanto Sagala mengatakan, masa berlaku penghargaan ini hanya satu tahun.

“Untuk Industri hijau, penilaian lebih melihat pada efisiensi bahan baku dan efisiensi proses produksi. Belum melaihat sampai melihat dampak pasarnya, terutama untuk ekspor,” kata Aryanto.

Dari data kemenperin, industri pegolahan merupakan lapangan usaha yang memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian nasional sekitar 24 persen pada 2011. Pertumbuhan sektor industri nonmigas pada triwulan III tahun 2011 mencapai 6,49 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 5,09 persen.

Aryanto mengatakan, ke depan, aspek industri hijau akan menjadi bagian dari kebijakan non-tariff barrier. Ini bisa menjadi sangat menentukan daya saing di pasar global.

“Konsumen negara-negara maju sangat cerewet dengan proses produk yang dihasilkan oleh industri hijau. Mereka melihat tingkat efisiensi, komitmen penggunaan energi terbarukan, hingga perbandingan antara banyak produk dengan limbahnya,” kata Aryanto.

Dari hasil pengamatan, prinsipal produk tekstil mark and Spencer (M&S) mendongkrak ekspor garmen Indonesia. Sebanyak 54 industri garmen se-Indonesia selaku pemasok produk M&S mendapat tantangan berat dalam menciptakan produk berkualitas.

Tidak hanya mempertahankan, tetapi malah menambaha pemesanan. Namun, kriteria standar etika lingkungan tetap harus diperhatikan, antara lain dengan menciptakan produk ramah lingkungan dan memperhatikan jam kerja buruh. (OSA)

Sumber : Kompas, Kamis 05 Januari 2012, hal. 18




­