Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Tekstil Indonesia Siap Bersaing di ASEAN

  • Selasa, 08 November 2011
  • 1558 kali
Kliping Berita

Tinggal menyisakan waktu kurang dari empat tahun dan Indonesia harus bersiap menghadapi komunitas ekonomi ASEAN (AEC) 2015. Kesiapan tersebut tentunya tidak hanya ditujukan kepada pemerintah saja, tetapi juga semua elemen bangsa. Termasuk di dalamnya kalangan dunia usaha.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan, pihaknya siap menghadapi AEC 2015. "Tidak ada masalah," ujarnya pada forum grup diskusi (FGD) tentang implementasi perdagangan bebas ASEAN (AFTA), yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika di Jakarta, pekan lalu.

Kalangan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia memang memiliki kepercayaan diri bisa bersaing dengan industri serupa di kawasan ASEAN. Sebab, daya saing TPT Indonesia dinilai paling kuat dibandingkan negara anggota ASEAN lainnya.

Keyakinan tersebut juga didasarkan pada kelengkapan jaringan industri TPT dari sektor hulu hingga hilir. Belum lama ini, PT South Pacific Viscose memperluas kapasitas produk sebesar 130 juta dolar AS. Multiefeknya, Indonesia akan menjadi produsen serat rayon terbesar di dunia pada tahun depan.
 
Di samping itu, produsen serat poliester, yaitu PT Indorama Polyester Industries juga menambah investasi sebesar 800 juta dolar AS sehingga menjadikannya sebagai produsen poliester terbesar. Kondisi tersebut tentunya akan memberi dampak efek berantai pada industri hilir TPT, seperti benang, kain, dan pakaian jadi (garmen).

Selain Indonesia, menurut Ade, produsen TPT terbesar di ASEAN adalah Thailand, Vietnam, Kamboja, dan Myanmar. Di luar kawasan ASEAN, Cina merupakan pesaing kuat produsen tekstil Indonesia.

Data yang dimiliki API, kapasitas produksi tekstil di Thailand masih cukup kecil. Begitu juga dengan produsen tekstil di Vietnam. Namun, ekspor tekstil dari Vietnam ke dunia terus meningkat, saat ini mencapai 14 miliar dolar AS.

Sementara itu, untuk Kamboja dan Myanmar, Ade mengaku, tidak terlalu khawatir sebagai tempat tujuan investasi tekstil. Mengingat industri TPT di kedua negara ini masih mengandalkan insentif dari negara-negara besar, seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

AS, misalnya, melirik Kamboja sebagai tujuan investasi dan memberikan fasilitas generalized system of preferences (sistem preferensi umum) terhadap Kamboja. Dampak positif adanya fasilitas ini di pasar AS, terang Ade, maka setiap hari di Kamboja tumbuh satu pabrik tekstil sebab Kamboja masuk kategori less developing country.

"Hanya saja, fasilitas ini diprediksi akan dicabut bila pendapatan per kapita Kamboja sudah menyentuh angka 1.500 dolar AS," ujarnya.

Sedangkan, Myanmar mendapat perlakuan khusus dari Eropa. Bila Myanmar menjadi negara demokrasi, Eropa akan memberi tarif khusus terhadap garmen asal Myanmar.

Ade juga meyakini, TPT asal Indonesia siap bersaing dengan Cina sebab industri tekstil di Negeri Tirai Bambu ini perlahan mulai ditinggalkan. Hal ini karena semakin tingginya biaya produksi tekstil di sana.

Terkait kekhawatiran masih maraknya impor TPT asal Cina, Ade menilai, impor asal negeri itu hanya sekitar tujuh persen. "Berupa garmen saja. Sisanya, yakni kain yang diproduksi kembali oleh industri tekstil di Indonesia," jelasnya.

Dengan peta kekuatan tersebut, Indonesia, menurut Ade, bisa bersaing dengan produsen TPT di negara ASEAN, baik untuk pasar domestik maupun ekspor. TPT Indonesia akan mendapatkan banyak manfaat ketika AEC 2015 terwujud.

Apalagi, sambungnya, jika pemerintah terus memanfaatkan momentum penambahan kapasitas produksi di sektor hulu TPT dengan memperbaiki infrastruktur, seperti menambah pembangkit listrik. "Pasti dalam 10 tahun ke depan industri TPT bisa menjadi juara di ASEAN atau bahkan dunia," ujar Ade.

Bila tidak ada penambahan infrastruktur, industri TPT di Thailand, Vietnam, Kamboja, dan Myanmar akan menyalip Indonesia. Dan, bisa saja pencapaian ekspor TPT Indonesia ke kawasan ASEAN sebesar 1,3 miliar dolar AS pada 2010 lalu akan terus menurun.

Pada 2011, API mencatat, ekspor TPT Indonesia ke kawasan ASEAN diperkirakan mencapai sekitar 1,8 miliar dolar AS atau naik sekitar 38,5 persen dibandingkan tahun 2010, sebesar 1,3 miliar dolar AS. Sedangkan, ekspor TPT secara nasional ke pasar dunia diprediksi menembus jumlah di atas 13 miliar dolar AS. ed: nidia zuraya
Sumber : Republika, Selasa 08 November 2011, hal. 14




­