Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Standardisasi UKM Dorong Produk Berkualitas

  • Jumat, 04 November 2011
  • 1124 kali
Kliping Berita

Usaha Kecil Menengah (UKM) kian menjadi sorotan pemerintah agar mampu dalam membentengi derasnya impor barang-barang dari luar negeri. Terlebih setelah ACFTA, begitu banyak produk dari RRT yang masuk ke Indonesia. Misalnya untuk mainan anak-anak total import dari negara Tirai Bambu itu telah mencapai 95 persen, walaupun ekspor Indonesia ke pasar dunia untuk mainan anak pada tahun 2010 mengalami naik 12 persen dibanding tahun sebelumnya.

Dalam satu tahun Gerakan Nasional Penerapan SNI (Standar Nasional Indonesia), Badan Standardisasi Nasional (BSN) telah mengeluarkan rumusan standardisasi untuk memperkuat peran UKM di Indonesia. “Genap setahun SNI sebagai strategi nontarif dalam mendukung langkah pemerintah menghadapi CAFTA,” ujar Bambang Setiadi, Kepala BSN Kamis, (3/11).

Selain itu bantuan lainnya berupa pelatihan pemahaman SNI ISO 9001:2008, pelatihan pemahan SNI keselamatan mainan anak, workshop Genap SNI dan penyediaan buku tentang penerapan SNI mainan anak.

Selain itu akan digiatkan edukasi dan dengan sosialisasi kepada produsen, konsumen dan kelompok-kelompok masyarakat. Hal ini untuk peningkatan pengembangan industri yang sesuai dengan SNI, sekaligus mengedukasi publik untuk mendorong penggunaan SNI.

Untuk produk makanan dan minuman juga semakin mendapat  tantangan dari mulai globalisasi dan konsumen yang makin kritis terhadap produk. Industri makanan dan minuman disominasi oleh UKM, namun demikian kontribusi UKM kurang dari 15 persen. Berdasarkan sensus BPS tahun 2008, untuk industri mainan kategori kecil dan menengah hanya berkontribusi sebesar 13,21 persen. Tentunya hal ini cukup memprihatinkan.

Untuk itu, BSN telah memberikan insentif kepada dunia industri. Seperti peningkatan kompetensi industri garam konsumsi beryodium, melalui workshop penerapan SNI Sistem Manajemen Mutu yang bersinergi dengan UNESCO dalam membina KUD Processing Center.

Di sektor pertanian yang berupa tanaman pengan, perkebunan, holtikultura, perkebunan dan peternakan merupakan komoditi yang rentan terhadap cuaca rentan terserang hama dan penyakit, juga mempunyai umur simpan yang relative pendek. Khusus tanaman pangan menghadapi tantangan berat seperti keterbatasan lahan karena terdesak pemukiman dan pemasaran yang seringkali melalui tengkulak.

Sektor pertanian umumnya didominasi oleh usaha rakyat (95 persen UKM), yang umumnya masih mengalami kesulitan dalam penerapan SNI, baik dari sisi pemenuhan syarat teknis maupun biaya sertifikasi. Karena itu perlu dikembangkan sistem sertifikasi yang cocok untuk UKM dan pemberian insentif pembiayaan sertifikasi. Untuk itu BSN akan menyediakan insentif untuk UKM agar bisa memenuhi persyaratan SNI.

Dalam Genap SNI, BSN telah mengusulkan untuk apel, persik, pir, stroberi, dan bawang bombay. Begitu juga untuk pangan organik perlu terus didorong pengembangannya. Hal yang tak kalah penting dari program ini adalah sosialisasi dan edukasi akan terus digencarkan terutama untuk masyarakat di sentra-sentra UKM di pinggir kota. Utoyo Harjito
Sumber : Jurnal Depok, Jumat 4 November 2011, hal. 1  




­