Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Industri Batik Agar Sesuai SNI

  • Selasa, 19 Juli 2011
  • 1147 kali
Kliping Berita

Dananjoyo Kusumo / Jurnal Nasional

Jurnas.com | MASUKNYA produk-produk China saat ini menjadi permasalahan yang dihadapi industri batik dalam negeri. Oleh karena itu, pemerintah mendorong industri batik agar menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI).

''Untuk membendung produk China, kita harus menggunakan instrumen SNI. Produk mereka banyak yang tidak memenuhi standar yang baik,'' kata Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian, Euis Saedah dalam kunjungan di Sentra Batik Trusmi, Cirebon, Jawa Barat, Selasa (19/7).

Menurut Euis, SNI untuk batik sudah siap diterapkan. Penerapannya didukung oleh kesiapan Balai Besar Kerajinan Batik di Yogyakarta dan beberapa laboratorium swasta di Jakarta. Akan tetapi, industri batik dalam negeri masih banyak yang enggan menerapkannya. ''Kendala pertama adalah biaya. Kemudian kendala kedua, untuk industri yang sudah punya nama, mereka percaya diri tanpa SNI pun permintaan berdatangan. Yang kami mau angkat ini industri menengah, kami dorong supaya menerapkan SNI,'' katanya.

Untuk meningkatkan penerapan SNI pada IKM batik, pemerintah berencana memberikan bantuan dana. ''Kami mau hitung dulu dan mau dibuat semacam skema. Saat ini sedang dipelajari IKM mana saja yang perlu diprioritaskan untuk mendapat bantuan,'' katanya.

Euis berharap, program bantuan untuk penerapan SNI tersebut dapat diterapkan tahun ini. Dananya akan diupayakan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara - Perubahan (APBN-P) 2011. ''Besarnya tidak lebih dari Rp500 juta untuk sekitar 100 IKM,'' katanya.

Menurut Euis, pemerintah juga terus melakukan pelatihan gratis pemberian bantuan alat-alat gratis untuk mengembangkan industri batik. Selain itu, saat ini juga sedang dilakukan analisa supply chain. ''Saat ini susahnya memperoleh bahan baku juga menjadi salah satu kendala. Tahun ini kami berinvestasi sebesar Rp300 juta untuk mesin gondorukem yang bekerja sama dengan Perhutani,'' katanya.

Pada 2010, terdapat 39.641 unit usaha batik yang mempekerjakan 165.552 orang. Nilai produksinya mencapai Rp3,94 triliun dengan nilai ekspor Rp1,82 triliun.

Penulis: Ayu Lazuardi Mutmainnah

Sumber : jurnas.com, Selasa 19 Juli 2011.
Link : http://www.jurnas.com/news/34776/Industri_Batik_Agar_Sesuai_SNI/1/Ekonomi/Ekonomi




­