Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Kategorisasi SNI sepatu ditentang

  • Senin, 11 April 2011
  • 1485 kali
Kliping Berita

JAKARTA Rencana pemerintah menetapkan SNI untuk setiap model sepatu ditentang kalangan industri karena dinilai tidak bermanfaat dan justru bisa menimbulkan beban tambahan bagi produsen.

Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Apresindo) Eddy Widjanarko mengatakan berdasarkan keinginan pemerintah, SNI sepatu dibagi atas beberapa kategori, yaitu sepatu wanita, laki-laki, dan anak-anak. Padahal, bagi industri alas kaki yang sebagian besar bekerja untuk ekspor, tidak terlalu memberikan manfaat.

"Sepatunya itu dibagi atas kategori wanita, laki-laki, anak-anak ditetapkan berbeda. Karena untuk pabrik-pabrik yang berorientasi ekspor itu tidak terlalu ada manfaatnya, maka kami sekarang ingin supaya ada satu standardisasi," katanya pekan lalu.

Sejauh ini, tuturnya, pengusaha baru menyetujui SNI untuk sepatu keselamatan [safety slwes), sementara SNI yang lain masih terjadi tarik ulur antara pemerintah dan industri.

Industri hanya menghendaki penyesuaian standar dan agar pemerintah tidak menerapkan SNI secara khusus karena model dan variasi sepatu bisa berubah-ubah.

"Kami tidak mau SNI yang diberlakukan karena sepatu itu berbeda-beda dan mengikuti selera konsumen. Jangan sampai kami ubah variasi harus diikuti dengan perubahan SNI sehingga menimbulkan masalah. Soal ini belum ada titik temu dengan pemerintah." jelasnya.

Ketika dikonfirmasi. Direktur Industri Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian Budi Irmawan justru mengatakan pemerintah telah mengeluarkan SNI untuk sepatu keselamatan. Untuk model sepatu lain, pemerintah belum akan mengeluarkan SNI karena tuntutan tingkat kenyamanan sepatu berbeda-beda.

"SNI untuk sepatu hanya diberikan pemerintah untuk sepatu keselamatan. Pemerintah tidak akan memberikan SNI untuk sepatu model lain karena kenyamanan bersepatu tidak bisa dibatasi."

Dalam perkembangan lain, Eddy mengungkapkan impor alas kaki secara akumulatif melonjak 300% selama periode 2008-2010. "Selama setahun terakhir kita sudah jebol 100% dan kalau dihitung sejak 2008, peningkatan impor sudah mencapai 300%."

Impor alas kaki dari China pada Januari 2011 mencapai US$6,69 juta, padahal pada Januari 2010, impor produk itu beru US$3,4 juta.

Sumber : Bisnis Indonesia, Senin 11 April 2011. Hal. 8





­