Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

BSN Ingatkan Kembali Peran Standar untuk Penguatan Forensik Digital Indonesia

  • Senin, 22 Juli 2024
  • Humas BSN
  • 92 kali

Sekretaris Utama Badan Standardisasi Nasional (BSN), Donny Purnomo, memberikan sambutan dalam Seminar dan Musyawarah Nasional Asosiasi Forensik Digital Indonesia (AFDI) pada Kamis (18/07/2024), bertempat di Hotel Borobudur Jakarta. Acara dibuka oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Budi Arie Setiadi dan dihadiri pula oleh Ketua AFDI, Izazi Mubarok.

Donny menyampaikan bahwa peran digital forensic itu berada di belakang, setelah insiden terjadi, untuk mencari root cause serta memastikan bahwa bukti-bukti digital atas insiden itu valid dan benar. Demi menjamin bahwa laboratorium forensik digital itu kerjanya benar, bebas konflik kepentingan, kompeten sehingga hasil uji forensiknya akurat, diperlukan standar, yaitu ISO/IEC 17025. Akreditasi diperlukan sebagai bentuk pengakuan formal kompetensi oleh KAN yang juga sebagai penandatangan perjanjian saling pengakuan, sehingga kompetensi laboratorium forensik Indonesia diakui kesetaraannya di tingkat Internasional.

“Upaya membangun kompetensi laboratirum forensik Indonesia berdasarkan standar internasional ISO/IEC 17025 telah dilakukan 11 tahun lalu, saat BSN bersama POLRI, mengembangkan Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) POLRI dengan bantuan dari Australia Federal Police yang membantu RI dalam menangani kasus terorisme kala itu,” kenang Donny.

Donny juga memaparkam bahwa saat ini sudah ada 18 laboratorium forensik di Indonesia yang telah diakreditasi KAN. Selanjutnya untuk memastikan bahwa di antara Laboratorium ini dapat dipastikan jaminan mutu pengujian forensiknya untuk mencegah hasil uji forensik yang salah, dibutuhkan peran Penyedia Uji Profisiensi (PUP) Laboratorium Uji Forensik Digital. Penyedia Uji Profisienai agar kompetensinya diakui di tingkat internasional perlu menerapkan standar internasional juga yaitu ISO/IEC 17043 dan diakreditasi KAN.

Donny menekankan bahwa untuk membangun infrastruktur forensik digital Indonesia yang kuat dan kompetensinya diakui di tingkat dunia akan mustahil tanpa dukungan SDM yang kompeten. "Pengalaman saya selama ini, sumber kompeten bidang IT, termasuk keamanan siber dan forensik digital itu dipelajari dari kalangan manapun meski tanpa background Pendidikan di bidang IT, banyak SDM kita yang menguasai kemampuan IT meski dulunya tidak kuliah IT sehingga diperlukan sertifikasi person untuk mengakomodir hal ini. Saya berharap AFDI dapat juga mengambil peran sebagai Lembaga Sertifikasi Person yang juga operasionalnya mengacu ke standar internasiol, ISO/IEC 17024 dan diakreditasi KAN. Harapannya, nanti SDM IT Indonesia yang tersertifikasi bisa diakui ditingkat internasional dan mendapatkan gaji yang sama dan layak tanpa memandang warna rambut."

Menurut Donny, itu semua diperlukan agar jika suatu saat nanti ada insiden siber dan hasil uji forensik dari lab forensic Indonesia dapat dipertahankan saat diuji di depan mahkamah hakim, baik nasional maupun internasional karena besar kemungkinan kejahatan siber melibatkan operasi jaringan internasional.

Pada kesempatan yang sama, di dalam sambutannya, Menteri Budi Arie mengajak AFDI untuk aktif dalam mengembangkan kebijakan dan meningkatkan keamanan siber nasional. "Ke depan saya yakin forensik digital akan semakin dibutuhkan, terutama utuk meningkatkan mitigasi dan resiliensi ekosistem digital agar Indonesia semakin terkoneksi, aman dan maju." ungkapnya.

Menurut Budi Arie digitalisasi adalah keniscayaan, karena hampir seluruh segi kehidupan manusia bersentuhan dengan digital, seperti ekonomi, kesehatan dan transportasi. Digitalisasi memang mempermudah, mempercepat dan meningkatkan akses informasi. Namun dibalik itu semua, risiko yang besar pun mengancam bukan hanya di skala kecil individu masyarakat tapi juga skala negara, untuk itu keamanan informasi, cyber security dan digital forensic di Indonesia harus kuat. (Har/dnh-ed)