Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

ASEAN – Korea Implementasikan TBT dalam Kerangka AKFTA

  • Rabu, 22 November 2023
  • Humas BSN
  • 2964 kali

Dalam rangka implementasi Persetujuan Technical Barriers to Trade (TBT) dalam kerangka ASEAN-Korea Free Trade Agreement (AKFTA) guna mengurangi hambatan teknis perdagangan ASEAN-Korea, Korean Agency for Technology and Standards (KATS) menggelar pertemuan Joint Study Workshop on ASEAN Korea Standards Cooperation, pada Senin – Jum’at (13 – 17 November 2023) di Seoul, Korea Selatan.

Delegasi Indonesia yang terdiri dari Badan Standardisasi Nasional (BSN); Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia (Kementerian PUPR); juga Persatuan Masyarakat Ahli Otomasi Industri Indonesia (PMATOII) turut hadir dalam rangkaian pertemuan yang dibuka secara resmi oleh Presiden KATS, Park Jongsup.

“Standardisasi penting untuk mendukung perdagangan, perlindungan konsumen serta melestarikan lingkungan serta berkontribusi dalam pencapaian Net-Zero Emission tahun 2050,” ungkap Park Jongsup di dalam pembukaannya.

Korea, lanjutnya, mengharapkan kegiatan ini dapat berlangsung secara periodik dan menjadi pertemuan reguler antara ASEAN dan Korea melalui kerja sama jejaring standardisasi.

Berbicara mengenai hubungan dagang ASEAN-Korea, tercatat senilai USD 200 miliar pada tahun 2021 yang menjadikan Korea sebagai mitra dagang terbesar kelima di ASEAN.

Kegiatan yang berfokus pada workshop di tiga sektor utama yaitu Smart Manufacturing (SM); Intelligent Transport System (ITS); dan Zero Energy Building (ZEB) ini adalah hasil dari survei yang telah dilaksanakan sebelumnya.

Pada masing-masing workshop, Indonesia diwakili oleh PMATOII pada Smart Manufacturing; BSN pada workshop ITS, serta workshop ZEB dihadiri oleh Perwakilan dari Kementerian PUPR dan BSN.

Smart Manufacturing (SM)

Dalam workshop ini dielaborasikan mengenai mekanisme  otomasi proses produksi di dunia industri, dimana beberapa proses utamanya meliputi metal forming, casting, welding, surface treatment, measurement, assembly termasuk pengepakan, dengan peranan robot untuk memberikan manfaat juga nilai tambah dalam proses industrialisasi.

Pemerintah Korea memberikan insentif kepada UMKM dalam hal industrialisasi di berbagai sektor melalui pemberian fasilitas untuk membuat prototipe industri sebelum membangun mesin produksi sendiri, serta memberikan fasilitas pengujian produk UMKM.

Dalam konteks ini, Indonesia telah memiliki sarana dan prasarana untuk proses industri di beberapa BUMN serta lembaga uji, yang merupakan modal dasar untuk menumbuhkembangkan UMKM di Indonesia. Konsep Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) serta Konversi Energi yang telah diterapkan perlu ditingkatkan, antara lain melalui penyediaan sertifikasi beserta program penyetaraan kompetensi untuk kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM).

Intelligent Transport System (ITS)

ITS di Korea merupakan bagian yang dominan dalam kota cerdas (Smart City), serta merupakan sistem manajemen transportasi canggih yang dilakukan melalui pengumpulan, pengolahan, serta penyediaan informasi transportasi secara real-time guna meningkatkan efisiensi pemanfaatan, peningkatan kenyamanan sekaligus keamanan transportasi, serta mengurangi energi melalui penerapan teknologi elektronik, informasi juga telekomunikasi yang canggih pada berbagai macam moda transportasi termasuk fasilitas jalan serta kendaraan.

Peserta workshop berkesempatan untuk melihat secara langsung penerapan ITS di Anyang Smart City Integration Center, salah satu kota cerdas di Korea serta Seoul-TOPIS (Transport Operation and Information Service) yang memonitor indikator ITS, bencana, juga situasi keamanan selama 24 jam sepanjang tahun yang mampu memberikan tanggapan segera sehingga dapat meminimalkan potensi kerusakan.

Zero Energy Bulding (ZEB)

Inisiatif ini bertujuan untuk mendapatkan bangunan dengan jumlah energi yang dibutuhkan setara atau lebih kecil daripada energi yang diproduksi secara swadaya oleh gedung tersebut. Intervensi untuk mencapai ZEB dapat dilakukan melalui beberapa langkah, antara lain desain bangunan, penggunaan instrumen cerdas juga pemasangan sumber energi terbarukan. Perubahan-perubahan desain gedung meliputi penggunaan shade untuk jendela hingga pemasangan kaca lapis.

Sementara itu, pendekatan aktif dapat berupa pemasangan alat elektronik hemat energi, pemasangan sensor pendeteksi penghuni, termasuk sistem pintar yang dapat mengatur distribusi energi. Pemasangan panel surya Building Integrated Photovoltaic (BIPV) di atap dan di sisi gedung menjadi langkah untuk penyediaan energi mandiri bangunan gedung.

Dalam kegiatan ini, para peserta berkesempatan untuk melihat proses pengujian kaca lapis bangunan gedung, pengujian volatile organic content material bangunan, pengujian BIPV hingga pengujian performa baterai. Selepas itu, para peserta mengunjungi Seoul Energy Dream Center (SEDC), adalah bangunan bersertifikasi green building pertama di Korea.

Rangkaian workshop ditutup dengan pembahasan pembentukan ASEAN Korea Standards Cooperation Center (AKSCN) yang diharapkan dapat menjadi platform kerja sama ASEAN-Korea di bidang standar, serta 1st Working Group (WG) TBT Meeting yang membahas kegiatan ASEAN-Korea dalam rangka implementasi Perjanjian TBT dalam kerangka AKFTA.

Kedepannya, diperlukan koordinasi nasional lintas kementerian; pihak swasta terkait; serta koordinasi regional antar negara ASEAN guna memperkuat platform AKSCN agar jejaring standardisasi ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi ASEAN dalam berbagai bidang kerja sama yang disepakati dengan Korea. (pwi-spspk/Red: PjA - Humas)

 

Galeri Foto: ASEAN – Korea Implementasikan TBT dalam Kerangka AKFTA