Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Industri Elektronik Butuh Investasi US$ 2 M

  • Selasa, 27 April 2010
  • 1306 kali
Kliping Berita

JAKARTA - Sektor elektronik dan elektrik nasional membutuhkan tambahan investasi sekitar US$ 2 miliar dalam lima tahun ke depan. Tambahan investasi diperlukan mengejar lonjakan penjualan di pasar domestik dan ekspor.

Pada tahun ini, pasar elektronik konsumsi domestik diprediksi melonjak 15% menjadi Rp 23 triliun dibanding 2009 sebesar Rp 20 triliun. Sedangkan ekspor produk elektronik ditargetkan naik dua kali lipat menjadi US$ 16 miliar pada 2014 dibanding tahun ini sebesar US$ 8 miliar.

Ketua Federasi Gabungan Elektronik (Gabel) Rachmat Gobel menyatakan, untuk mencapai target-target tersebut, sektor elektronik-elektrik seperti kompor gas, media rekam, alat kesehatan, komputer, lampu, peranti lunak, dan mould and dies, harus meningkatkan investasi.

"Investasi diperlukan untuk meningkatkan daya saing produk, Struktur industri dalam negeri perlu diperkuat dari mulai komponen," jelasnya usai dilantik menjadi ketua umum Federasi Gabel di Jakarta, Senin (26/4).

Dia menjelaskan, Indonesia membutuhkan tambahan pabrik komponen seperti kompresor dan semikonduktor. Saat ini, jelas dia, Indonesia hanya punya dua pabrik kompresor dan tiga pabrik semikonduktor.

"Kita harus tambah pabrik kompresor dan semikonduktor. Saat ini 60-70% komponen elektronik masih diimpor," tegasnya.

Rachmat menilai, tambahan pabrik komponen akan meningkatkan daya saing produk lokal, sehingga dapat bersaing dengan barang impor. Dalam pandangan dia, beberapa segmen barang elektronik saat ini masih dikuasai produk impor, seperti telepon seluler. Seharusnya, kata dia, produsen lokal dapat merebut ceruk pasar ini dari tangan produk impor.

Untuk itu, kata dia, pemerintah harus mendukung produsen elektronik nasional dalam hal menciptakan daya saing produk. Caranya, kata dia, dengan memangkas suku bunga kredit pinjaman, menjamin pasokan energi, dan membangun infrastruktur. Selain itu, pemerintah juga perlu menegakkan hukum dan mengawasi peredaran barang ilegal.

Di sisi lain, Ketua Bidang Pengembangan Industri Federasi Gabel Ali Subroto Oentaryo mengatakan, investasi baru akan mulai mengalir secara bertahap dalam enam bulan mendatang. Sebagian besar investasi akan datang dari pemain-pemain lama.

Rachmat Gobel menegaskan, kebutuhan investasi dapat dicapai melalui sinergi di setiap sektor elektronik. Untuk itu, kata dia, masing-masing sektor perlu melebur ke dalam satu federasi.

"Federasi Gabel melihat adanya tren kebutuhan produk elektronik dan elektrik yang perlu disinergikan. Tren itu menjadi tantangan bagi kami untuk memperkuat industri nasional," katanya.

Standar Nasional

Sementara itu, terkait Asean Community 2015, Rachmat mengusulkan, pemerintah membuat Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan kriteria yang lebih baik dari standar internasional. Tujuannya, kata dia, agar standar produk industri nasional lebih tinggi dan tetap dapat mengikuti standar internasional.

"Jepang sudah melakukan ini. Indonesia juga harus bisa seperti Jepang. Prinsipnya SNI untuk melindungi, kesehatan, keamanan, dan keselamatan konsumen. Jadi, SNI bukan untuk melindungi industri lokal," kata Rachmat.

Ketua Komite Tetap Bidang Lembaga Lainnya Kadin G Hidayat Tjokrodjojo menilai, industri nasional harus siap menghadapi Asean Community. Sebab, industri dalam negeri sudah berdiri sejak puluhan tahun lalu. “Tantangannya adalah menyinergikan dukungan teknologi dan industri, sehingga bisa seperti industri Tiongkok yang memang lebih siap," kata Hidayat. (Damiana N Simanjuntak)

Penjualan Elektronik Lokal Kuartal 1-2010
Keterangan 2009 2010
Januari Rp 1,474 triliun Rp 1,946 triliun
Februari Rp1,445Mliun Rp1,844triiiun
Maret Rp 1,470 triliun Rp 2.014 triliun
Total Rp4.3B9 triliun Rp 5,806 triliun
Sumber : Electronic Mafteter Club

Sumber berita : Investor Daily, Selasa 27 April 2010, Hal. 23



­