Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Dampak ACFTA belum bisa dideteksi

  • Kamis, 22 April 2010
  • 1244 kali
Kliping Berita

Impor elektronik China naik 67%
  
JAKARTA: Nilai impor lima produk tertentu asal China selama Maret 2010 naik hingga 67,3% menjadi US$100,56 juta dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu US$60,11 juta. Peningkatan impor didominasi oleh produk elektronik.
"Terlalu cepat jika menyimpulkan kenaikan impor asal China merupakan dampak dari kerja sama Asean-China," ujar Direktur Utama PT Sucofindo Arief Safari saat rapat dengar pendapat Komisi VI DPR, Selasa malam.

Kelima produk tertentu tersebut meliputi mainan anak-anak, garmen, alas kaki, elektronik serta makanan dan minuman.

Sejak 2009, pemerintah mengatur importasi kelima produk tersebut harus diverifikasi pelabuhan muat negara asal. Importir juga harus terdaftar sebagai importir terdaftar (IT) produk tertentu.

Selain itu, melalui Peraturan Menteri Perdagangan No. 56/M-DAG/ PER/12/2008 tentang Impor Produk Tertentu, impor kelima produk tersebut hanya diperbolehkan melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Perak, Tanjung Emas, Belawan, dan Pelabuhan Soekarno Hatta di Makassar serta seluruh pelabuhan udara internasional. Pengaturan verifikasi impor lima produk itu berlaku sejak awal 2009 hingga akhir 2010.

Impor elektronik asal China pada Maret 2010 sebesar US$93,39 juta atau naik 88,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu US$49,49 juta.

Menurut Arief, kenaikan impor tersebut ditopang oleh membaiknya perekonomian, sedangkan pada tahun lalu tertekan sebagai dampak krisis keuangan global.

Nilai impor garmen asal China selama Maret sebesar US$1,7 juta, makanan dan minuman US$1,8 juta, alas kaki US$2,3 juta dan mainan anak US$1,2 juta.

Dari Asean

Adapun, nilai impor kelima produk tersebut dari Asean selama Maret 2010 mencapai US$78,2 juta turun 30,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$112,8 juta.

Impor elektronik dari Asean selama Maret turun drastis menjadi US$58,8 juta dibandingkan dengan Maret 2009 sebesar US$99,7 juta, sedangkan impor makanan dan minuman dan alas kaki yang berasal dari Asean selama Maret tahun ini naik.

Berdasarkan data tersebut, kata Arief, terlihat ada beberapa produk impor yang naik dan turun. "Yang naik dari China alas kaki saja, yang dari negara Asean garmen, elektronik sama alas kaki naik."

Impor besi dan baja dari China selama Maret turun. Namun, impor kain lembaran dari China dan Asean, kata dia, selama kuartal I/2010 mengalami kenaikan.

Dia menjelaskan impor pada kuartal I/2010 tidak dapat dibandingkan dengan kuartal IV/2009, karena impor akan mencapai puncak pada akhir tahun.

Arief berpendapat untuk mempersulit serbuan produk impor, perlu diverifikasi serta harus dikenakan standar nasional Indonesia (SNI) secara wajib, sehingga seluruh produk yang masuk ke Indonesia harus mendapat sertifikat standar tersebut.

"Saat ini belum diterapkan, itu usulan saya. Anda bayangkan dari 6.749 SNI, baru 174 SNI wajibnya," jelasnya.

Sucofindo, lanjutnya, hanya melakukan verifikasi penelusuran teknis tidak berkait dengan mutu. "Kalau SNI wajib ini bisa untuk melindungi kepentingan dalam negeri."

Sementara itu, Dirut PT Angkasa Pura II Edi Haryoto mengatakan kegiatan impor melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta selama kuartal I/2010 naik hingga lebih dari 50%.

"Namun, kami tidak dapat menyimpulkan kenaikan tersebut sebagai dampak dari ACFTA, karena banyak faktor yang memengaruhi kegiatan impor," ujarnya.

Dia menjelaskan kenaikan impor melalui Soekarno-Hatta dipengaruhi berbagai hal, sehingga tidak dapat disimpulkan sebagai akibat dari pelaksanaan ACFTA yang efektif mulai awal tahun ini.

Dia tidak merinci kenaikan impor tersebut baik asal negara impor maupun volume dan nilai impor produk yang melalui bandara itu. (sepudin.zuhri@bisnis.co.id)

Oleh Sepudin Zuhri
Bisnis Indonesia
 



­