Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Komoditas perkebunan unggulan dalam ACFTA

  • Senin, 25 Januari 2010
  • 1839 kali

JAKARTA: Sejumlah komoditas pertanian dan perkebunan dinilai dapat dijadikan produk unggulan Indonesia untuk bersaing dengan produk lain terkait dengan Asean China Free Trade Area (ACFTA).

Komoditas potensial yang dapat digenjot ekspornya ke China a.l. kelapa sawit dengan produk turunan, karet alam, kakao, gambir, dan rotan olahan. Sementara, komoditas nonkomplementer yang dinilai potensial untuk masuk ke China adalah buah-buahan tropika eksotik, sayuran, ikan tangkap, dan makanan khas olahan asal Indonesia.

Senior Advisor Graduate Program of Management and Busines Institut Pertanian Bogor E. Gumbira Sa'id menuturkan beberapa peluang untuk produk agribisnis dan komoditas nonkomplementer sangat besar.

"Pemerintah perlu mendorong usaha para petani, pekebun, atau nelayan untuk mengembangkan produk potensial tersebut," ujarnya di Bogor akhir pekan lalu.

Menurut dia, untuk menilai ACFTA jangan hanya dilihat dari sisi negatif tetapi juga dari sisi positif di mana sejumlah produk unggulan di Tanah Air mendapatkan pasar baru. Dengan tarif bea masuk yang mulai O%, katanya, membuka kesempatan produk unggulan Indonesia untuk dipromosikan.

Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Ahmad Dimyati menuturkan sebagai upaya membidik peluang pasar ekspor produk hortikultura, pihaknya akan memberlakukan SNI wajib untuk komoditas buah-buahan dalam negeri. Dengan demikian, katanya, produk buah impor yang dikonsumsi dalam negeri harus layak.

Dia mengatakan saat ini banyak produk buah dalam negeri yang sudah memenuhi standar ekspor antara lain manggis, nanas, pisang, dan salak. Hal ini, katanya, karena sudah banyak kebun di dalam negeri yang memenuhi standar good agricultural practices (GAP). "Yang jelas SNI wajib harus segera dibuat dan diterapkan. Hal ini merupakan salah satu instrumen perlindungan terhadap produk nasional," katanya.

Sementara itu, Menteri Pertanian Suswono mengatakan Kementerian Pertanian akan meningkatkan riset untuk meningkatkan industri hilir pertanian, guna menghadapi daya saing dalam perdagangan bebas Asean dan China.

"Riset untuk mengembangkan revitalisasi teknologi industri hilir perlu ditingkatkan, agar lebih efisien guna meningkatkan daya saing," ujar Suswono di Desa Undaan Tengah, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Sabtu.

Menurutnya, industri pengolahan pertanian perlu segera dikembangkan untuk mengejar ketertinggalan. "Misalnya singkong diolah menjadi tepung singkong agar memiliki nilai tambah dalam produksinya," katanya. (Erwin Tambunan)

Oleh Diena Lestari
Sumber : Bisnis Indonesia, Senin 25 Januari 2010, Hal.i8




­