Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

ISO Casco Toolbox untuk Meningkatkan Penerimaan Hasil Penilaian Kesesuaian

  • Selasa, 18 Oktober 2022
  • 1259 kali

Badan Standardisasi Nasional (BSN) melalui Komite Akreditasi Nasional (KAN) bersama dengan International Organization for Standardization (ISO) menyelenggarakan seminar dengan tema “ISO Casco tools in enhancing conformity assessment acceptance” di Jakarta, pada Selasa (18/10/2022). Seminar ini dihadiri oleh 52 peserta on site dan 269 peserta secara online yang terdiri dari asesor, panitia teknis, Lembaga Penilaian Kesesuaian, KAN Council, instansi pemerintah, industri, serta asosiasi dari seluruh Indonesia.

Kepala BSN selaku Ketua KAN, Kukuh S. Achmad dalam pembukaan acara melaporkan bahwa KAN telah mengakreditasi lebih dari 2600 Lembaga Penilaian Kesesuaian dari seluruh Indonesia. KAN telah memiliki 34 skema akreditasi yang berbeda dan terus bertambah mengikuti permintaan dari pemangku kepentingan. Ia menambahkan, 16 skema diantaranya telah diakui secara internasional melalui Mutual Recognition Arrangements (MRA) baik melalui ILAC maupun IAF.

“Pencapaian ini sangat penting bagi Indonesia karena standardisasi dan penilaian kesesuaian telah dimandatkan pemerintah melalui Undang-Undang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, yang bertujuan melindungi masyarakat dalam lingkup Keselamatan, Keamanan, Kesehatan, dan Kelestarian Fungsi Lingkungan Hidup,” ungkap Kukuh.

Kukuh menyampaikan bahwa tahun 2022 ini BSN menjadi tuan rumah Internasional Standards Summit yang diselenggarakan di Bali pada tanggal 20 Oktober 2022. Tema ISS 2022 masih berkaitan dengan tema G20 “Recover Together, Recover Stronger” yakni terkait kesehatan, transformasi digital, transisi energi, dan perubahan iklim. ISS sendiri merupakan kegiatan kerja sama antara World Standards Cooperation (WSC) yang terdiri atas ISO, International Electrotechnical Commission (IEC), dan International Telecommunication Union (ITU).

Melalui paparannya, ISO Secretary General, Sergio Mujica, menyampaikan bahwa ISO berdiri setelah perang dunia kedua usai, di London pada tahun 1947, dengan 25 negara partisipan. Ke-25 negara memiliki semangat yang sama, yaitu memulihkan dunia pasca perang dunia kedua. ISO meyakini standar tidak dapat dihindari serta dapat membawa perkembangan ekonomi dan sosial dunia, melalui dua dimensi, yaitu competitiveness dan protection on people and the planet.

Saat ini, ISO mewakili standar internasional sebagai komunitas global dan internasional dengan tiga pilar. Pilar pertama ISO adalah anggota. ISO terdiri atas 165 negara dengan prinsip member-driven yang memungkinkan anggota mengambil bagian dalam keputusan penting. Pilar kedua ISO adalah komite teknis, dengan 25.000 standar internasional dan 53.000 ahli internasional yang dilibatkan untuk menyusun standar. Pilar ketiga adalah sekretariat pusat ISO di Genewa yang selalu siap memberikan dukungan kepada negara anggota dan komite teknis.

Casco terlibat dalam pilar pertama dan kedua. Casco adalah Conformity Assessment Committee atau komite penilaian kesesuaian untuk ISO. Casco memiliki dua peran utama, yaitu teknis dan aturan.

Casco mengemban beberapa mandat. Pertama, Casco memastikan standar penilaian kesesuaian adalah yang terbaik di kelasnya, dengan relevansi global serta diversitas dan inclusivitas. Kedua, Casco menyediakan framework yang fleksibel untuk mengakomodasi realitas berbeda. Ketiga, Casco menyediakan penerimaan global, melalui trust dan confidence.

Casco toolbox mempunyai beberapa sasaran, yaitu konsistensi dan kepercayaan dalam semua ekosistem penilaian kesesuaian. Melalui semua seri ISO 17000, ISO menyediakan baseline sebagai persyaratan minimum yang diperlukan oleh semua ekosistem penilaian kesesuaian untuk memastikan kompetensinya. Beberapa nilai kunci dari ISO toolbox adalah mutuality/inpartiality, confidence, dan excellence.

Sergio juga menjelaskan mengenai SMART machine readable interpretable and transferable standards. Yakni memasukkan teknologi dalam platform yang disediakan untuk pengguna standar. ungkap Sergio.

We are standards maker, but we need to bare in mind the needs of our users. Kita tidak hanya menyediakan konten, tetapi juga kontainernya. Bagaimana mereka dapat mengakses informasi atau pengetahuan yang kita sediakan”. Ungkap Sergio. “Kedua, kita menganalisa dampak apa yang dapat kita raih pada model bisnis kita. Ketiga, pada akhir proses, kita menganalisa solusi teknis yang dapat digunakan,” tukasnya.

Menurut Sergio, ISO menekankan pentingnya peran Casco dalam proyek SMART, melalui strong voice dari komunitas penilaian kesesuaian. Jika kita memiliki standar yang dapat dibaca dan diinterpretasi langsung oleh mesin, komunitas penilaian kesesuaian harus menjadi bagian dari diskusi, sebab mereka yang akan menyediakan kepastian dari penerapan standarnya.

Sementara itu, Deputi Bidang Akreditasi BSN selaku Sekretaris Jenderal KAN, Donny Purnomo, menyampaikan bahwa Casco toolbox memfasilitasi berbagai kepentingan. “Casco toolbox yang disepakati oleh 165 negara akan lebih mudah diterima dibandingkan standar yang ekslusif untuk kita sendiri. Namun, bagaimanapun kita memanfaatkan seluruh standar tadi, tetap tujuannya untuk kepentingan nasional kita,” Donny menekankan.

Seminar ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan International Standard Summit 2022 dengan BSN selaku tuan rumah, dan masih dalam bingkai kegiatan G20. Acara ini juga disiarkan secara langsung melalui Zoom, kanal Youtube BSN_SNI dan Komite Akreditasi Nasional. (Put – Humas/Red: Arf)




­