Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Standar Mendorong Inovasi dan Daya Saing Industri di Era Sustainable Technology

  • Senin, 02 November 2020
  • 2629 kali

Teknologi yang terus berkembang pesat membuat dunia industri semakin maju, maka dari itu resource yang digunakan juga akan semakin banyak. Semakin banyak resource yang digunakan berpotensi merusak alam, seperti fosil juga bahan-bahan kimia lain yang berdampak membahayakan makhluk hidup. Sustainable technology menjawab tantangan tersebut untuk meminimalisasi dampak buruk yang dihasilkan, sekaligus mempromosikan penggunaan energi yang dapat diperbaharui, eco energy, dan lain-lain, dan sustainable technology merupakan sebuah produk inovasi yang perlu dilakukan standardisasi agar dapat terwujud dan terimplementasikan dengan baik.

“Inovasi dan peningkatan daya saing nasional dibagi dalam dua bagian, pertama sistem Standar dan Penilaian Kesesuaian (SPK) yang termaktub dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2014, kedua adalah peran standardisasi untuk memajukan iklim inovasi di Indonesia,” terang Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN), Kukuh S. Achmad dalam acara Webinar Industrial Engineering Conference (IDEC) 2020, pada Senin (2/11/2020).

Dalam praktiknya, SPK juga memberikan kontribusi kepada peningkatan aktivitas rantai pasok di industri yang mengaitkan SPK dengan inovasi, dan sejak tahun 2013 BSN sudah menysusun roadmap tahun 2015 – 2025 dengan lima langkah utama yang dijadikan Strategi Standar Nasional, pertama adalah SPK dapat melindungi kepentingan publik dan lingkungan dengan memberlakukan SNI menjadi SNI wajib atau regulasi teknis. Kedua, peningkatan kepercayaaan produk nasional di pasar domestik agar produk nasional menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Ketiga, membuka akses pasar produk nasional ke pasar global yang dihasilkan melalui peran aktif dan keanggotaan BSN di berbagai forum internasional, berikutnya bahwa SPK diharapkan menjadi platform bagi inovasi yang akan dimulai tahun 2021. Pada akhirnya produk Indonesia memiliki keunggulan kompetitif.

Penerapan SNI diperlukan adanya pembuktian atau penilaian kesesuaian, salah satunya melalui uji laboratorium. Laboratorium yang melakukan sertifikasi harus diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Hari ini, jenis-jenis akreditasi yang dioperasikan oleh KAN ada 32 jenis akreditasi dari SNI ISO/IEC 17025 Laboratorium Penguji hingga SNI ISO/IEC 17065 Minyak Sawit (ISPO).

Pembuktian penerapan SNI tersebut juga diperuntukkan bagi produk inovasi untuk memenuhi harapan masyarakat yang mempertanyakan tentang value for money produk tersebut. “Inovasi sendiri adalah ide baru, pemikiran kreatif, imajinasi baru, dalam bentuk barang, jasa, proses, sistem, metodologi yang sama sekali baru atau berupa perbaikan dari yang ada untuk memberikan solusi yang lebih efektif,” jelas Kukuh.

“Dalam konteks hilirisasi produk inovasi, harus memenuhi standar untuk memenuhi harapan masyarakat yang mempertanyakan tentang value for money produk inovasi melalui pembuktian-pembuktian laboratorium tentang pemenuhan standar,” ungkap Kukuh.

Bicara mengenai inovasi dalam tataran yang lebih luas, International Organization for Standardization atau ISO sebagai organisasi standar internasional, baru saja menetapkan standar Sistem Manajemen Inovasi yaitu ISO 56000 series (2020) tentang Innovation Management, yang pada intinya standar sistem manajemen harus kompatibel dengan standar manajemen ISO 9001 yang sarat akan Plan, Do, Check, Action (PDCA). Disini Kukuh menekankan, yang utama adalah dari sisi operation agar standar dapat digunakan oleh lembaga yang melakukan inovasi dan audit.

Kukuh memberikan contoh produk-produk inovasi yang didampingi oleh BSN dari segi penerapan standarnya, yaitu converter kit untuk mesin bensin perahu nelayan, yang merubah bahan bakar minyak menjadi gas untuk perahu-perahu nelayan yang sebagian besar masih menggunakan solar, tanpa merubah mesin kapalnya.  Sudah dibuktikan dengan menggunakan bahan bakar gas, para nelayan menjadi lebih hemat hampir 80% dibanding bahan bakar solar.

Contoh lainnya, adalah KANABA (Karya Anak Bantul) yaitu industrial laundry equipment, yang memproduksi mesin cuci besar besar untuk hotel, rumah sakit, dan lain-lain yang memerlukan mesin cuci dengan volume besar.

Pada level nasional ada produk inovasi berupa mobil listrik, Pengembangan Sistem Mobil Listrik Nasional, berkaitan dengan komponen yang perlu disusun dalam membuat mobil listrik diantaranya inovasi battery cell (adopsi Standar IEC 62660), battery pack (ISO 12405), sistem elektrikal (adopsi ISO 6469, ISO 17409), sistem pengisian dan konektornya (adopsi IEC 61980, IEC 61851, IEC 62969, IEC 61439) dan metering juga smart grip (adopsi IEC 60364).

Acara yang dibuka oleh Dekan Fakultas Teknik UNS, Sholihin As’Ad ini berjalan dengan lancar dan interaktif antara peserta dan para Narasumber.  Sholihin As’Ad mengatakan bahwa topik webinar ini menarik dan provokatif untuk mendorong penggunaan standar-standar yang dikeluarkan oleh BSN dan diterapkan di industri untuk terus berinovasi.  

Lebih lanjut, apa yang dibuat di Indonesia dapat berguna dan bermanfaat untuk masyarakat luar dan berdampak bagi industri Indonesia yang dapat lebih maju, akan lebih bermanfaat apa yang dikembangkan diimplementasikan dengan standar. “Apalagi bila Indonesia menjadi bagian dari rantai pasok dunia agar diimplementasikan dengan standar agar seluruh bagiannya match,” jelas Sholihin. Pada saatnya Indonesia akan menjadi negara yang tangguh di dunia, “GDP saat ini mencapai sekitar USD 1,1 triliun yang menjadikan Indonesia masuk jajaran belasan dunia. Apabila terus bergerak kencang dalam beberapa belas tahun ke depan akan menjadikan Indonesia masuk ke jajaran 5 atau 6 dunia, apa yang kita lakukan ini semoga dapat membuat Indonesia terus bergerak maju,” tutupnya. Turut hadir sebagai Narasumber Dinas Perindag, Dosen Teknik Industri UNS, serta Komisaris Utama PT. MAK. (PjA – Humas).

 




­