Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

PT Smart Tbk Bangun Pabrik CPO

  • Rabu, 25 Januari 2012
  • 1998 kali
Kliping Berita

Impor Perdana Semen via PLB

Kapuas Hulu – Perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, PT Smart Tbk mewujudkan harapan masyarakat dan Pemkab Kapuas Hulu dengan membangun pabrik crude palm oil (CPO). Tahap awal, impor perdana semen melalui Pos Lintas Batas (PLB) Nanga Badau-Lubuk Antu, Malaysia, beberapa waktu lalu.

“Kami menyambut baik impor perdana semen untuk pembangunan pabrik itu. Artinya akan ada proses lanjutan,” kata Agus Mulyana, Wakil Bupati Kapuas Hulu.

Agus secara simbolis menyiramkan air sebagai pertanda impor semen perdana, dihadiri pihak PT Smart Tbk, muspida, muspika, pihak TNI dan kepolisian, tokoh masyarakat, serta masyarakat.

Agus berterima kasih atas upaya pemerintah pusat dan provinsi, sehingga impor perdana dapat terlaksana sukses. “Sepuluh tahun setelah bangun jalan lintas utara, baru sekarang terbuka,” katanya.

Camat Badau Ahmad Salafuddin menyatakan pemerintah Indonesia telah menjalankan komitmennya menjalin hubungan Government to Government (G to G) dengan Malaysia di Kapuas Hulu. “Kita tinggal tunggu selesainya PLB Lubuk Antu, Malaysia,” kata Salafudin.

Salafudin mengaku salut atas impor perdana semen untuk pembangunan pabrik CPO PT Smart Tbk. “Kami harap, keberadaan pabrik nantinya memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat,” kata dia.

Kasi Penindakan dan Penyidikan Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea Cukai (P2 KPPBC) Madya Tipe C Entikong Tony Nuryanto mengatakan impor perdana melalui PLB Nanga Badau merupakan fasilitas yang tidak hanya diberikan pemerintah pada PT SMART Tbk saja, tetapi untuk seluruh masyarakat dengan mematuhi peraturan yang telah ditentukan.

“Impor masih terbatas material pabrik, belum untuk barang-barang lain. Kewajiban kepabeanan dan surat-menyurat masih menginduk ke KPPBC Madya Tipe C Entikong, karena di sini belum ada KPPBC,” jelas Tony.

Pengawasan impor material pabrik sepenuhnya masih di bawah PPLB Entikong. Tetapi untuk pemantauan telah ditempatkan petugas di Badau. Belum dapat memastikan kapan bea cukai mulai berkantor di lokasi tersebut karena statusnya masih pos bantu.

Impor semen perdana itu melalui prosedur resmi. Perusahaan membuat permohonan impor melalui PLB, setelah melewati PLB, barang perusahaan disimpan dalam gudang sewaan dalam area PLB.

“Untuk pembongkaran dan penimbunan di gudang, perusahaan harus membuat permohonan kepada bea cukai. Setelah masuk, mereka baru ajukan dokumen pabean berupa PIB,” kata Tony. Setelah diteliti, petugas menyatakan tarif dan harga barang sudah ok, maka bea cukai menerbitkan surat persetujuan pengeluaran barang dari gudang.

Ratusan tenaga kerja

General Manager (GM) PT Smart Tbk wilayah Kalbar Wanho Chandra menyatakan pihaknya patuh pada prosedur impor yang ditetapkan. Semen yang diimpor juga telah memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI).

“Terima kasih atas dukungan penuh pemerintah. Ini sangat positif. Karenanya kami bekerja sama dengan BPKPK agar pemberdayaan masyarakat perbatasan terbangun baik,” katanya.

Ia menegaskan tujuan utama perusahaan adalah ekspor CPO, impor perdana semen hanya tahap uji coba. “Kami ingin lihat, kesulitan apa yang akan dihadapi. Untuk ekspor CPO, tentunya setelah pabrik rampung,” ujarnya.

Pembangunan pabrik CPO direncanakan awal Februari 2012 yang ditargetkan pengerjaannya selama 18 bulan. “Kami harap bisa lebih cepat selesai,” jelasnya.

Setelah pabrik rampung, perusahaan mulai melakukan ekspor CPO ke Sarawak kepada pembeli di Bintulu atau Kuching. Pada 2014, saat tonase produksi lebih besar, CPO langsung dikirim melalui dermaga port milik perusahaan di Tanjung Manis, Serawak.

“Pembangunan pabrik CPO bakal menyerap sekitar 600-800 tenaga kerja. Kami berencana bangun enam pabrik di Kapuas Hulu ini. Semua hasil CPO bakal kami ekspor langsung melalui Serawak,” kata Wanho Chandra, GM PT Smart Tbk wilayah Kalbar.

Kepala Bidang (Kabid) Kerja sama Badan Pengelola Kawasan Perbatasan Kalbar Drs Manto Saidi MSi menyatakan Indonesia masih menunggu pelintasan pertama menggunakan paspor dengan Malaysia melalui PLB Nanga Badau. “Kita masih harus menunggu seremonialnya, Mei 2012,” ujarnya.

Meski demikian, impor perdana semen oleh PT Smart Tbk telah menjadi momentum bersejarah bagi Kalbar. Melalui impor perdana, Indonesia belajar membuka perdagangan resmi di perbatasan Kapuas Hulu. Selama ini perdagangan darat resmi Indonesia-Malaysia baru melalui PPLB Entikong dan PPLB Aruk.

Ia berharap, Malaysia menepati jadwal penyelesaian PLB Lubuk Antu, mengingat PLB di Kapuas Hulu telah lama rampung. “Mudah-mudahan tidak molor lagi, kita sudah telat 3-4 tahun,” ujarnya.

Kapuas Hulu memiliki peluang besar saat PLB resmi beroperasi. Peluang tidak hanya pada lebih lancarnya jalur perdagangan dua negara, tapi juga proyek pembangunan. “Minimal ada tenaga kerja terserap, ditambah dampak ikutan lainnya, sehingga perbatasan lebih hidup,” katanya.

Ia berharap, kondisi tersebut dapat meningkatkan perputaran uang di Badau. Semakin banyak perputaran uang, masyarakat makin makmur. “Karena itu masyarakat harus pandai menangkap peluang ini,” ujarnya.

Ia menilai perubahan positif mulai terasa di Badau. “Hingga pukul 22.00 aktivitas warga masih ramai. Padahal dulu pukul 18.00 sudah sepi” kata dia.

Ia berpesan, perusahaan harus membuka lapangan kerja semaksimal mungkin bagi masyarakat lokal. “Jika standar yang harus dipenuhi agar warga dapat direkrut, kami harap perusahaan juga memfasilitasi upaya pencerdasan mereka,” katanya.

Estate Manager kebun sawit PT SMART Tbk di Kapuas Hulu Edi Purwanto menyatakan perusahaan selama ini telah melakukan beragam upaya untuk memaksimalkan penyerapan tenaga kerja lokal. Perusahaan telah bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor dan Universitas Tanjungpura Pontianak, untuk meningkatkan standar pendidikan masyarakat lokal. (kiki)

Sumber : Harian Equator, Rabu 25 Januari 2012.
Link : http://www.equator-news.com/utama/20120125/pt-smart-tbk-bangun-pabrik-cpo




­