Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Standar internasional dinilai makin penting

  • Jumat, 23 September 2011
  • 904 kali
Kliping Berita

JAKARTA Badan Standardisasi Nasional menilai peranan standar yang berlangsung secara internasional semakin penting sebagai instrumen dalam menjembatani perdagangan dunia. Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN). Bambang Setiadi mengatakan negara-negara anggota Organisasi Standar Dunia yang tergabung dalam sidang tahunan (Developing Country Matters/DEVCO) sepakat bahwa standar internasional akan membuat perdagangan dunia berlangsung lebih adil.

"Pertemuan DEVCO di New Delhi semakin menguatkan bahwa kepercayaan dunia terhadap standar meningkat. Standar dipercaya sebagai suatu instrumen yang akan menjembatani perdagangan dunia berlangsung fair," ujar Bambang dari New Delhi melalui surat elektronik kepada Bisnis, kemarin.

Pada saat ini, berlangsung sidang tahunan DEVCO di New Delhi, India. Kepala BSN menjabat sebagai Presiden DEVCO untuk periode 2011-2012.

Bambang mengatakan sidang tersebut sangat penting bagi implementasi standar internasional dalam perdagangan dunia. Sidang tersebut didesain para anggota DEVCO yang terdiri dari 137negara dari total anggota Organisasi Standar Dunia (International Organization for Standardization/ ISO) sebanyak 165 negara.

Dalam sidang ini, masing-masing negara membagi pengalaman dalam pengembangan dan penerapan standar ISO 26000 terkait dengan sosial, responsibility, standar untuk UKM, dan proyeksi standar yang dibutuhkan 5 tahun ke depan.

Selain itu, dia menuturkan pertemuan tersebut menjadi wadah berkumpulnya badan-badan standar nasional.

Bagi Indonesia, sidang DEVCO menjadi agenda penting karena memuat salah satu agenda yang diusulkan oleh Tanah Air menge-nai subregional and regional challenges and approaches to standardization.

Topik tersebut, ujar Bambang, diusulkan Indonesia berdasarkan pengalaman yang terus perlu diperbaiki dalam hal kerja sama regional dan subregional seperti China-AFTA, India AFTA dan segera disusul Korea-AFTA dan Je-pang-AFTA.

Bambang mengungkapkan dunia juga makin menyadari bahwa standar menjadi bahasa kedua setelah uang.

Oleh karena itu, jika salah satu negara terlambat bereaksi atas perubahan ini, maka negara tersebut akan kewalahan menghadapi perdagangan dunia.

Sumber : Bisnis Indonesia, Jumat 23 September 2011. Hal 10




­