Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Kekhawatiran Konsumen Jadi Sirna

  • Jumat, 11 Juni 2010
  • 1055 kali
Kliping Berita

EDUKASI PERTAMINA
PAKET ELPIJI BERKUALITAS


Bukan tanpa alasan bila pemakaian gas petroleum cair (liquefied petroleum gas/LPG) menjadi pilihan tepat untuk memenuhi keperluan memasak masyarakat di Tanah Air. Pasalnya, banyak manfaat dan keuntungan berlipat yang diperoleh konsumen. Terbukti, minat masyarakat untuk memakai elpiji ukuran 3 kilogram tidak berkurang, meski sempat terjadi insiden ledakan tabung elpiji.

Bahkan, insiden yang tidak menguntungkan itu, justru menjadi momentum berharga bagi masyarakat untuk lebih memahami pemakaian elpiji secara tepat. Apalagi, tata cara penggunaan elpiji terbilang sangat sederhana, yakni kecermatan dalam menggunakan peralatan berupa kompor, tabung, regulator, dan selang yang telah memiliki sertifikasi standar nasional Indonesia (SNI).

Sebenarnya, dengan pemakaian yang tepat, kekhawatiran kita jadi sirna. Apalagi, kejadian ledakan tabung gas yang pernah terjadi itu sudah mendapat perhatian penuh dari pihak terkait. Sehingga, pengawasan terhadap peralatan memasak dengan elpiji semakin ketat dan baik daripada sebelumnya.

"Justru yang ditakutkan kalau gas habis waktu memasak, jadi serba tanggung masakannya," ujar Hafsah (43), seorang ibu rumah tangga, Mandala Utara, Tomang Tinggi I, Grogol, Jakarta Barat, kemarin.

Pengalaman penggunaan elpiji juga disampaikan pedagang warung makanan kecil di depan Pasar Bonang, Kecamatan Kelapa Dua, Tangerang. Suryani (45) mengaku, tidak merasa khawatir mendengar informasi mengenai kebakaran atau ledakan tabung gas. Sebab, dengan pemakaian sesuai aturan seperti keterangan yang didengarnya dan pengalaman pengguna yang lain, ia tetap merasakan nyaman memakai elpiji. Apalagi, tabung gas LPG sangat praktis dan mudah untuk menyalakan api kompor, sehingga membantu kesibukan sehari-hari dalam menyajikan hidangan bagi para pelanggan makanannya. Dia juga menyarankan, kepada para pengguna lainnya, untuk tidak mencolok-colok valve tabung apabila elpiji tidak keluar dari tabung. "Kalau ada hambatan dari tabung, ya tinggal ditukarkan ke penjual atau agen terdekat saja," tutur ibu empat anak ini.

Di tempat terpisah, Nurul (46), salah seorang ibu penggerak PKK di Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Beji, Depok, mengaku, telah terbiasa berbagi pengalaman pemakaian elpiji khususnya tabung ukuran 3 kilogram yang dibagikan oleh pemerintah di wilayah tempat tinggalnya. "Mengubah kebiasaan memasak dengan kompor minyak tanah ke kompor elpiji memang sulit-sulit gampang. Jadi, sosialisasi pemakaian elpiji harus terus dilakukan. Meskipun di daerah ini sudah lama dibagikan paket konversi, mungkin ada yang lupa juga," ucapnya.

Misalnya, kalau ada peralatan--terutama regulator yang kurang berfungsi karena belum pernah diganti sejak dua tahun lebih--mereka dapat mencari pengganti yang sesuai dengan harga yang murah. "Justru saat ini banyak pedagang keliling (sales) yang menjual regulator dengan harga yang mahal. "Kalau ditanya takut atau tidak, ya sekarang semua sudah terbiasa pakai elpiji," ujar Nurul.

Hal senada juga disampaikan dua konsumen lainnya, Sri Hastuti (48) dan Dewi (39), warga Jalan Bangka Ujung Pela Mampang, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Keduanya merasakan manfaat dari paket perdana konversi yang pernah dibagikan pada awal 2008 silam. "Sampai sekarang kompor, tabung, dan alat-alat yang dibagikan masih bagus. Jadi, memang tidak ada yang perlu ditakutkan," ujar mereka.

Sementara itu, pemerhati sosial perkotaan Ahmad Fadilah menilai, perilaku konsumen menjadi faktor utama terjadinya insiden dalam pemakaian elpiji di sejumlah daerah. Penjelasan secara berkala dari instansi terkait sangat dibutuhkan, khususnya cara penanganan bila terjadi kebocoran gas elpiji dari perangkat yang ada.

Di sisi lain, anggota Komisi VII DPR yang membidangi sektor energi, teknologi, dan lingkungan hidup Dito Ganinduto mengatakan, kesuksesan program konversi minyak tanah secara nasional masih membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah. Pada awal pelaksanaan konversi, perhatian dan sinergi yang diberikan pemerintah sangat besar dibandingkan saat ini.

Dia menambahkan, untuk memaksimalkan pemanfaatan elpiji sesuai harapan, diperlukan satuan penyuluhan hingga ke desa-desa atau melibatkan perangkat desa yang ada. (Abdul Choir)

Sumber : Suara Karya Online, Jumat 11 Juni 2010.
Link : http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=255004




­