Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Kenali 'melon baja', hindari ledakan

  • Senin, 07 Juni 2010
  • 3142 kali
Kliping Berita

BSN: 66% Tabung elpiji tidak layak pakai     
          
Sejak pemerintah mencanangkan program konversi dari minyak tanah ke elpiji (LPG/liquefied petroleum gas) bagi rumah tangga pada 2006, berita tentang meledaknya tabung gas ukuran 3 kg terus terdengar.

Bahkan, dalam beberapa bulan terakhir, berita ledakan tabung gas kian sering terdengar seiring dengan semakin luasnya jangkauan peredarannya.

Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah banyaknya kasus kecelakaan itu disebabkan penggunaan yang lemah, ataukah karena begitu banyak perangkat (tabung gas, selang dan katup/valve) yang tidak sesuai dengan standar nasional Indonesia (SNI)?

Apa pun penyebabnya, masyarakat harus lebih mengenal apa itu elpiji dan bagaimana memperlakukannya untuk menghindari terjadinya kebocoran dan ledakan.

Elpiji adalah gas dari minyak bumi yang dicairkan. Zat ini merupakan campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang berasal dari gas alam. Dengan menambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya didominasi propana (C3H8) dan butana (C4H10).

Elpiji juga mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil, misalnya, etana (C2H6) dan pentana (C5H12).

Profil industri tabung elpiji dan aksesoris dalam program konversi minyak tanah ke gas
Uraian    Jumlah (unit)
Produsen tabung 3 kg    70
Produsen kompor elpiji    40
Produsen selang gas    15
Produsen regulator    10
Produsen katup tabung (valve)    10
Total target produksi tabung 2007 – 2010    100 juta
Sumber: Kemenperin, dari berbagai sumber, diolah

Dalam kondisi atmosfer, elpiji akan berbentuk gas. Volume elpiji dalam bentuk cair lebih kecil dibandingkan dalam bentuk gas untuk berat yang sama. Karena itu elpiji dipasarkan dalam bentuk cair dalam tabung-tabung logam bertekanan berbentuk silinder. Untuk memungkinkan terjadinya ekspansi panas (thermal expansion) dari cairan yang dikandungnya, tabung elpiji tidak diisi secara penuh, tetapi hanya sekitar 80%-85% dari kapasitas.

Dalam program konversi elpiji nasional yang menelan anggaran Rp15,5 triliun itu, Pemerintah melalui Pertamina memasarkan elpiji dalam tabung ukuran 3 kg yang diberi warna hijau mirip buah melon.

Menurut spesifikasinya, elpiji dibagi menjadi tiga jenis yaitu elpiji campuran, elpiji propana dan elpiji butana. Spesifikasi masing-masing elpiji tercantum dalam keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor: 25K/36/DDJM/1990. Elpiji yang dipasarkan Pertamina adalah jenis elpiji campuran.

Elpiji memiliki sifat mudah terbakar, tidak beracun, tidak berwarna dan biasanya berbau menyengat.

Soal bau ini, sebenarnya elpiji tidak memiliki bau. Akan tetapi untuk mempermudah mendeteksi jika terjadi kebocoran, dalam produksinya Pertamina menambahan mercaptane yang berbau khas dan menusuk hidung.

Sifat lain dari gas elpiji adalah lebih berat dibandingkan dengan udara. Karena itu, gas ini akan banyak menempati daerah yang lebih rendah saat terjadi kebocoran.

Dengan mengetahui sifat-sifatnya, masyarakat bisa mengantisipasi terjadinya ledakan dan kebakaran dengan mengatur posisi ruang dapur. Dengan membuat ventilasi pada bagian bawah maka jika terjadi kebocoran tabung atau selang, gas akan segera menyebar keluar. Gas yang bocor dari tabung sulit keluar dari ruang dapur melalui jendela yang posisinya di atas.

Jika tidak memungkinan membuat ventilasi bawah, sebaiknya pintu dapur dibiarkan terbuka saat memasak untuk menghindari konsentrasi gas di permukaan lantai yang sangat berbahaya jika ada percikan api.

Dalam kasus kebakaran, suhu ruang dapur akan meningkat sehingga elpiji dalam tabung akan memuai dan tekanannya meningkat tajam. Kalau peningkatan tekanan ini melebihi kekuatan tabung untuk menahan maka si melon baja ini akan meledak. Pertamina mendesain kekuatan tabung untuk menahan tekanan elpiji pada suhu sekitar 250 derajat Celcius.

2 Penyebab ledakan


Mengenai tabung elpiji, penggunaannya pun tidak boleh sembarangan dan ekstrahati-hati. Terlebih saat ini banyak beredar tabung gas palsu dengan volume isi yang lebih sedikit dan spesifikasi teknis yang tidak memenuhi SNI.

Direktur Industri Logam Ditjen Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian I Putu Suryawirawan menjelaskan ledakan tabung gas elpiji yang marak terjadi umumnya disebabkan oleh dua hal yakni pertama, peralatannya dan kedua, cara pengoperasiannya.

Berdasarkan hasil pengujian Badan Standardisasi Nasional (BSN), sebanyak 66% tabung gas yang diuji ternyata tidak layak pakai. Untuk kompor, hasil uji menunjukkan sebanyak 50% tidak layak. Adapun, untuk regulator, BSN terdapat 20% dari sampel uji dinyatakan tidak layak.

Menurut Putu, keusangan tabung elpiji hingga sekarang masih menjadi perdebatan sebagai penyebab ledakan, sepanjang diproduksi sesuai SNI dan memperlakukan tabung secara wajar.

Dari sisi fisik, jelasnya, tabung elpiji 3 kg terdiri dari tiga badan utama yakni badan tabung, cicin leher (neck ring), dan cincin kaki (foot ring) termasuk pegangan tangan (hand guard). Badan tabung berdasarkan SNI 07-3018-2006 terbuat dari pelat baja dan gulungan canai panas untuk tabung gas (BjTG) atau JIS G-3116, serta baja kelas SG 26 (SG-255) dan SG 30 (SG-295).

Adapun cincin kaki terbuat dari JIS 4051 kelas S17C - S45C, sedangkan cincin kaki dan pegangan tangan terbuat dari baja canai panas untuk konstruksi umum JIS G-3101 kelas SS-400 atau sesuai dengan bahan untuk badan tabung yang bersangkutan.

"Dalam banyak kasus ledakan tabung elpiji, pada umumnya tabung tidak meledak. Namun, kita latah mengatakan tabung elpiji meledak. Padahal, bisa saja akibat kebocoran selang, rusaknya regulator yang memicu keluarnya gas, kompor gas yang kotor oleh minyak goreng sehingga memicu pemantik api menyambar minyak tersebut dan sebagainya," paparnya.

Meski begitu, tabung elpiji bukannya tidak bisa meledak mengingat benda ini terbuat dari baja yang bisa mengalami karat. Karena itu, konsumen harus rajin melakukan pengecekan bodi tabung, terlebih dalam proses distribusinya, tabung elpiji sering kali dilempar sehingga berpotensi rusak. (yusuf.waluyo@bisnis.co.id/chamdan@bisnis.co.id)

Oleh Yusuf Waluyo Jati & Chamdan Purwoko
Wartawan Bisnis Indonesia

Sumber : Bisnis Indonesia, Senin 7 Juni 2010, hal. 11.




­