Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Tingkatkan Sinergi Pemangku Kepentingan Bidang Elektroteknika

  • Jumat, 05 Oktober 2018
  • 3495 kali

Pemerintah, industri/produsen, akademisi dan lembaga penilaian kesesuaian diminta untuk meningkatkan sinergi dalam memajukan standardisasi dan penilaian kesesuaian (SPK) di bidang elektroteknika di Indonesia. Demikian disampaikan Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) Bambang Prasetya selaku Ketua Komite Nasional International Electrotechnical Commission (Komnas IEC) Indonesia saat memimpin Rapat pada Kamis (4/10) di Kantor PT. Qualis Indonesia, Tangerang.

Menurut Bambang, partisipasi industri masih kurang, terutama dalam perumusan Standar Nasional Indonesia (SNI) sektor elektroteknika. Selama ini, yang paling aktif dalam proses perumusan standar elektroteknika ialah pihak pemerintah. SNI sektor elektroteknika yang ada sekarang pun masih standar-standar lama. Hal ini berbeda dengan kondisi di negara-negara anggota IEC lainnya. Oleh karena itu Bambang mendorong pihak industri agar lebih aktif mengusung standar-standar elektroteknika, baik di nasional maupun internasional.

Kepala Pusat Perumusan Standar BSN Hendro Kusumo mengungkapkan bahwa Indonesia menjadi participant member (P-member) dalam 25 Technical Committee (TC/SC) di IEC. Di lingkup nasional, sudah ada 25 Komite Teknis Bidang Elektroteknika. Dari 1.251 standar internasional IEC, Indonesia telah mengadopsi 300 standar menjadi SNI.

Berdasarkan data tersebut, publikasi standar internasional IEC masih belum banyak di adopsi ke SNI, karena jumlah adopsi IEC ke SNI hanya sesuai kebutuhan Indonesia, khususnya yang untuk mendukung program regulasi teknis dari regulator. Selain itu, SNI hasil adopsi standar internasional IEC dengan metode republikasi re-print dalam proses penterjemahan membutuhkan kompetensi bahasa teknik dan waktu yang lama.

Selain masalah standar, yang harus menjadi perhatian bersama ialah minimnya lembaga sertifikasi dan laboratorium penguji produk elektrik dan elektronika di Indonesia yang telah mendapat assement sesuai dengan The International Electrotechnical Commission for Electrictrical and Electronic (IECEE) CB Scheme. Minimnya ketersediaan NCB dan CBTL di Indonesia ini karena terkendala biaya.

Kepala Pusat Sistem Penerapan Standar BSN Wahyu Purbowasito menyampaikan bahwa saat ini baru ada 3 National Certification Body (NCB) dan 4 Certification Body for Testing Laboratory (CBTL). Ketiga NCB tersebut ialah Sucofindo ICS dengan ruang lingkup hous dan inst, Pusat Pengujian Mutu Barang (PPMB) dengan ruang lingkup batt dan lite, serta Balai Sertifikasi Industri (BSI) dengan ruang lingkup hous, lite dan tron. Sedangkan untuk CBTL, yaitu Sucofindo Laboratory, Balai Pengujian Mutu Barang (BPMB), B4T dan Baristand Surabaya.

Untuk menangani hal tersebut, lanjut Wahyu, diperlukan dukungan pemerintah untuk merevitalisasi NCB/CBTL Nasional baik dari sisi infrastruktur maupun kompetensi SDM, guna meningkatkan ketersediaan LPK sektor elektroteknika yang kredibel. Selain itu juga perlu mendorong LPK yang telah terakreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN) untuk berpartisipasi sebagai CBTL dalam lingkup kategori Office and Equipment (OFF).

Rapat Komnas IEC kali ini dihadiri oleh berbagai unsur, antara lain perwakilan BSN, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Perindustrian, Kementerian Komunikasi dan Informatika, PT Sucofindo, PT Qualis Indonesia, Siemens Indonesia, dan lain-lain.

Selain persoalan standardisasi dan penilaian kesesuaian di atas, dalam ini juga dibahas beberapa agenda antara lain laporan kegiatan Komnas IEC dan informasi IEC GM 2018 dan IEC Young Professional Program, Busan, Korea Selatan. Dalam kesempatan ini Komnas IEC juga melakukan kunjungan laboratorium PT Qualis.

PT Qualis sendiri merupakan LPK yang telah diakreditasi KAN dan telah memenuhi persyaratan dalam SNI ISO/IEC 17025 Sistem Manajemen Laboratorium dan SNI ISO/IEC 17065 Penilai Kesesuaian - Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk, Proses & Jasa. Ruang lingkup PT Qualis antara lain pengujian dan sertifikasi aksesoris kelistrikan, kabel, pangan, tekstil, mainan anak, serat optik, mikrobiologi, AUVI, LED & luminer, alat rumah tangga, transportasi, EMC, kosmetik, dan kalibrasi.(ria-humas)




­