Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

BSN Berpartisipasi Dalam Sidang ke-41 ISO General Assembly

  • Senin, 01 Oktober 2018
  • 2706 kali

Sebagai full member ISO, Indonesia berpartisipasi aktif dalam Sidang ke-41 ISO General Assembly (ISO GA). Sidang diselenggarakan di Jenewa, Swiss pada tanggal 27-28 September 2018.

 

Forum ISO General Assembly  adalah pertemuan tahunan pimpinan anggota ISO sedunia yang merupakan sidang pleno organisasi pengembang standar internasional, diselenggarakan sekali dalam satu tahun, untuk membahas kebijakan dan strategi pengembangan standar internasional dalam memfasilitasi kebutuhan standar guna mendukung perdagangan global.

 

Rangkaian kegiatan sidang ke-41 ISO GA diikuti 568 Delegasi dari 108 Negara. Delegasi RI yang hadir dalam Sidang dimaksud diketuai oleh Kepala Badan Standardisasi Nasional, Prof. Bambang Prasetya. Turut menjadi delegasi, yaitu Sekretaris Utama-BSN, Dr. Puji Winarni, Deputi Bidang Penelitian dan Kerjasama Standardisasi-BSN, I Nyoman Supriyatna, Dosen dari Universitas Gajah Mada, Profesor Faisal Fathani dan Kepala Subbidang Kerjasama Multilateral dan Internasional-BSN, Ike Permata Sari.

 

Pokok-pokok yang menjadi perhatian DELRI dalam Sidang kali ini, diantaranya:

 

  1. Sistem perdagangan multilateral sedang dalam krisis. Peran standardisasi diharapkan dapat membangun kepercayan kembali para pemangku kepentingan perdagangan internasional. Kampanye positif mengenai standardisasi perlu diusahakan secara komprehensif dan tepat sasaran. Dukungan terhadap Usaha Kecil Menengah untuk berpartisipasi dalam perdagangan internasional perlu terus dilakukan, termasuk dalam usaha membantu mereka menerapkan standar.
  2. Disampaikan keynote speech perihal kesetaraan gender oleh Direktur UN Women, organisasi yang didedikasikan untuk kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Digarisbawahi untuk hal-hal teknis tertentu yang menjadi substansi standar, perlu adanya persyaratan/kriteria yang mendukung kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Hal ini juga dilakukan untuk menjamin standar yang dikembangkan dapat diimplementasikan secara efektif dan bermanfaat bagi wanita dan perempuan.
  3. Edward Njoroge dari Kenya terpilih sebagai Presiden ISO periode 2020-2021. Mulai tahun 2019, beliau akan menjalani tugas sebagai President-Elect.
  4. Perihal kolaborasi ISO, International Electrotechnical Commission (IEC) dan International Telecommunication Union (ITU) dalam World Standards Cooperation (WSC), Presiden ITU menyampaikan perlunya melakukan koordinasi di tingkat nasional untuk menghindari tumpang-tindih standar yang dikembangkan oleh ISO/IEC/ITU. Kolaborasi tingkat nasional antar instansi yang menjadi focal point organisasi-organisasi internasional pun harus terus ditingkatkan untuk menjalin sinergi menghadapi tantangan dalam system perdagangan multilateral dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan serta mendukung tren otomasi dan pertukaran data terkini dalam teknologi industri (Industri 4.0).

Sebagai tindak panjut dari hasil pertemuan tersebut, perlu ditindaklanjuti hal-hal sbb:

 

  1. Menginformasikan dan berkoordinasi dengan pemangku kepentingan terkait terhadap peran standar untuk mendukung sistem perdagangan multilateral dan tujuan pembangunan berkelanjutan. Manfaat dari penerapan standar harus terus disosialisasikan kepada masyarakat luas.
  2. Peran pendidikan standardisasi menjadi penting untuk membangun budaya standar di Indonesia. Program pendidikan standardisasi harus terus menerus ditingkatkan dan terukur dampaknya dari program-program yang dilakukan.
  3. Dukungan terhadap industri-usaha kecil menengah harus terus dilakukan agar mereka dapat menerapkan standar dan berpartisipasi dalam perdagangan internasional, selain juga berkontribusi dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
  4. Kolaborasi tingkat nasional antar instansi yang menjadi focal point ISO/IEC/ITU harus terus ditingkatkan untuk menjalin sinergi menghadapi tantangan dalam sistem perdagangan multilateral dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. (PKS/Humas)



­