Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Krakatau Steel tidak Gencar Masuknya Baja Tiongkok

  • Senin, 12 Maret 2018
  • 1484 kali

SEBAGAI produsen terbesar besi-baja-aluminium di dalam negeri, Krakatau Steel tidak khawatir terhadap ancaman membanjirnya aluminium dan baja Tiongkok ke Indonesia akibat perang dagang antara ‘Negeri Tirai Bambu’ dan Amerika Serikat.

 

Hal yang terpenting, kata Sekretaris Perusahaan Krakatau Steel (KS) Suriadi Arif, pemerintah komitmen menerapkan aturan-aturan peningkatan penggunaan produksi dalam negeri (P3DN) dan prasyarat tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Dengan begitu, produk baja yang tidak memiliki sertifikat TKDN tidak bisa masuk ke Indonesia.

“Ketentuan kewajiban penggunaan produk dalam negeri yang sudah ada dapat dijalankan oleh pemerintah, lalu awasi setiap barang yang masuk,” ujar Arif saat dihubungi Media Indonesia di Jakarta, kemarin.

 

Selain itu, Arif meminta pemerintah untuk menegakkan standar SNI bagi baja impor yang masuk ke Indonesia. Hal itu dapat mencegah pela-rian tarif atau kode HS baja paduan.

 

Selama ini produsen baja Tiongkok diisukan banyak memanfaatkan celah bea masuk baja paduan sebesar 0% untuk memasukkan produk baja karbon ke Indonesia yang dilapisi dengan boron.

 

“Tegakkan wajib SNI serta beri sanksi bagi yang melanggar. Kami optimistis penjualan kita bakal tetap bagus, kecuali jika Tiongkok menjalankan perdagangan yang tidak adil,” ucapnya.

 

Ekonom Universitas Indonesia Berly Martawardaya berpendapat pemerintah perlu mengoptimalkan standardisasi terhadap baja dan aluminium secara ketat.

 

Ia yakin jika SNI (Standar Nasional Indonesia) diterapkan sungguh-sungguh, Indonesia tidak akan dibanjiri produk baja dan aluminium asal Tiong­kok yang bisa ­mengancam industri dalam negeri. “Yang tidak memenuhi kualitas SNI tidak bisa masuk, berapa pun harganya,” ujarnya, Rabu (7/3).

 

Saran senada disampaikan ekonom Institute for Development of Economics & Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara. Menurutnya, pemerintah perlu memperketat pengawasan impor baja.

 

“Kita akan kebanjiran baja murah dari Tiongkok. Apalagi produk baja mereka kemarin diisukan atau diduga banyak dioplos untuk menghindari bea masuk. Yang seharusnya mereka bayar 10%-15%, karena dioplos, bayar bea masuknya hanya 5%. Ini yang merugikan produsen baja domestik.”

 

Untuk mengantisipasi hal itu, kata Bhima, Kementerian Perdagangan dan Ditjen Bea Cukai Kementerian Keuangan perlu secara ketat mengawasi. (Nyu/E-2)

 

Link: http://mediaindonesia.com/news/read/148629/krakatau-steel-tidak-gentar-masuknya-baja-tiongkok/2018-03-09




­