Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

UMKM Rapoviaka Simple dan Raja Bawang Palu : Menerapkan SNI Mempunyai Nilai Tambah dan Lebih Percaya Diri

  • Jumat, 01 Juli 2016
  • 6203 kali

Sulawesi Tengah termasuk daerah penghasil kakao terbesar di Pulau Sulawesi.  Pemerintah saat ini mendorong program hilirisasi pengolahan biji kakao menjadi produk cokelat untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan asli daerah (PAD).  Sebagai sentra cokelat, Pemerintah berbenah untuk meningkatkan kualitas produk olahan cokelat.  Badan Standardisasi Nasional (BSN) sebagai lembaga pembina di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian melakukan pembinaan penerapan SNI untuk meningkatkan kualitas Produk cokelat kepada UMKM di Palu. 

 

UMKM tersebut adalah Rapoviaka Simple. UMKM yang berdiri akhir tahun 2010 yang dimiliki oleh ibu Fatima Iskandar, produknya sudah banyak beredar di Sulawesi dan Kalimantan. Impian besar Fatima Iskandar adalah bisa menjual produk Rapiovioka Simple ke manca negara. Impian tersebut bukannya mustahil. Baru-baru ini seorang pedagang di Singapore tertarik akan produknya untuk di jual di sana. Tekad dan kerja keras yang dimiliki oleh Fatima Iskandar memang belum cukup, Ia perlu  berbenah dengan melengkapi dokumen legalitas dan meningkatkan kualitas produknya.  Untuk itu, Ibu yang memilik 4 karyawan ini sangat bersyukur bisa dibina oleh BSN dalam penerapan SNI.

 

 

“Adanya bantuan BSN mulai dari pembinaan penerapan sistem manajemen mutu dan saat ini akan dilakukan pembinaan untuk pemenuhan SNI pada produknya (SNI 7934:2014 Cokelat dan Produk-produk Cokelat) merupakan kesyukuran buat saya,” imbuh ibu cantik ini yang saat ini produknya juga sedang ikut pameran dalam Pekan Raya Jakarta yang diselenggarakan pada tanggal 10 Juni – 17 Juli 2016.

 

Menurut Fatima dengan menerapkan SNI, lebih memudahkan dalam semua proses baik itu produksi maupun pemasarannya. Dengan menerapkan SNI akan jauh lebih punya nilai tambah di banding tidak ber-SNI, tegas Fatima ketika berdiskusi dengan Deputi bidang Informasi dan Pemasyarakatan Standardisasi BSN, Erniningsih mengenai manfaat yang dirasakan oleh UMKM setelah dilakukan pembinaan penerapan SNI oleh BSN.

 

Selain sentra cokelat, Palu juga merupakan sentra penghasil bawang goreng. Industri bawang goreng di Kota Palu, mampu menyerap ribuan tenaga kerja sehingga bisa menjadi produk unggulan dalam persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini. Bawang goreng Kota Palu telah menjadi ikon bisnis karena bawang goreng dari daerah lembah Palu memiliki rasa dan ciri khusus yang tidak dimiliki daerah lain.

 

 

Untuk meningkatkan kualitas produk bawang goreng, BSN juga melakukan pembinaan penerapan SNI kepada usaha mikro kecil bawang goreng yaitu Raja Bawang. Dengan ketekunan dan semangat ingin lebih baik, Prayitno, pemilik usaha ini, belajar dan mau berubah ke arah yang lebih baik. Sertifikat Sistem Manajemen Mutu dan GMP sudah dkantongi oleh pengusaha yang mempunyai 12 karyawan ini. Berbekal itu, kepercayan diri untuk memperluas pangsa pasar semakin lebar. Ketika BSN ingin membantu untuk membina pemenuhan SNI produknya (SNI 7713:2013 Bawang Merah Goreng), UMKM Raja Bawang yang juga pernah menjadi Nominee SNI Award 2013 inipun langsung semangat.

Pada tahun ini, Prayitno juga akan mendaftar SNI Award kembali dan bertekad untuk meraih penghargaan SNI Award 2016. Melihat semangat dan kemauan belajar yang cukup tinggi, Erniningsih mengingatkan bahwa jangan segan-segan untuk bertanya kepada BSN perihal pengisian kuesioner SNI Award  ataupun terkait penerapan SNInya. Dalam pembinaan penerapan SNI di Palu ini, BSN juga mengajak pembina UMKM daerah, Dosen Universitas Tadulako,  yang selama ini sudah membina UMKM baik dari sisi bahan baku atau pemasaran untuk bersama-sama melakukan pendampingan dalam penerapan SNI. Dengan semangat dan komitmen yang dimiliki UMKM dalam pembinaan penerapan SNI ini, diharapkan produk unggulan daerah bisa menembus pasar nasional bahkan global. Semoga!




­