Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

BSN Siap Melakukan Revolusi Mental

  • Rabu, 23 Desember 2015
  • 1838 kali

Untuk menumbuhkan revolusi mental dalam rangka reformasi birokasi, Badan Standardisasi Nasional (BSN) bekerja sama dengan ESQ mengadakan workshop Manajemen Perubahan di Hotel Neo+ Sentul, Bogor pada 21-22 Desember 2015. Workshop ini diperuntukkan bagi para pejabat BSN eselon 1, 2, dan 3 yang diyakini dapat membuat gebrakan untuk menerapkan revolusi mental dalam keluarga besar BSN.

 

 

“Kita berada di sini dalam rangka mengubah mental kita untuk mempersiapkan diri kita untuk 2016 dalam rangka reformasi birokrasi. Ini berkaitan dengan budaya perusahaan kita, visi-misi kita. Hal ini dimulai dari pola pikir kita, mindset kita seperti apa. Baru kemudian ke pola sikap, pola tindak, dibungkus dengan pola dzikir, dan ditambah dengan pola koreksi. “ujar Kepala BSN, Bambang Prasetya dalam sambutannya.

 

 

Dalam awal workshop ini, Bramanto Wibisono dari ESQ menyampaikan bahwa setiap organisasi tentulah memiliki nilai. Nilai, dijaga oleh sistem, dan sistem dijaga oleh leader / pemimpin. Maka, perubahan itu dimulai dari pemimpin. Jadi, bila BSN ingin melakukan revolusi mental, maka harus dimulai dari kalangan pemimpin BSN terlebih dahulu. Pemimpin BSN harus bisa menjadi contoh bagi para stafnya.

 

Sepanjang workshop, Bramanto memotivasi para peserta untuk melakukan revolusi mental baik melalui diskusi kelompok maupun games. Setiap permainan yang dilakukan memiliki nilai-nilai yang dapat diaplikasikan untuk membentuk revolusi mental. Dalam salah satu permainan, Bramanto memberikan satu lembar kertas yang berisikan pola yang bila dilihat sekilas, hanya tampak seperti gambar garis tidak beraturan. Namun, ternyata bila dilihat dengan sudut pandang yang berbeda, gambar tersebut ternyata merupakan sebuah kalimat. Dari permainan ini, Bramanto mengajak para peserta untuk membiasakan diri melihat suatu permasalahan melalui sudut pandang yang berbeda.

 

 

Dalam permainan lain, Bramanto meminta para peserta untuk memposisikan diri sebagai pegawai, dan memberikan pendapat tentang revolusi mental. Kemudian, para peserta diminta untuk kembali memposisikan diri sebagai pejabat BSN. Dari sini kembali Bramanto mengajak para peserta sebagai pemimpin perubahan untuk menggunakan dua sudut pandang dalam melihat suatu permasalahan. Sudut pandang sebagai pegawai, dan sudut pandang sebagai pemimpin.

 

Di penghujung acara, Bramanto mengajak para peserta untuk memberikan tanggapan atas usulan action plan yang telah dibuat oleh para agen perubahan BSN di kesempatan sebelumnya. Dalam diskusi kelompok ini, setiap kedeputian BSN membuat rencana program atas usulan action plan tersebut.

 

 

Pada intinya, Bramanto menekankan bahwa untuk menjadikan BSN menjadi lebih baik lagi, maka harus dimulai dari para pemimpin. Sebagai pemimpin harus bisa memberikan contoh kepada para pegawainya. Contoh nyata akan lebih bermakna daripada himbauan dengan kata-kata. (ald)




­