Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Cara ITB ajarkan Standardisasi ke Mahasiswa

  • Rabu, 29 Oktober 2014
  • 1407 kali

Pendidikan diyakini sebagai cara ampuh dalam membangun peradaban manusia dan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan menentukan kualitas SDM suatu bangsa yang pada akhirnya mampu menjadikan sebuah negara yang miskin sumber daya alam tapi bisa menjadi negara maju. Jepang menjadikan pendidikan sebagai alat untuk bangkit, menang, dan kuat. Sejarah pun membuktikan pada tahun 1945 setelah luluh lantak di bom atom, pertanyaan mendasar yang disampaikan Kaisar Jepang adalah “Berapa Jumlah guru yang masih hidup?”

Kisah di atas diharapkan mampu menginspirasi BSN untuk gencar mengembangkan pendidikan standardisasi, baik tingkat dasar, menengah, tinggi maupun professional. Salah satunya di Institut Teknologi Bandung (ITB),  standardisasi diajarkan dalam berbagai cara, yaitu di tingkat S1 sebagai muatan universitas dan mata kuliah pilihan. Sedangkat di tingkat S2, standardisasi menjadi salah satu jalur (konsentrasi) dari lima jalur di program magister (S2) Teknik dan Manajemen Industri (TMI), yaitu jalur Quality and Standardization.
 

 

Standardisasi menjadi muatan universitas itu artinya diajarkan ke semua mahasiswa ITB di semua jurusan. Standardisasi diajarkan melalui satu kali pertemuan berjudul “Standards and Code” dalam mata kuliah “Pengantar Rekayasa dan Desain” (2 SKS). 

 

Khusus di S1 Teknik Industri, mata kuliah standardisasi menjadi mata kuliah pilihan (3 SKS). Mata kuliah ini diajarkan sejak tahun 2010 sudah 3-4 kali dengan jumlah peserta 20-30 mahasiswa tiap semesternya. Buku “Pengantar Standardisasi” yang diterbitkan menjadi rujukan dalam mata kuliah ini. Prof. Dradjad Irianto sebagai dosen pengampu mata kuliah ini juga melakukan pengayaan pembelajaran agar mata kuliah ini menjadi menarik dan kaya praktek. Beberapa cara pengayaan, yaitu pertama mahasiswa diminta membuat kajian perbandingan (riset komparasi) antara proses pengembangan standar di negara maju dengan di Indonesia, hasilnya dipresentasikan dan didiskusikan di depan kelas. Kedua mahasiswa diminta membuat standar dari produk yang sudah ada di pasaran tapi belum ada standarnya. Ketiga mahasiswa diminta membuat kajian evaluasi standar (khususnya standar/SNI wajib) untuk mengukur seberapa mampu industrI memenuhi persyaratan baik dari sisi teknologi (technoware) maupun sumber daya manusianya (humanware).

 

Standardisasi juga menjadi topik tugas akhir mahasiswa,misal saja ada mahasiswa yang mengambil membuat desain dan model produk alat penghisap debu dan asap rokok agar kondisi ruangan sehat sesuai SNI, standar pakan ayam, dan standar pengangkutan ikan yang dilakukan dengan penambahan cengkeh dan sedikit garam pada media pengangkut.

 

Selain melalui pengajaran, Guru besar bidang Rekayasa Kualitas dan Tim Perumusan Undang-Undang Perindustrian (UU No. 3 Tahun 2014) ini juga menjadikan standardisasi juga sebagai topic riset dan pengabdian masyarakat. Baru-baru ini Tim ITB yang dipimpinnya sedang melakukan uji coba mesin perahu nelayan berbahan bakar BBM dan BBG (gas). Mesin ini dinamakan ABG Konverter Kit Amin Ben Gas, alat yang ditemukan Amin untuk konversi bahan bakar minyak solar atau bensin ke gas (LPG) sebagai bahan bakar mesin perahu bermotor, ditemukan oleh Amin sang nelayan dari Kampung nelayan di Kubur Raya , Kalimantan Barat. Temuan ini telah dipatenkan sejak 15 Maret 2012.

 

Berdasarkan riset dari Tim ITB mesin ini mampu memberikan penghematan sebesar Rp 700 ribu per bulan sehingga berpotensi meningkatkan taraf hidup nelayan. Tim sedang menyiapkan standarnya agar inovasi dapat diproduksi secara misal sehingga dapat terjangkau bagi nelayan di seluruh Indonesia.Untuk S2 Quality and Standardization di Teknik dan Manajemen Industri, Prof. Dr. Dradjad Irianto akan menyusun proposal untuk menarik mahasiswa dari kementerian teknis terutama perindustrian dan perdagangan.  Hal ini dilakukan karena jika hanya mengandalkan jalur regular, maka S2 ini tidak akan bisa jalan karena kurang diminati.

 

Informasi tersebut didapat dari diskusi antara BSN dengan Prof. Dr. Dradjad Irianto, Selasa, 28 OKtober 2014. Diskusi 2 jam ini dilakukan di Labratorium Sistem Produksi, Teknik Industri, ITB di Bandung. Tim BSN dipimpin oleh Kepala Bidang Diklat Standardisasi didampingi oleh Kristiati Andriani (Kepala Subbid. Sistem dan Evaluasi Diklat Standardisasi), Haryanto (Analis Data dan Kerjasama Diklat Standardisasi) dan Heri Kurniawan (Perancang Bahan Diklat Standardisasi).
 

 

Bagi pria kelahiran 23 Juni 1962 ini, standardisasi perlu diajarkan ke mahasiswa karena kompetensi di bidang standardisasi merupakan kebutuhan apalagi bagi seorang mahasiswa teknik yang nanti akan menjadi engineer. Standar sangat berperan ketika seorang engineer membuat atau merekayasa suatu produk yang outputnya akan dikomersialisasi atau diproduksi secara massal. Dengan standar produk (barang dan jasa) hasil rekayasa (engineering) tidak hanya mampu memberikan manfaat dari sisi ekonomi tapi juga sosial dan ramah lingkungan. 

 

Kini di tengah aktifitas akademik, riset dan pengabdian masyarakat yang semakin menggunung, Prof. Dr. Dradjad Irianto pun sedang menyiapkan kader dosen penerus, yaitu Muhammad Akbar, ST., MT. yang sebentar lagi akan melanjutkan studi Doktor di luar negeri. (Har)




­