Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Mimpi Kampung Kopi Sumsel  

  • Selasa, 26 Februari 2019
  • 3387 kali

Pagi itu (25/02/2019), duduk bersama Ketua Dewan Kopi Sumsel, M. Zain Ismed, Divisi Pemasaran PT PUSRI, Ferry dan jajarannya, Divisi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT PUSRI, Taufik dan jajarannya, Sekjen Dekopi Sumsel, M. Syahriza (Pak Ujang) yang juga petani kopi Jarai dan Master Trainer dari Sustainable Coffee Platform Indonesia (SCOPI), Otoritas Jasa Keuangan Regional 7, Yudi Apriyadi, Mitra Konsultan Bank Indonesia Sumsel, Rusli, dan Perwakilan dari KLT BSN Palembang, Haryanto.

 

Membahas tindak lanjut dari hasil rapat dua minggu sebelumnya di Dinas Perkebunan Sumsel, diawali dengan cerita inovasi pupuk PUSRI NPK khusus Kopi dengan komposisi 18-8-18. Setelah jadi holding Pupuk Indonesia, PUSRI harus gencar melakukan inovasi produk bukan hanya mengandalkan produksi pupuk konvesional bersubsidi.

 

Ternyata kopi di Sumsel yang luas kebunnya terluas nasional yakni 250 ribu hektar yang 100% adalah kebun rakyat dikelola oleh 204.615 KK petani di 6 wilayah (OKU Selatan, Empat Lawang, Muara Enim,OKU, Pagar Alam dan Lahat) belum tergarap optimal, terutama dari sisi produktivitas dan branding. Meskipun produksi Kopi sumsel masih terbesar Nasional (20%-21%) yakni 135-140 ribu ton per tahun, tapi masih jauh dengan potensi. Satu hektar kebun kopi dalam 1 tahun rata-rata hanya 500 kg, harusnya bisa 2-3 ton. Hal yang sama terjadi dari sisi branding, masih kurang terkenal tertinggal dengan kopi dari wilayah lain.

 

Rapat 3 jam tersebut membahas rencana ‘’mimpi’’ besar membangun kampung Kopi di Sumsel dari hulu sampai hilir yang ter-standar. Pupuknya nanti didukung oleh PUSRI, Pelatihan cara pertanian (lahan, bibit, pupuk, panen) kopi yang baik (GAP - Good Agricultural Practices) dan pengolahan pasca panen (olah kering, olah basah, sortasi, dan penyimpanan) yang baik sampai pemasaran dan branding akan didukung oleh Dewan Kopi Sumsel, Disbun Provinsi dan BSN. Serta akses modal dan perlindungan (asuransi) untuk meningkatkan kapasitas petani kopi akan didukung oleh lembaga keuangan di bawah pengawasan OJK.

 

Pengalaman BSN KLT Palembang dalam mendampingi 2 UKM Kopi sampai sertifikasi SNI dan 1 kelompok petani di Semendo bahwa permasalah kualitas produk akhir kopi (sangrai, bubuk dan minuman) 60% lebih ditentukan di kebun (hulu). Maka dari itu cara untuk mengatasinya adalah terjun ke kebun dampingi petani sehingga diharapkan produktivitas dan kualitas kopi meningkat dan muaranya kesejahteraan petani pun meningkat.

 

Bagi BSN, Kopi bisa dijadikan salah satu fokus. Data dari ICO (International Coffee Organization) potensi perdagangan dunia yang mencapai 240 Milyar USD (9-10 juta ton/tahun) terbesar kedua setelah minyak bumi dengan jumlah kopi yang diminum mencapai 2,25 miliar cangkir per hari di lebih 80 negara. Sementara Indonesia baru mampu menikmati 10%-nya saja padahal luas lahan 1,2 juta hektar (no.2 terluas setelah Brazil) tapi produktivitas Kopi RI (640 ribu ton/tahun) tertinggal dari Vietnam (2,7 juta ton/tahun) hanya dengan luas lahan 630 ribu hektar. Dulu tahun 80-an Vietnamlah yang belajar kopi ke kita. (klt_palembang)