Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

BSN Turut Meramaikan KTN 2018

  • Selasa, 24 Juli 2018
  • 2022 kali

Badan Standardisasi Nasional (BSN) turut meramaikan Kongres Teknologi Nasional (KTN) 2018 pada 17 – 19 Juli 2018 di Jakarta. Kongres ini diselenggarakan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), yang bertujuan untuk menyiapakan Bahan Masukan Kebijakan Teknologi secara makro dan mikro kepada pemerintah untuk perumusan kebijakan teknologi nasional bidang Teknologi Kebencanaan, Teknologi Industri Hankam, dan Teknologi Material dalam rangka mendukung pelaksanaan program Nawacita Pemerintah 2014-2019.

Kepala BSN Bambang Prasetya, turut menjadi pembicara dalam kongres tersebut, menyampaikan bahwa standardisasi dan penilaian juga berperan dalam inovasi teknologi material menuju industri 4.0. Standardisasi dapat diterapkan mulai dari proses riset dan desain produk sampai produksi. Dengan menerapkan standar, proses produksi akan lebih efektif dan efisien. Selain itu, produk yang dihasilkan akan memenuhi platform global, mudah tertelusur, dan interoperabilitas. Pada akhirnya, produk akan mampu berdaya saing. Di Indonesia, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, kebijakan di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian menjadi tanggung jawab BSN. Kebijakan disusun oleh BSN berdasarkan rencana pembangunan nasional, dan wajib menjadi acuan bagi kebijakan standardisasi dan penilaian kesesuaian di setiap sektor.

“Di bidang teknologi material, BSN telah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk beberapa lingkup seperti energi geothermal, implant pada kesehatan, kemasan pangan, transportasi kereta api, fungsional tekstil dan produk tekstil, dan lain-lain,” jelas Bambang dalam KTN 2018 Bidang Material, Kamis (19/7).

Dalam KTN 2018 Bidang Material juga dilaksanakan Grand Launching Outlook Teknologi Material Menuju Industri 4.0 oleh Kepala BPPT Unggul Priyanto, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong, Kepala BSN Bambang Prasetya, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian Harjanto, serta Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material BPPT Eniya Listiani Dewi.

Thomas Lembong dalam kesempatan tersebut menyampaikan, saat ini peringkat daya saing Indonesia dakam Global Competitiveness Index 2017-2018 naik 5 peringkat menjadi urutan 36 di atas Philipina, Brunei dan Vietnam. Daya saing, lanjut Lembong, salah satu pilarnya ialah inovasi.   Menutup KTN 2018 ini, hadir Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan. Luhut dalam sambutannya mengatakan bahwa teknologi berperan penting dalam kehidupan, apalagi menjelang revolusi industri 4.0.

Luhut pun berharap BPPT dapat menjadi garda depan pengembangan teknologi di Indonesia. Menurut Luhut, penguatan ilmu pengetahuan dan teknologi harus ditingkatkan. Dana riset yang saat ini mencapai Rp 27,5 triliun di seluruh kementerian dan lembaga, diusulkan untuk dikoordinasikan agar lebih fokus.

Sementara itu Kepala BPPT menekankan pentingnya rekomendasi teknologi ini untuk menjadi masukan dan bahan pengambilan keputusan bagi para pemangku kepentingan, khususnya dalam pembangunan bangsa di era Industri 4.0.

“Kami harap bahwa rekomendasi yang dihasilkan KTN tidak berhenti di kongres ini berakhir, tetapi tetap bergulir dan menjadi pijakan pengambilan keputusan di kemudian hari. Kiranya upaya ini dapat menjadi tonggak dalam perjuangan menuju kemandirian teknologi guna mencapai kemandirian bangsa,” pungkasnya.(ria)