Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Indonesia Tuan Rumah Konferensi Internasional Pendidikan Standardisasi

  • Rabu, 04 Juli 2018
  • 2839 kali

Berdasarkan laporan World Economic Forum (WEF), Global Competitiveness Index (GCI) 2017-2018. Peringkat daya saing Indonesia naik dari peringkat 37 menjadi peringkat 36 dari 137 negara, namun masih tertinggal jauh dari Singapura (Peringkat 3) dan malaysia (Peringkat 26), dimana indeks tingkat efisiensi pasar tenaga kerja ada di peringkat 96, jauh di bawah Brunei (peringkat 47), Malaysia (peringkat 36) dan Singapura (peringkat 2). Peringkat Indonesia dalam Higher education and training adalah peringkat 64, bandingkan dengan Singapura (Peringkat 1) dan Malaysia peringkat 45. 

 

Sementara menurut Badan Pusat Statistik pada Februari 2018, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT ) turun menjadi 5,13 persen dibandingkan Februari 2017 sebesar 5,33 persen. Hal ini menunjukan bahwa kondisi Indonesia semakin membaik dimana generasi muda semakin banyak yang mengembangkan bisnis dan usahanya. Bisnis startup yang menjadi tren masa kini, semakin terus digeluti oleh kalangan generasi muda, dari bidang teknologi, jasa, makanan, dan lain sebagainya.

 

Melalui Teknologi Infomasi, masyarakat diharapkan dapat menikmati pemerataan dan demokratisasi pendidikan, serta perluasan akses terhadap pendidikan berkualitas kepada seluruh lapisan masyarakat. Mempersiapkan SDM siap bersaing di pasar industry melalui pembelajaran jarak jauh dengan platform (Massive Open Online Course MOOC) menjadi pembahasan dalam Konferensi Internasional ICES dan WSC tahun 2018 dimana Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Internasional Pendidikan Standardisasi (ICES/WSC Join Konferensi ACISE) pada tanggal 3 – 5 Juli 2018 di EastParc Hotel Yogyakarta.

 

Penyelenggaraan Konferensi Internasional tahun 2018  itu merupakan ke-2 kalinya sebagai host kegiatan “The International Cooperation for Education about Standardization (ICES) Conference and World Standards Cooperation (WSC) Academic Day 2012”. Pertemuan dihadiri oleh para pakar dan penggiat pendidikan standardisasi dari 11 negara baik dari benua Asia, Eropa dan Amerika dan diikuti oleh 100 peserta. Sebagai tuan rumah ICES adalah Universitas Islam Indonesia (UII), bekerjasama dengan Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan Universitas Diponegoro (UNDIP).

 

Yang menarik pada penyelenggaraan tahun ini yaitu kegiatan “The ICES Conference and WSC Academic Day 2018” dikombinasikan dengan kegiatan “5th Annual Conference on Industrial and System Engineering (ACISE)” dengan tema: “Strengthening Industry and Engineering, Science, and Management Education Through Standardization Learning”.

 

Maka, momentum kegiatan ini menjadi kesempatan yang hebat bagi BSN dan Universitas Diponegoro/UNDIP serta Universitas Islam Indonesia/UII untuk membicarakan tentang standar mengingat negara-negara maju sudah mengkaitkan sesuatu dengan standar, seperti ketika mereka melakukan ekspor. “Acara ini adalah terobosan baru karena menggabungkan ahli-ahli standar dari industri dan dari dunia pendidikan,”ujar Kepala BSN Bambang Prasetya.

 

Menurut Bambang, forum ini akan bermanfaat jika seperti ini. Kekayaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia yang luar biasa perlu dijadikan added value. Bagi BSN karena sudah tersedia SDM dan SDA, maka agar ini bisa memiliki added value, kita harus mengembangkan awareness yang hebat diantara pelaku usaha maupun masyarakat. “Jika bicara tidak instan, maka investasinya adalah di dunia pendidikan. Sebab para alumni ini akan keluar membawa suatu mindset standardisasi yang bagus sehingga akan mendukung pengolahan-pengolahan yang lebih maju,” ujar Bambang.

 

Selain itu, Bambang juga menekankan pentingnya meningkatkan budaya standar di kalangan masyarakat sehingga memerlukan kerjasama BSN dengan para stakeholder. “Penyelenggarakan  The ICES Conference and WSC Academic Day 2018 serta 5th Annual Conference on Industrial and System Engineering (ACISE) merupakan role model memasyarakatkan standardisasi di kalangan masyarakat luas,” ujar Bambang.

 

Hingga saat ini, BSN sendiri telah melakukan kerjasama dengan 51 perguruan tinggi, 19 diantaranya turut mengembangkan pendidikan standardisasi, serta mendorong laboratorium di perguruan tinggi untuk diakreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN). “Ada 51 laboratorium di Universitas yang telah diakreditasi oleh KAN, 6 diantaranya ada di Daerah Istimewa Yogyakarta”, ujar Bambang. Bambang berharap Perguruan Tinggi bisa terus berperan mengkampanyekan pentingnya standardisasi khususnya Standar Nasional Indonesia bagi masyarakat.

 

Senada dengan Kepala BSN, Kepala Balitbang Industri Kementerian Perindustrian Ngakan Timur Antara juga mengatakan bahwa negara maju adalah negara yang selalu mengkaitkan dengan standar. “Negara yang maju adalah terkait industri. Dan industri yang maju adalah terkait dengan standar. Negara maju juga mengkaitkan dengan pendidikan sehingga ini merupakan suatu hal yang tidak bisa kita pisahkan,”ujar Ngakan.

 

Oleh karena itu, kita perlu awaraness tentang standar. Awareness ini harus kita tanamkan sejak dini. “Ke depan jika industri kita mau maju, produktifitas dan efektivitas meningkat dimana IT dan pendidikan menjadi supporting utama, perlu pendidikan. Memang pendidikan perlu “prices” dan “continuity” serta konsistensi karena ke depan dibutuhkan inovasi, yang menjadikan kegiatan R&D menjadi sangat penting,”ujarnya.

 

ICES Chair 2017-2018 dan Undip Representatif, Bambang Purwanggono menambahkan, The ICES Conference and WSC Academic Day 2018 serta 5th Annual Conference on Industrial and System Engineering (ACISE) merupakan kegiatan untuk meningkatkan kesadaran  pentingnya standar melalui pendidikan standardisasi. “Kami meyakini meleknya standar semakin tinggi di masyarakat melalui pendidikan baik dimulai dari pre school, paud sampai dengan perguruan tinggi,”ujar Bambang Purwanggono. Forum ICES, mengundang paper dari berbagai pihak mengenai pendidikan standardisasi dan quality.

 

(DNW/NDA-Humas)