Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

3 (tiga) Standar ISO terkait Rubber Based Products disepakati “Harmonisasi di tingkat ASEAN”

  • Kamis, 08 Maret 2018
  • 4878 kali

Pertemuan ASEAN Consultative Committee for Standards and Quality (ACCSQ) - Rubber Based Products Working Group (RBPWG) ke 26 telah dilaksanakan di Penang, Malaysia pada tanggal 5-7 Maret 2018 dibuka secara resmi oleh Dr. Zairossani Bin Mohd Nor, Director General of the Malaysian Rubber Board of Malaysia dan dipimpin langsung oleh Ketua ACCSQ RBPWG Dr. Faridah Hanim Ab. Hanan, Director of Quality and Technical Services Division, Malaysian Rubber Board. Pertemuan ini diawali dengan pelaksanaan Task Force on Rubber Based Products (TFRB) yang dipimpin oleh Dr. Taufiek Bawazier, Direktur Industri Kimia Hilir, Kementerian Perindustrian menggantikan ketua TFRB sebelumnya Bapak Teddy C. Sianturi.

Pertemuan berfokus pada pembahasan harmonisasi standar produk berbasis karet dan pembahasan teknis terkait tugas dan fungsi TFRB, serta wacana pembentukan ASEAN Rubber Testing Laboratory Committee (ARTLC). Dalam pembahasan harmonisasi standar RBP, forum memutuskan 3 (tiga) standar ISO yang disepakati untuk diharmonisasi di tingkat ASEAN yaitu:

  1. ISO 14409: 2011 (Ship and marine technology -- Ship launching air bags),
  2. ISO 17357-1:2014 (Ships and marine technology -- Floating pneumatic rubber fenders – Part 1: High pressure) dan;
  3. ISO 17357-2: 2014 (Ships and marine technology -- Floating pneumatic rubber fenders -- Part 2: Low pressure).

Dengan demikian, sampai dengan saat ini ACCSQ RBPWG telah menyepakati 64 standar ISO yg masuk dalam daftar harmonisasi standar dan untuk selanjutnya RBPWG akan melaporkan hasil tersebut kepada WG 1. Selain standar tersebut, terdapat beberapa referensi standar yang selanjutnya akan diidentifikasi sebagai standar baru yang kemungkinan akan di harmonisasi di tingkat ASEAN yaitu ”ISO 20437,Natural rubber latex cleanroom gloves” serta standar produk berbasis karet lainnya yang ditetapkan oleh ISO/TC 45, ISO/TC 31, dan Technical Committee lainnya.

Dalam forum ini, Indonesia juga menyampaikan posisi terkait optimalisasi tugas dan fungsi TFRBP and ARTLC. Indonesia berpandangan untuk alasan efisiensi sumber daya maka tugas dan fungsi ARTLC dapat digabungkan dengan TFRB. Menanggapi hal ini, forum belum dapat menerima usulan Indonesia dan sepakat kedua fungsi tersebut harus terpisah dengan memperhatikan perbedaan tugas dan fungsi sesuai TOR masing-masing. Forum meminta Indonesia untuk menyampaikan pandangannya terkait optimalisasi kedua fungsi tersebut pada pertemuan mendatang pada tanggal 13-16 Agustus di Davao, Philiphina.

Pertemuan ACCSQ RBPWG ke 26 dan TFRB ke 17 dihadiri oleh 8 negara anggota ASEAN (Kamboja, Indonesia, Lao PDR, Malaysia, Myanmar, Philiphines, Thailand, Vietnam) kecuali Brunei Darussalam dan Singapura serta Sekretaris ASEAN. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Dr. Taufiek Bawazier, Direktur Industri Kimia Hilir dengan anggota dari perwakilan Direktorat Industri Kimia Hiilir, Pusat Standardisasi Industri (Kemenperin), Pusat Kerjasama Standardisasi serta Pusat Perumusan Standar (BSN). (Nn/RAW/Ys)