Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Gelora Pendidikan Standardisasi dari Ujung Timur Indonesia

  • Kamis, 31 Agustus 2017
  • 3567 kali

Di era globalisasi seperti saat ini, dimana persaingan dalam perdagangan menjadi semakin ketat, kompetensi terkait standardisasi menjadi sebuah hal yang krusial untuk dipenuhi guna mendukung daya saing bangsa. Lebih daripada itu, hal tersebut juga diharapkan mampu untuk mendukung pemerataan pertumbuhan ekonomi di setiap daerah. Hal inilah yang kemudian melatar belakangi BSN melalui Pusat Pendidikan dan Pemasyarakatan Standardisasi (Pusdikmas) untuk mengembangkan pendidikan standardisasi hingga ujung timur Indonesia, tepatnya di Universitas Cenderawasih (UNCEN), Papua. Sebagai tindak lanjut MoU yang telah dilakukan dengan UNCEN, BSN menyelenggarakan kegiatan “Sosialisasi Pengembangan Pendidikan Standardisasi dan Pemanfaatan E-Learning di Universitas Cenderawasih” pada tanggal 29 Agustus 2017 di Ruang Rapat Fakultas Teknik UNCEN. Acara ini dihadiri oleh 35 dosen dari fakultas teknik, fakultas kesehatan masyarakat, fakultas MIPA, serta fakultas keolahragaan.

 

Mengawali acara adalah sambutan dari Rektor UNCEN, DR. Onesimus Sahuleka, SH., M. Hum yang menyampaikan perhatian penuhnya terhadap kegiatan ini agar nanti para dosen yang hadir dapat menyampaikan manfaat yang didapatkan serta mengkomunikasikannya kepada para pimpinan fakultas masing-masing untuk kemudian dibuat mekanisme yang tepat untuk pengembangan pendidikan standardisasi di masing-masing unit. ”Sebagai akademisi, kita harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar lulusan yang dihasilkan berkualitas dan dapat dipertanggung jawabkan.”, pesan terakhir dari Onesimus dalam sambutan tersebut.

 

 

Selanjutnya adalah pembukaan oleh Deputi Bidang Informasi dan Pemasyarakatan Standardisasi, Ir. Erniningsih yang menekankan pentingnya peran standar dalam perdagangan global untuk mereduksi permasalahan tarif dalam setiap transaksi yang saat ini telah mendekati nol. “Dengan standar, setiap negara akan mampu melindungi kesempatan para pelaku usahanya dalam persaingan global, dan standar tersebut tidak bisa dilepaskan peranannya dari perguruan tinggi”, tandas Erniningsih. Erniningsih menambahkan bahwa standar adalah wahana untuk berbagi pengetahuan, teknologi serta praktek yang baik melalui prinsip konsensus dalam pengembangannya yang harus dapat mewakili dan disepakati oleh semua pemangku kepentingan, dimana salah satunya adalah para pakar dari bidang terkait. Selain itu, Erniningsih menggaris bawahi bahwa negara-negara yang peningkatan kemajuan industrinya pesat, seperti Tiongkok, Korea, dan Taiwan telah mengenalkan konsep standar, penilaian kesesuaian, serta peraturan teknis kepada para mahasiswa.

 


Masuk ke sesi utama diawali paparan dari Kristiati Andriani mengenai perkembangan pendidikan standardisasi di Indonesia. Kristiati menyampaikan harapannya agar para dosen yang hadir dapat mengajarkan materi tentang standardisasi di mata kuliah yang diampu. Selanjutnya, Kristiati  menekankan kembali pentingnya standar dalam membuka akses perdagangan internasional dan mengurangi hambatan teknis dalam transaksi perdagangan, yang diantaranya telah dilakukan dengan mengharmonisasikan SNI dengan standar internasional, serta prosedur penilaian kesesuaian dan regulasi teknisnya. Kristiati juga melaporkan perkembangan pendidikan standardisasi yang saat ini sudah berjalan di 17 (tujuh belas) perguruan tinggi yang telah MoU dengan BSN, baik di tingkat S1 maupun S2. Selain itu, dilaporkan juga mengenai pengembangan beberapa materi ajar serta e-learning untuk mendukung penerapan pendidikan standardisasi di perguruan tinggi.   

 

Paparan berikutnya dari DR. Suheryanto M. Si selaku Wakil Dekan I Fakultas MIPA, Universitas Sriwijaya (UNSRI) yang juga merupakan dosen pengampu pendidikan standardisasi di program studi kimia. Suheryanto mengajak para dosen UNCEN untuk mengikuti jejak 17 universitas yang telah berhasil dalam mengajarkan pendidikan standardisasi, salah satunya di UNSRI. Suheryanto membagikan pengalaman UNSRI dalam mengembangkan pendidikan standardisasi di program studi Farmasi, Kimia, dan Teknik Sipil dengan memaparkan bagaimana UNSRI merancang silabus atau rencana pembelajaran semester (RPS) di ketiga program studi tersebut serta bagaimana mengembangkan laboratorium-laboratoriumnya untuk mendapatkan akreditasi SNI ISO/IEC 17025:2008. Suheryanto juga berharap dalam rangka menjalankan salah satu janji tridharma, yaitu pengabdian kepada masyarakat, akademisi UNCEN juga dapat ikut membantu UKM di Papua untuk menerapkan SNI pada produk-produk khas dan unggulan Papua sehingga mampu berdaya saing, seperti yang sudah dilakukan UNSRI dalam membantu UKM pempek di Palembang untuk menerapkan SNI.

 

 

Paparan terakhir dari Heri Kurniawan yang menyampaikan bagaimana peran para pakar dalam proses pengembangan SNI. Heri menegaskan bahwa untuk meningkatkan kualitas SNI yang ditetapkan oleh BSN dan memperluas keberterimaan SNI tersebut, peran pakar dari perguruan tinggi sangat penting dalam memberikan masukan-masukan teknis, tidak hanya sebagai komite teknis, namun juga dapat memberikan masukan melalui jajak pendapat secara online di website BSN. Selain itu, untuk membantu para dosen dalam mengajarkan pendidikan standardisasi bagi mahasiswanya, heri menyampaikan bahwa BSN telah mengembangkan e-learning yang didalamnya terdapat beberapa konten yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran, seperti e-book, video presentasi, video animasi, serta ujian online terkait standardisasi, penilaian kesesuaian, dan metrologi. Output dari e-learning ini adalah sertifikat yang diharapkan dapat menjadi bagian dalam Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI) yang dikeluarkan oleh perguruan tinggi, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi para mahasiswa.

 

Dari kegiatan ini juga teridentifikasi bahwa UNCEN telah mengajarkan pendidikan standardisasi di fakultas teknik (mata kuliah perencanaan jembatan, konstruksi kayu dan konstruksi beton) dan di fakultas MIPA (mata kuliah kimia). Melalui kegiatan ini, harapannya pendidikan standardisasi akan semakin banyak diajarkan di UNCEN, sehingga mampu dihasilkan lulusan yang berkualitas dan berdaya saing yang mampu meningkatkan kemajuan industri dan UKM di Papua sehingga cita-cita meratanya ekonomi di setiap daerah dapat terwujud. (Her, Ann)