Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

BSN Siap Bersinergi dengan Kominfo Dalam Standardisasi TIK

  • Jumat, 05 Mei 2017
  • 3739 kali

Industri Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) merupakan industri yang sangat dinamis. Indonesia merupakan pasar yang sangat besar di bidang TIK, namun sayangnya Indonesia belum dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri, baik dari segi hardware, software, termasuk firmware.

 

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ismail dalam audiensinya dengan Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN), Bambang Prasetya di kantor BSN, Jumat (05/05/16). Dalam kesempatan ini, Bambang didampingi oleh Deputi Bidang Penelitian dan Kerjasama Standardisasi BSN, I Nyoman Supriatna, Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi, Kukuh S Achmad, serta Kepala Bidang Lingkungan dan Serbaneka, Hendro Kusumo.

Sejak adanya Internet of Thing (IoT), bisnis model juga berubah. IoT merupakan sebuah konsep yang bertujuan untuk memperluas manfaat dari konektivitas internet yang tersambung secara terus-menerus. Dapat dikatakan, IoT merupakan sebuah konsep dimana suatu objek memiliki kemampuan untuk mentransfer data melalui jaringan tanpa memerlukan interaksi manusia ke manusia atau manusia ke komputer. IoT telah berkembang dari konvergensi teknologi nirkabel, micro-electromechanical systems (MEMS), dan Internet. “Dulu yang menguasai industri adalah operator yang memiliki infrastruktur. Namun sekarang berubah. Infrastruktur hanyalah sarana transport. Model bisnis adanya di aplikasi dan konten,” ujar Ismail.

 

Indonesia punya kesempatan di bidang aplikasi dan software. SDM yang tersedia banyak. “Maka kita juga perlu mengatur standar di bidang aplikasi dan software agar Indonesia dapat berbicara lebih banyak di dunia internasional,” ungkapnya

 

Terkait kompetensi SDM Indonesia di sektor IT, Bambang menjelaskan bahwa Indonesia sudah mempunyai tools yang sangat efektif. “Saat ini, untuk akreditasi lembaga sertifikasi person, lembaga akreditasi yang diakui di Asia Pasifik adalah lembaga akreditasi dari Indonesia (KAN) dan Amerika,” jelas Bambang.

Selain SDM, Indonesia perlu mengantisipasi teknologi baru yang akan masuk seperti IoT, “kita harus segera bicara tentang standarnya, sertifikasinya, bagaimana cara mengujinya, termasuk tingkat kandungan dalam negerinya (TKDN),” ujar Ismail.

 

Untuk itu, Ismail melanjutkan, perlu adanya reorientasi standardisasi perangkat telekomunikasi “Pengujian dan sertifikasi perangkat telekomunikasi harus fokus pada parameter yang terkait dengan perlindungan keselamatan, keamanan dan kesehatan masyarakat, contohnya melakukan cek ulang terhadap Specific Absorption Rate (SAR), tingkat absorpsi elektronik di bagian tubuh spesifik,” jelas Ismail.

 

Bambang menyambut baik perumusan standar-standar selain standar yang sudah ada. ““BSN dan KAN total mendukung ide-ide dari kominfo dalam meningkatkan daya saing produk lokal,” ujar Bambang. (ald-Humas)