Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Biodigester RMC Ber-SNI: Solusi Pengelolaan Sampah Makanan yang Andal dan Teruji

  • Kamis, 28 November 2024
  • Humas BSN
  • 1144 kali

Biodigester RMC (Reknik Methane Capture), yang dikembangkan oleh PT Rizqi Semesta, memperoleh Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI 9107:2022 dalam pembukaan Bulan Mutu Nasional 2024 di Jakarta Convention Center pada Rabu (20/11/2024), yang diserahkan oleh Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN), Kukuh S. Achmad.

Sertifikasi ini menegaskan bahwa Biodigester RMC, telah memenuhi standar mutu dan keamanan sebagai unit pengolah sampah organik berbahan HDPE (High-Density Polyethylene) pertama di Indonesia yang bersertifikat SNI.

SPPT SNI ini diberikan setelah diaudit dan mendapat sertifikat kesesuaian dari Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) terakreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN) yaitu Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Bahan dan Barang Teknik atau dulu disebut B4T Kemenperin RI. Selain sudah SNI, Biodigester RMC sudah mendapat sertifikat TKDN 40% dan sudah masuk di e-katalog LKPP untuk mendukung pengadaan pemerintah.

Indonesia menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah makanan. Kondisi inilah yang salah satunya mendasari PT. Rizqi Semesta mengembangkan food waste biodigester (penghasil biogas) dengan brand Reknik Methane Capture (RMC).

Laporan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan bahwa Indonesia menghasilkan 23–48 juta ton sampah makanan per tahun dalam rentang waktu 2000–2019. Angka ini setara dengan 115–184 kilogram sampah makanan per orang per tahun. Dalam laporan tersebut juga disampaikan bahwa Indonesia kehilangan sekitar Rp213 triliun hingga Rp551 triliun per tahun akibat sampah makanan, yang setara dengan 4–5% PDB negara.

Sebuah kondisi yang paradoks di saat masih banyak penduduk Indonesia yang kelaparan, sebagaimana Presiden Prabowo Subianto, dalam pidatonya di KTT G20 di Brasil pada 18 November 2024, menyatakan bahwa sekitar 25% anak-anak di Indonesia mengalami kelaparan setiap hari. Hal ini salah satunya yang mendasari program makan siang bergizi bagi anak-anak Indonesia.

Selain dampak ekonomi, sampah makanan juga menimbulkan masalah lingkungan yaitu meningkatnya emisi gas rumah kaca (GRK), yaitu Metana (CH4). Hal ini terjadi karena proses pembusukan makanan di tempat pembuangan sampah (landfill) yang berlangsung secara anaerobik (tanpa oksigen). Metana memiliki potensi pemanasan global (Global Warming Potential) yang sekitar 25 kali lebih kuat dibandingkan karbon dioksida (CO₂) dalam jangka waktu 100 tahun.

Menurut laporan dari FAO, jika sampah makanan global dianggap sebagai negara, maka emisinya akan menjadi penghasil gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia, setelah Tiongkok dan Amerika Serikat. Dengan asumsi bahwa Indonesia menghasilkan 23–48 juta ton sampah makanan per tahun, potensi emisi metana dapat mencapai 5,75–12 juta ton metana per tahun atau 143,75 juta - 300 juta ton CO₂-eq per tahun. Jika mengacu data inventarisasi GRK Indonesia, emisi total pada 2021 adalah sekitar 1,9 miliar ton CO₂-eq, maka emisi dari sampah makanan dapat berkontribusi hingga 7,5–15,8% dari total emisi nasional.

Menjawab tantangan itu, Biodgester RMC merupakan binaan BSN yang telah berhasil menerapkan dan meraih sertifikat SNI 9107:2022 (Syarat Mutu Unit Penghasil Biogas dengan Tangki Pencerna Berbahan Baku Polietilena atau PE).

Rizqi Semesta mengklaim Biodigester RMC merupakan Biodigester berbahan HDPE (High Definition PE) dengan berbagai keunggulan diantaranya dilengkapi dengan teknologi IoT (Internet of Thing) untuk menghitung emisi karbon atau gas rumah kaca (GRK) secara real time yang dapat dikonversi ke Nilai Ekonomi Karbon (NEK). Fungsi Utama Biodigester RMC adalah menguraikan sampah sisa makanan (organik) menjadi material lanjutan organik (MLO) berupa gas metana (CH4) yang dapat digunakan untuk menyalakan kompor gas dan memasak maupun menyalakan mesin generator (genset) penghasil listrik serta sludge (lumpur) yang dapat digunakan sebagai pupuk organik. Hal ini dapat juga menjawab apa yang dinamakan ekonomi sirkular (Circular Economy) yang sering digaungkan di seminar-seminar bertema ekonomi dan lingkungan.

Biodigester RMC ini sudah terpasang di Kantin Kementerian LH di Kebon Nanas, Jakarta Timur, Kantin PLTU Muara Karang, PT. Polytama di Indramayu, Kelompok Tani Ternak Sapi Cibubur Garden Dairy (Cibugary) di Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur, dan di Taman Edukasi Pojok 3R di Jatisari Kota Bekasi yang hari Minggu kemarin dikunjungi Menteri Lingkungan Hidup RI. Saat ini Biodigester RMC sedang proses instalasi di Papua Tengah atas pesanan program CSR PT Freeport Indonesia. (Har/edit: humas)